An Amazing Journey_Bali-Lombok

.::Kamis, 11 November 2010::.
Kawan-kawanku yang kucintai setulus hati...(halaaaahh)..akhirnya tulisan ini muncul juga. Sebenarnya, tidak berniat membuat tulisan yang berkaitan dengan perjalanan (studi banding) kita selama di Bali-Lombok. Namun, kupikir sungguh disayangkan jikalau semua pengalaman dan kenangan indah dalam perjalanan yang luarbiasa itu tidak tertuang dalam sebuah karya (duileee...). Ketika teman-teman (kelas A-PBD 2008) meminta meng-upload semua foto-foto yang kuambil (pake kameraku ^_^, hehehehe....), aku sedikit kesulitan karena ternyata aku baru sadar foto itu tak sesedikit yang kita bayangkan... Hingga ribuan, jadi oleh sebab itu hanya beberapa saja yang mampu termuat di halaman ini. Jika teman-teman ingin, bolehlah teman-teman langsung menemuiku dan memintanya. Oiya, beberapa poto di halaman ini sudah melalui proses editing karena beberapa hal untuk menghindari beberapa pihak yang bisa tersinggung karena ulahku. Pengeditan dilakukan karena hasil jepretan (ku) yang kadang-kadang pencahayaannya dan peng-klik-an sangat amburadul serta pengeditan juga diperlukan karena ada beberapa poto yang memang butuh keterangan. ^^

