Kutipan yang kutemukan dalam sebuah novel.
Bagiku tidak penting seorang wanita itu tertawa ataupun menangis karena siapa atau karena apa. Yang terpenting itu adalah bagaimana kamu (laki-laki) membuat wanita berhenti menangis!
Entahlah, rasa macam apa ini. Bagiku ini mungkin kisah romantika paling pengecut yang pernah kualami. Diam bertahun-tahun dalam doa kemudian kamu memutuskan untuk mengakhiri perasaanmu selama separuh hidupmu setelah kamu yakin betul bahwa kamu bukan tulang rusuknya!
"Aku paling suka mbaca buku sama nonton film."
"sama. tapi bagiku tidak perlu ada alasan untuk menyukai keduanya."
"ahh.. itu kan kamu, aku punya."
"apa?"
"ketika aku membaca atau aku menonton film, aku hanya perlu memakai perasaanku untuk ikut merasakan apa yang terjadi di dalamnya. selanjutnya apapun yang terjadi pada tokoh yang ada di dalamnya, mau sad ending atau happy ending, tidak akan berpengaruh padaku. Perasaanku akhir-akhir ini mati karena sesuatu hal yang tidak pernah kuketahui. dan aku menemukannya kembali 3 jam yang lalu."
Ketika pilihan menuntutku untuk memilih, ingin rasanya aku menjelajah waktu, meloncati masa yang tak terhingga kemudian berlari meninggalkan roda waktu yang ujungnya tak disangka. Aku terpuruk, menangis seolah mengetuk pintu surga tapi Tuhan tak mendengarku. Merengek supaya namamu, tertulis pada Lauhul MahfudNya untukku. 3 jam yang lalu, aku mulai sadar, Aku harus melanjutkan hidupku!
Dulu hampir setiap saat aku selalu berharap agar kamulah yang pada akhirnya menjadi happy endingku. Tapi, 3 jam yang lalu kulihat takdir menunjukkan bahwa kita berjalan tak dalam satu haluan. Dan tentu saja aku tak akan menyalahkan takdir karena aku tahu di sinilah nilai kehidupan yang sesungguhnya. Jatuh kemudian bangkit. Berhenti kemudian berlari lagi. Begitu seterusnya hingga tak ada pergantian siang dan malam (lagi).
[3 jam yang lalu]
cinta yang kuimani akan menjadi 'happy endingku' justru berlabuh di tempat lain. Semoga berbahagia :) dan saya akan melanjutkan hidupku dengan bahagia.
0 komentar:
Posting Komentar