Sabtu, 7 April 2012
liat deh ada yang baru di hapeku, di sana ada cincin kecil di atas gantungan lumba-lumba..yah, mulai sekarang ada cincin (harusnya) bermata, yang tergantung di telepon genggamku..darimana datangnya?
----------------------------------------------------------------------------
aku mulai ingat, ketika (tampaknya) dia sedang berontak pada dunia ini.
Berontak pada omongan orang-orang di sekitarnya. Aku tau, dia tidak ingin mengiraukannya, tapi aku tidak bisa tidak mengiraukannya. Aku menghiraukannya. Aku peduli.
Yah, seandainya saja, dunia tidak menganggap bahwa status itu penting, titel pendidikan tinggi itu penting, maka uangpun otomatis menjadi prioritas (tidak) penting dalam kehidupan manusia. Siapa yang tidak butuh uang? munafik! Semua orang butuh uang karena merekalah sendiri yang membuat aturan itu.
Berontak pada dunia, karena kadang manusia begitu picik menghakimi manusia-manusia berwajah jelek, berpenampilan tidak baik, lalu siapa yang harus disalahkan ketika banyak manusia melakukan perubahan-perubahan besar dengan mengoperasi jasmaninya, harapannya supaya dia bisa diterima ditengah-tengah masyarakat. Namun apa yang didapatkan? Lalu, siapa yang harus disalahkan? mari kita tinggalkan ini...
Aku cuma pengen bilang, "yah, penampilan memang bukan indikator untuk menentukan derajat kemuliaan seseorang... tapi, kadang manusia terlalu sering mengukur sesuatu dengan hal-hal yang kasat mata... dan itu tentu bukan kamu. Jangan terlalu lama marahnya ya :) kamu jelek jika rambutmu terlihat seperti pucuk buah nanas -.-' "
siang itu, sebelum ia bertolak ke kantor polisi untuk mengurus SIM..
"eh... kok ana cincin nang kene?" sambil merogoh saku baju dada sebelah kanannya..
"ra nyukup tak nggo ik" dia melanjutkan, (ah, kamu itu kan laki-laki, kenapa harus pakai cincin? atau itu cincin mantan kekasihmu? haiiiiaaah... mana kutau? kamu itu tidak pernah cerita padaku)
"nyoh nggo kowe wae..." ia menyodorkan cincin kecil itu padaku, lebih tepatnya melemparkan cincin itu ke arahku.. Lalu aku mencoba memakainya, dan hanya cukup kupakai di jari kelingking kiriku, bukan di jari yang lain. Nampak sangar jika harus kupakai di jari itu."ncen ra nyukup nak nggo kowe, drijimu kan kaya kuli."
aiiissshhh, dia mulai menghinaku...tapi, aku tidak merasa dihina, dia mencoba bercanda denganku, mencairkan suasana yang sering kaku di antara kami. Dia baik, aku merasakannya. Namun, kadang dia berontak.
meski cincin itu, aku tau kalau dinominalkan bukan harga emas yang sesungguhnya (wakakakaka), tapi pemberianmu itu yang kamu berikan demi mengalahkan rasa gengsi mu yang gede itu, aku menyukainya.
Itu rasa sayangmu pada adikmu kan?
itu cuma cincin, aku tidak peduli itu cincin.
Aku peduli bahwa kamu adalah saudaraku....(hedeehhh, ngegombal)
--> bekerjakeras ya :D
0 komentar:
Posting Komentar