.::Sabtu, 16 Oktober 2010::.
Pagi-pagi sekali aku bangun, mempersiapkan segala sesuatunya yang diperlukan untuk keberangkatanku dan teman-teman Pendidikan Basa Jawa ke Bali-Lombok. Sedikit rada belibet karena handuk yang kupunyai hanya satu ‘biji’, jika handuk itu kupakai untuk mandi pagi-pagi tentunya akan basah dan bau bila dibawa sampai ke Lombok. Akhirnya aku menemukan solusinya dengan bantuan pemikiran dari Dinka, aku mandi sekenanya air menempel di tubuhku dan aku membasuhnya dengan baju kotorku (hahah....ora pentingggggg...). Sebelum keluar dari kos tercinta, aku memeriksa kembali barang bawaanku. Ahaaaa... ada yang tidak boleh dilupakan, KAMERA (wakakakaka...) karena ialah jendela dunia (Lho? ngarang Ari iki, jendela dunia kuwi buku cah!) Lalu pukul 7 pagi teet, aku dan Dinka beranjak dari kamar kos dengan membawa 1 tas tenteng, dan 1 tas punggung. Sedangkan Dinka dengan bagasi kecilnya (koper mungil) serta tas punggung yang super gede dengan muatan mirip kulkas, hehehe... pissss ^_^v (komplit sii..). Sesampainya di rektorat, tidak kudapati keberadaan bis-bis yang akan ‘mengangkut’ kami. “Waaa...bakalan molor kaya kathok kolor e bapakku ki.., wis dibelan-belani tangi gasik, malah sing paling vita(L) hurung siap..” pikirku.. “Yaa iyaaalah, lha wong jadwale jam setengah wolu.” Pikiranku menjawab pikiranku yang sebelumnya (halaahh...). “Lah, ya tapi seenggaknya wis cumawis neng pelatarane, njuk mengko tinggal numpaki. Ra ketang mengko ya bakalan molor tenanan, ya saora ne batang hidung bis e kuwi ngaton.” Pikiranku menjawab lagi..hhhaha.. Oiya, flash back dulu sebentar. Setelah sampai di rektorat tadi, dinka turun dari vario ambigu-nya (warnanya rada ambigu, hehehe..) lalu menemui ‘adik’nya untuk menitipkan motornya pada adiknya itu. Sedangkan aku yang sebenarnya sebelum keluar dari kos sudah sempat meng-SMS mas ku (Mas Angga tercinta... Satu-satunya Aji Adhitya  [marga---mekso, heheh] yang Bujangga) untuk mengambil motorku di rektorat, ternyata malah ia belum juga kunjung datang. Hingga kuputuskan untuk menelponnya saja (waaa... ngentek-enteki pulsaku ki..), dan taraaaa dengan kecepatan kilat, ia muncul di belakangku bersama dengan kawannya menaiki pispot eh salah, pespa eh salah ketik lagi vespa maksudnya. Ia turun, lalu bertanya, “La endi bis e? Kok ra na na?” aku menjawab, “Bis e igek nggoleki supire.” (percakapan yang sangat tidak penting... Yaa beginilah... sebenarnya seumur hidupku selama aku berbicara dengan mas ku itu, pembicaraannya memang tidak penting dan malah terkadang bisa membuat ‘darah tinggi’ atau kalau tidak ngguyu ngakak.) Lalu aku menyerahkan kunci motor dan STNK-ku padanya. Sebelum ia capcus (cabut maksudnya), ia bertanya padaku lagi, “Sangune cukup ra?” lalu aku balas bertanya, “Meh nyangoni pa?” kemudian ia merespon, “Ya ora sii.. sanguku ya kurang ajane. Mung takon thok. Hehe..” (ngek! Gubrak! Ngapa ndadak takon! Hemmm.. sirahku cekot-cekot  nganti kepengen tak jebleske nang ndalan.) Lalu karena aku ini adik yang berperasaan dan tidak tega-an pada mas e (sebenarnya ini pesan dari babe-ku supaya aku ora tegel karo masku. hehehe), maka aku memberikan selembar uang merah bergambar Soekarno-Hatta padanya alias seratus ribu (tulis: dengan ikhlas ^_^). “Weeh, dab.. malah aku sing disanguni gilo.” Masku memamerkan uang yang kuberikan pada temannya. “Turnuwun ya dek Ari.” (hahaha... yoi, mas..). Perasaan siapa yang akan pergi dan siapa yang akan dipamiti yah??? Kok malah aku sing nyangoni? Mas ku juga sempat menanyakan kepulanganku dari Lombok kapan. Aku juga sempat berpesan padanya supaya menjagakan motorku, dan aku mepersilahkan padanya untuk memakainya. “Meh mbok gawa nandi motorku, mas?” “Meh nggo kerja.” “Kerja? Kerja apa we?” “Ana pokoke.” Hahhh... ya syudahlah yang penting dia bahagia. Kemudian ia berpamitan padaku, aku mencium tangannya, dan ia meninggalkan aku... (Hwaaa.. tidaaakk... kakanda... jangan tinggalkan aku...)hhaa...imajinasi yang ber-lebay-an.
Sambil menunggu bis beserta perangkatnya (dosen, supir, dan guide-nya), aku dan teman-teman sempat ber-narsis ria..wekekekek.. (foto ini diambil pakek kameranya Nisa geulis pisan..).
Setelah pukul kurang lebih setengah sembilan, sekawanan (5) bis datang. Panjang-panjang bis-nya... dawiiiii banget, gedhe pula... (hahh ndeso sumpah!).. Lalu pemuda-pemudi berintelektual (termasuk aku) mengerubungi bis (A-B-G-H-I) bagai santapan yang sangat lezat untuk memperebutkan ‘kedudukan’.. gruduk grudukk.. begitulah kira-kira suaranya. Tuh kan, benar-benar molor kaya kathok kolor-e babe-ku.. jadwal e mono jam setengan 8, pada kenyataannya jam setengah sembilan. Ya wis, ra papa. Bis A-pun dipenuhi anak-anak kelas A eksis, wekekekk.. Sempat berebut tempat duduk dengan dosen pendamping yang ada di dalam bis A..tapi aku dan Dinka akhirnya mengalah... (hehehe... becanda...-tulisan ini sangat lebay..)
(foto ini-sesuai pesanan yang bersangkutan [pio a.k.a septi purwanita dan Ajik]^^ dengan menggunakan hape merk Nokia bertype 6303 Classic..hehehe.. ngambil gambarnya pun penuh perjuangan-lebay- karena yang memfoto hampir saja tertabrak motor ‘tak bertanggungjawab’.. Motornya apa aku-nya yah? Karena aku berada di tengah jalan..heheh)..
Sebelum bis meninggalkan kota Jogja, aku sempat mengambil gambar-gambar kawanku di samping bis kami. Ini dia....Jreng-jreng...

Ada pakdhe juga (sebagai ketua umum-rombongan studi banding), yang sedang sibuk wara-wiri memeriksa anak-anaknya, hehehe... supaya engga ada yang ketinggalan.
Berangkatlah kami menuju Bali-Lombok-Bali-Jogja... Perjalanan luar biasa akan segera dimuali, eh..dimulai maksudnya... (hehehe... maap-maap, karena memang perjalanan itu juga penuh dengan ‘kemualan-kemualan’ para penumpangnya.. hehehe). Let’s begin our mission..hahaha..
Kurang lebih jam setengah dua sampailah kami di Ngawi untuk salat dan mampir makan siang. Ketika memasuki daerah Ngawi (kalau tidak salah) eh bukan Sragen ding, aku masih ingat pertanyaan konyol yang terlontar dari Neng Nissa yang goreng pissan, eh maaf salah...geulis pissan.. “Emangnya Cinta Laura dari Sragen po?” hahaha... Pertanyaan ini terlontar ketika ia melihat plakat atau spanduk bergambar Cinta Laura di gerbang Slamat Datang-nya Sragen. Akhirnya kami makan, setelah menahan luwe selama berabad-abad (-lebay- dari menunggu bis hingga sampai di Ngawi...sebenarnya bisa saja aku memakan bekal yang ada di dalam tas, tapi aku rasa sangat man eman jika bekal itu terlanjur habis di tengah jalan sedangkan perjalanan ke Lombok belum ada setengahnya.) Di dalam rumah makan itu, sahabat sekursiku di  bis alias Dinka mulai merasakan ke’gonjang ganjingan’ karena bis (baca: mual). Rasa yang campur aduk yang ada di perutnya itu, mulai ia rasakan setelah melewati Sragen, kalau tidak salah setelah Nissa melontarkan pertanyaan lucu tadi. Hmm... nah lho, ini gara-gara Nissa mesti. Sebenarnya mungkin Dinka meh ketawa gara-gara pertanyaan tadi, tapi mungkin karena Dinka menahannya (efeknya seperti menahan kentut mungkin) jadilah Dinka mengeluarkan semua isi perutnya lewat mulut. Dinka duduk di kursi dalam rumah makan itu kemudian meminum teh hangat, sedangkan Septi mengambilkan makan untuk Dinka. Aku duduk menemani Dinka sambil makan. Kemudian beberapa dosen (Pak Hardiyanto, Bu Siti, Pak Mulyana, Pak Wardi) mendekati Dinka yang terkulai lemas. Mereka menanyakan keadaan Dinka. Pak Hardiyanto bertanya mulai sejak darimana ia mual? Setelah lewat Sragen kataku. Kalau teman-teman ingin tahu, sebenarnya Pak Hardiyanto pernah cerita tentang pengalamannya mendampingi mahasiswa-mahasiswa yang studi banding ke Bali pada tahun kemarin, dan ia menceritakan ada salah satu mahasiswa yang ‘pemabuk’ dan minta pulang, tetapi harus dijemput menggunakan motor (gubrak!). Pak Hardiyanto bilang, “Nek sing pemabuk, mabuk e ki saka Sragen wae, men bisa diterke bali.” Melihat kasus yang menimpa Dinka, Pak Hardiyanto tak bisa berkata apa-apa.. Hahaha... Inilah Dinka dan kawan-kawan yang sedang tidur saat perjalanan menuju Ngawi.


Oiya, saat sampai di Sragen, bis G atau H atau I (entahlah), sempat kebanan hingga membuat semua bis menunggu dan membantu memperbaikinya. Agak lama, tapi alhamdulillah itu tidak jadi masalah.

.::Minggu, 17 Oktober 2010::.
Dini hari, sampailah kami di pelabuhan Ketapang untuk menyeberang. Inilah suasana di dalam kapal.
Senang melihat Dinka saat itu, karena ia begembira saat kuambil fotonya. Hehehe... jo sepaneng ya, Ka! Hehe.. Kondisi air laut, selama perjalanan Ketapang-Gilimanuk cukup bisa membuatku pusing. Terombang-ambing, dan membuat cairan dalam otak dan perutku ingin keluar. Tapi, untungnya tidak..hahaha... Perjalanan dari Ketapang-Gilimanuk memakan 2 jam perjalanan.
Akhirnya sampailah kami di Bali. Pukul enam pagi, kami transit untuk makan dan numpang mandi. Sambil para supir dan awak bis memperbaiki bis A karena sepertinya setelah sampai di Bali bis A sedikit bermasalah pada shockbeker-nya..hehe.. nggak tau penulisannya seperti apa, pokoke kuwi jenenge..
 
Inilah poto yang sempat kuabadikan di dalam bis saat mentari menyapa Bali di pagi hari.
Pak Mulyana [a.k.a leader of 3 idiots..hhahaha..becanda, Pak..]

Pak Hardiyanto mirip yang ada di pilem The matrix itu yah?




Ini hasil japretan perdana Putri Prastika pake DSLR EOS 500D... Jo grogi, Tik...heheh... Tapi, kenapa irung-ku melu-melu kejepret sii? Aseeemm...
Yeeey... setelah dari sini (makan dan mandi di Bali), aku bergembira (halaaaahh..) karena Dinka kembali tegar dan bersemangat... ciyeeee... ‘gunung itu tidak memuntahkan laharnya lagi’ hehehe... bukan ding, maksudnya Dinka tidak memuntahkan isi perutnya lagi... Mungkin sudah capek dan ia sekarang kebal...taraaa...mungkin karena setelah makan tadi, ia sempat dihibur oleh 3 idiots-nya Pendidikan Basa Jawa versi kelas A. Wekekeke..... ya to? Hehehe...
Perjalanan menuju penyeberangan selanjutnya cukup memakan waktu.. Kira-kira pukul 1 siang, kami sampai di pelabuhan Padang Bai, untuk menyeberang ke Lombok. Perjalanan ini akan memakan waktu 4 jam. Di sinilah, mimpiku selama hidupku terwujud.. ceileee... Penyeberangan kedua ini, aku berada di dek kapal bagian luar, di tempat para penumpang duduk-duduk sambil menonton tipi. Setiap penyeberangan, semua penumpang diwajibkan turun dari bis, maka dari itu aku memilih membawa kameraku untuk bisa mengabadikan semua yang terjadi di atas laut seluas itu. Siapa tau aku menemukan apa yang aku cari. Ketika teman-temanku lebih memilih untuk duduk sambil tiduran, aku sok-sok-an sehat wal afiat dan berdiri di tepian kapal angkutan itu. Hingga pada akhirnya, karena saking lamanya aku tidak menemukan apa yang aku cari, lalu aku duduk di kursi yang paling dekat dengan tepian kapal. Kemudian bergantian temanku yang berdiri di tepian kapal itu. Namanya Feri. Hmmm... justru ketika Feri berdiri dan melihat pemandangan di laut, ia menemukan yang sebenarnya aku cari, “Ih kae delokna ana lumba-lumba...”  bergegas aku cepat-cepat bangkit dari tempat dudukku, dan melihat ke arah yang ditunjuk Feri. Subhanallah.... keren banget... Lumba-lumba itu engga hanya satu, tapi bergerombol. Namun, belum sempat aku mengambil gambarnya, lumba-lumba itu keburu sembunyi di dalam air. Yaa syudahlah.... setidaknya mimpiku kali itu diwujudkan Allah walau hanya hitungan detik. Hwaaa... Allah keren banget.... Aku cinta Dia.... sungguh-sungguh cinta Dia. Aku mau lagiiiii...hehehe...
Wis-wis...bubar-bubar, lumba-lumbane wis ra-nana... Perjalanan pun diisi dengan poto-poto... Apapun yang melewati dan dilewati kapal kami, aku jepret.. Termasuk pesanan poto teman-teman. Kemudian aku diminta oleh mbak/ tante/ bu Astuti, tour guide kami untuk mengajak teman-teman makan siang. Namun karena teman-temanku yang kala itu sedang sibuk dalam tidurnya atau hanya sekedar duduk-duduk supaya tidak huweeek..lalu aku bermaksud membantu tante Astuti serta teman-teman, maka aku turun ke dalam bis untuk mengambilkan makanan mereka. Lalu aku naik lagi dengan membawakan kardus berisi makanan untuk bisa disantap oleh teman-temanku. Setelah aku makan, aku melanjutkan pencarianku (lagi)-ceilah.. Naris dan Nissa yang ketika itu menguasai singgasana tepian kapal, tiba-tiba heboh berteriak “Lumba-lumba..ki lho cedhak banget..” hwaaaa... aku bergegas mencari sandalku dan bangkit menuju tepi kapal. Kania sempat memperingatkanku supaya hati-hati, “Ra sah kesusu, Ri!” hehehe....maap maap, aku begitu antusias dan surprise sekali kala itu. Subhanallah... kereeeen... benar-benar keren. Lumba-lumba memang selalu tidak sendirian, ia membawa sekawanannya. Kali ini, lumba-lumba itu jaraknya lebih dekat daripada yang pertama tadi. Buru-buru aku ambil kameraku, dan memotonya. Baru satu kali aku sempat men-jepretnya, lumba-lumba itupun bersembunyi..... hwaaa.... tidaaaakkk... Akhirnya aku mencukupkan kepuasanku hingga taraf itu saja. Sebenarnya jika boleh meminta, aku mau minta lagi. Wekekekek.. Sungguh Allah Maha Kuasa atas alam dan jagad raya beserta isinya ini... Laut seluas itu, hingga daratan tak mampu dijangkau oleh mataku, aku diijinkan olehNya, melihat sekawanan binatang yang luar biasa kebaikannya (untuk kedua kalinya-secara langsung dan dalam selisih waktu yang tidak lama).. Binatang yang selalu menjadi binatang manis dan cantik di mataku, dan mungkin bagi siapa saja. Alhamdulillah, mimpiku terwujud, karena diwujudkan olehNya.. Horeeey...akhirnya aku punya cerita untuk diceritakan kepada anak-cucuku nanti..wekekekkk...



Ini poto-poto pas dikapal Bali-Lombok (4 jam).. Look at this... Naris yang narsis..hehehe.. becanda.. ekspresif (ngantuk maksudnya)... dan di sampingnya ada Vita(Listiani) dan Feri yang ngumpet di keteknya naris heheh... bukan ding...mereka sedang tidur..
 




Hingga pada akhirnya... sampailah kami di tanah Lombok.. Di pelabuhan Lembar (bukan seLembar lho..tapi Lembar, dengan e jejeg) kami injakkan kaki pertama ini di bumi Lombok. Eh..engga ding, wong kami engga turun dari bis kok..heheh.. Selama perjalanan kami di Lombok, kami ditemani oleh seorang guide yang asalnya dari Mataram, Lombok (asli), bernama Lalu Zahir, panggil saja beliau pak Zahir. Ini dia beliau.


Lalu, kalo di Lombok merupakan sebuah gelar. Semacam Raden, kalo di Jawa. Selama perjalanan menuju hotel, di tengah kota, kami disambut dengan budaya perkawinan Lombok yang sering disebut dengan nyongkol (setelah sang laki-laki mencuri anak perempuan yang hendak dinikahinya, maka ia diwajibkan meminta maaf kepada keluarga sang perempuannya). Karena kami tiba di sana pada hari Minggu, kami mendapati tidak hanya satu kali, bisa sampai 6-7 kali.. wkekeke... Masih musim kawin kayaknya..hehehe.. ini dia budaya nyongkol

Kata Lombok berasal dari bahasa sasak ‘lumbuk’ yang berarti ‘lurus atau lempeng’.
Sampai di hotel, kami bergegas membersihkan diri. Aku menelpon enyak-babe yang ada di Purworejo (Jawa) mengabarkan kalau aku sudah sampai di Lombok (dengan selamat, alhamdulillah)... Sempat sedikit kebingungan, karena aku baru sadar kalau perbedaan waktu dan tempat memisahkan kami.. (halaahh..) selisih satu jam ternyata... Oiya, sebelum kami menempati kamar kami masing-masing (yang sudah di-plot sebelumnya), terdapat kesalahpahaman antara piohak PO-hotel-dosen-dan mahasiswa tentang pembagian kamar... Walau sempat ‘memanas’ tapi alhamdulillah bisa diatasi. Malamnya, sebelum kami beristirahat, aku dan Dinka yang kebetulan satu kamar bermain dan melalang buana ke kamar temanku. Silaturahmi critane..hehehe... Menghibur diri dan teman-teman karena ‘emosi’ yang terkuras saat memperdebatkan kamar tadi. Hehehe..
.::Senin, 18 Oktober 2010::.
Paginya, kami bersiap-siap mengenakan batik dan jas almamater untuk (benar-benar) studi banding ke IKIP Mataram dan Unram (jas almamaternya mirip dengan UNY). Setelah kedua agenda vital tersebut terlaksana, kami diajak ke Pantai Senggigi. Pantai yang (katanya) paling indah di Lombok. Namun sebelumnya, kami diajak berputar-putar kota Mataram dan sekitarnya untuk membeli oleh-oleh khas Lombok. Ini tidak mempengaruhiku untuk membeli oleh-oleh khas Lombok secara partai besar. Hahaha... karena oleh-oleh yang akan kubawa pulang dari Lombok, sebagian telah kubeli di hotel..hehehe...
3-idiots dengan kacamatanya beserta pak Jake..hehehe...

Masjid yang ada di Lombok yang sempat kupoto dari dalam bis. Sekenanya aja yah...

Inilah poto dosen tercinta kita...hehehe..


Dan inilah poto-poto saat aku, Dinka, Kanyak, Oktat mampir gojeg dan bercengkrama di kamar Septi, Debi, Vita, dan Tikak.. Potonya pake split time, jadi lucu...wekekekekk.. dan inilah ‘keluguan’ dan ‘kepolosan’ kami..hehehe...













Setting: IKIP Mataram.... Tidak ada yang perlu kuceritakan sepertinya... Hmmmm... (sedang berpikir...)... Oiya, disinilah Kanyak alias Kania menemukan tambatan hatinya... hehehe... (perlu ditulis dan ditegaskan di sini, ‘sebelum sang tambatan hati diketahui suka hal-hal ekstrem’ikikikkkk...) Siapakah dia?? Ketua BEM FKIP IKIP Mataram, bernama Latif Rahman. Hehehe... Sambutan dari IKIP Mataram atas kedatangan kami-pun mewah. Setelah kami duduk, kami langsung dihadiahi ‘mobil putih’ alias kardus makanan... (wakaka... ini kata Pak Wardi).. Di sana Pak Wardi (ceritanya) adalah rektor UNY... waaahh... mbak MC-nya salah sebut nih.. Ya wis ga papa... semoga menjadi doa bagi Pak Wardi dan kawan-kawannya..hehehe... Di FKIP IKIP Mataram, dari kami mempersembahkan sebuah tarian yang dibawakan oleh Meliana. Sebagai kenang-kenangan, kami juga diberi pin dari BEM (REMA), secara simbolik pin itu disematkan kepada Pakdhe (sebagai ketua umum studi banding). Inilah tarian yang dibawakan Meliana.
Selesai dari IKIP Mataram, kami keluar dan berjalan menuju Unram. Ceritanya mereka tetanggaan gitu. Kayak UNY-UGM ngono. Sambutannya-pun tak kalah meriah euy.. Aku yang sebenarnya sudah pe-we duduk paling depan, tiba-tiba harus mengurungkan kebahagiaanku karena, singgasanaku kuserahkan pada dosen yang belum mendapatkan jatah tempat duduk. Lalu aku menyingkir dan duduk di tepian. Tidak ada temannya. Akhirnya, Pakdhe dengan senang hati menemaniku. (Terimakasih Pakdhe...). Ini MC yang memandu jalannya acara di Unram. 

Kata Pakdhe, MC-ne gaul.. Lihatlah..hehehehe.. Tarian khas Lombok (engga tau apa namanya) disajikan pada kami.. Lihatlah lucu sekali. 

Para penari itu mengajak menari dosen-dosen (terutama Pak Hardiyanto, Pak Mulyana, dan Pak Aff).. Setelah itu, giliran penampilan dari kami. Tari gambyong, yang dibawakan oleh vita(L) dan Ayun.. taraaa... 

 kemudian setelah itu, sesi serius. Makalah...hehehe... Sebagai penutup, dari pihak Unram menampilkan sebuah theatrikal dengan tema budaya modern vs tradisional... Ending ceritanya sangat lucu, karena pemeran ibu dalam teater itu tiba-tiba menangis bersimpuh dipangkuan Pak Hardiyanto (sepertinya ia milih-milih siapa yang hendak dijadikan sasaran)heheh..
Selesai dari Unram, kami diajak ke tempat oleh-oleh khas Lombok, kemudian setelah itu kami mampir dulu di sebuah Pura. Namanya Lingsar... di sana, aku tidak diperbolehkan masuk karena bagi perempuan yang sedang berhalangan (hadir) atau dalam keadaan yang tidak suci, tidak diperbolehkan masuk ke dalam. Oleh karena itu, poto-poto hanya bisa kuambil dari luar Pura. Di sebuah gardu, aku duduk-duduk sebentar. Aku mengajak seorang anak kecil untuk berpoto-poto. Kemudian mungkin seorang kakaknya juga pengen dipoto. Mari mari..hehehe... 

Saat aku duduk digardu itu, aku berkumpul dengan teman-teman guide-nya tante Astuti.. Beberapa kali aku mencuri gambar mereka. Kemudian tante Astuti menggodaku.. “Awas-awas ada paparazi..” hahaha... aku hanya tertawa kecil.. 


kemudian ada seorang guide dari Lombok (yang ternyata keesokan harinya, hari kedua di Lombok, ialah yang menggantikan Pak Zahir untuk memandu di bis A, Karena kebetulan Pak Zahir pada hari selasa ada keperluan) berkata, “Dia bukan paparazi, tapi mamarazi..hahaha... Bukan juga mamarazi tapi nona razi..” hihihihi... aku tertawa karena plesetannya dan aku semakin menyatu dengan mereka. Ia bertanya padaku, “Kamu tau artinya nonarazi?”hahh... memang ada artinya, pikirku hanya sebuah plesetan.. “Nonarazi kalau dalam bahasa sasak artinya wanita yang beruntung.” Katanya seperti itu. Waw... aku merasa tersanjung... Aku hanya mengamininya... Semoga aku menjadi wanita yang beruntung. Setelah itu, matahari terbenam menunggu kami untuk datang ke Senggigi. Ini dia beberapa poto di Senggigi.

 Siapa coba??? Bapak dan Ibu....(tiiitt...) sensor..hahaha... pisss, pio ^^v
 Si Kembar dari gua hantu..hihi... becanda nya', tik??



 Cicuiiiitt....
Dari Senggigi, kami pulang ke hotel. Aku dan beberapa temanku menyempatkan membeli oleh-oleh di sekitar hotel. Bahkan Kania, Oktat, dan Dinka sempat keluar hotel untuk sekadar merasakan masakan jawa, yang penting bukan masakan hotel yang itu-itu saja..hehehe... Lalu kami istirahat untuk mempersiapkan hari esok yang pasti lebih melelahkan karena kegiatannya hanya berjalan-jalan Lombok dan pulang kembali ke Bali dan Jogja..yeey..
.::Selasa, 19 Oktober 2010::.
Hari kedua di Lombok, perjalanan kami ditemani dan dikawal oleh kumpulan anak-anak tidak punya kerjaan dari IKIP Mataram...hehehe (becanda).. merekalah yang selalu mengikuti dan mengawal serta memandu perjalanan kami di Lombok, kemanapun pokoknya dibuntuti..hayooook..  

Karena katanya, mereka akan mengadakan ‘kunjungan balasan’ ke Jogja pada bulan Januari mendatang. Oleh sebab itu, mereka memperlakukan kami dengan baik sekali.. Tunggu pembalasan kami. Wekekekekkk... Merekalah yang memberikan ide-ide tempat di Lombok yang perlu dikunjungi. (ho’o bukan?). Pagi, dimulai perjalanan ke sebuah Museum.
 Ciyee.... ini momen langka... hahaha... becanda deB... ^^v

 Ulah kekanak-kanakan ketua kelas..hahaha


Setelah puas dengan berfoto-foto (halaaah...gaweane mung foto-foto.. hehe..), perjalanan dilanjutkan menuju sebuah desa tradisional bernama desa Sade, desa yang punya tradisi mengepel lantai dengan kotoran hewan (silahkan dibayangkan! Hehehe) dan desa yang masih mempertahankan tradisi sasaknya. 

Setelah dari desa Sade, kami diajak ke sebuah pantai dengan pasir putihnya yang indah dan dengan pemandangan yang begitu elok... Subhanallah.. Namanya Tanjung Ann... ato Ampenan.. tepatnya di Kuta, Lombok Selatan. Sebelum memasuki pantai itu, kami disambut oleh sebuh patung, namanya Patung Mandalika.. ia-pun punya cerita... tapi aku lupa...hehe... Guide yang memandu kami (namanya siapa yah?? Oiya, namanya adalah Mas Uji’..hehehe… Aku lupa) bernyanyi welcome to my paradise, where’s sky so blue.......bla bla bla... membuat suasana semakin menyenangkan.... kemudian ia juga menyanyi All rise-nya Blue...Kereeeennn... gaul gitu... sangat komunikatif...
Inilah poto-poto di pantai yang sangat megah itu...





 Putri Prastika
 Nisaa geulis pisan euy..
 Septi pio...a.k.a ibuukk




 Dodikkk with DSLR EOS 550d


Ada juga poto sisi lain dari bu Pr*f...hehehe...metal...

Ada juga potoku dengan seorang bule.. wekekekekkk... minta potonya pun penuh perjuangan, karena aku perlu membuka lebar telingaku supaya aku dong apa yang dikatakannya... hwahahaha... Modal nekat dan keberanian... Ra urus.. hahaha...

Oiya, ini dia poto anak kecil yang coba menawarkan dagangannya padaku…. (moso’ nawarke baju pantai padaku… Lucu anak itu! Lalu aku menggodanya…hahaha, namanya Peliks.. Kemudian ia menawarkan seorang temannya yang juga sedang berdagangan gantungan kunci dan kawan-kawannya kepadaku… Katanya dia belum punya pacar.. –trus apa hubungane mbek aku coba?- nama temannya Peliks itu adalah Jimbrong..




Setelah itu, sebelum kami melanjutkan perjalanan kami ke Bali untuk menyeberang, kumpulan anak-anak dari IKIP Mataram itu mengusulkan untuk melihat ‘bangunan tua’ (apa namanya yah??? Kalo di Jogja, keratonnya Jogja mungkin)... Tapi, karena sudah larut malam dan tidak ada yang bisa dilihat di sana, kami hanya mampir pipis dan salat..hehehe... Dan pulanglah kami menuju Bali...
.::Rabu, 20 Oktober 2010::.
Baliiiiiiii.... bukan pulang... tapi kami di Bali. Guide kami pun berganti menjadi Bli Made bla bla.. Lupa lanjutannya, hehehe... Baru tahu dari bliau, kalau Made, Nyoman, Ketut, dan semacamnya adalah kasta. Di Bali, kami diajak menonton Barong tetapi dengan cerita komedi...(Komedi-komedi, tetap saja aku engga ngerti percakapannya...pake bahasa Bali euy... tapi aku bisa tertawa karena akting mereka sangat lucu..wekekekkk.. ndhagel critane..). Dari Barong, kami diajak makan kemudian ke pasar Sukowati untuk membeli oleh-oleh dari Bali. Tidak banyak yang bisa dibeli. Kemudian dari Sukowati, perjalanan terakhir adalah Sanur Beach... Wawww... pulang-pulang dari sini bakalan eksotis nih kulit. Pikirku...Siang bolong gitu, ke pantai.. (3 pantai malah...)halaaah... ya ra papa... nggaya critane... Siapa tau di Sanur sedang ada pembuatan pilem, sehingga aku boleh nongol di dalamnya.. Wakakakakkk..
Inilah poto-poto saat di Sanur... teman-teman tidak berani panas-panasan., jadi ngiyup wae neknu. Hehehe... 





 Si kembar [lagi], hehehehe
 Ini poto yang bisa membuat Anda pusing... jangan terlalu diperhatikan!! hahaha...





Aku nekat saja memoto seorang mas-mas beserta beberapa kurcaci-kurcaci kecilnya...hhahah...bukan bukan (mungkin) adiknya... Lalu kudekati mereka. Aku menyapa ,”Jalan-jalan Bli?”kemudian ia menjawab, “Nggih..” ngek! Dia bisa berbahasa jawa.. atau mungkin dia berasal dari Jawa..kemudian karena melihat wajahku yang kayak batik dan njawani, maka ia menjawab menggunakan basa jawa..begitu kali yak... “Oalah saking pundi to mas?” aku bertanya padanya lagi. “Pekalongan...” jawab mas-mas itu. Kemudian aku bertanya banyak hal. Ternyata dia di sini (Bali) sedang bekerja. Dan adik-adik yang sedang diajaknya jalan-jalan itu adalah tetangganya...hehehe... begitulah ceritanya.. Ini diaa.....






 Coretan yang sebenarnya tidak penting, tapi perlu Anda ketahui..hehehe

Setelah pergi dari panasnya terik matahari di Sanur, ketika kami masuk di bis, kami diberi kejutan oleh tante Astuti... Taraaaaa..... Dosen pembimbing bis A telah pulang menggunakan pesawat.... Aseeeeekkkkk.... Tidak ada lagi yang membuat kami sungkan. Kemudian kami merayakannya... haiiahh lebai... Teman-teman berkaraoke ria.. dan tante Astuti juga bilang, kalo selama perjalanan pulang nanti akan ada banyak doorprize..
Kesempatan mendapatkan doorprize pertama jatuh ke tangan Adit... Adit diberi tantangan untuk mengungkapkan perasaannya pada seseorang yang disukainya… (hahaha,… ini ulah Faisal dan Cahyo, karena merekalah yang mencoba menjodohkan Tina dan Adit dengan cara mengirimkan SMS pengungkapan cintanya Adit pada Tina, namun atas nama Adit…)…tapi Adit gagal menyelesaikan tantangan itu, dan ia gagal memboyong doorprize kebanggaan dari tangan tante Astuti’. Lalu doorprize kedua jatuh ke tangan Linda…(lucu sekali tenmanku yang satu ini…) ia menyanyi lagu kucing garong dengan berjoget, ditemani Vita Sari Damayanti… Doorprize ketiga jatuh ke tangan Aji’ yang kemudian di buka langsung setelah ia mendapatkannya, lalu disematkan kepada Septi (Ibu Negara kita…hahaha).. Aji’ menyanyikan sebuah lagu untuk ‘seseorang yang berarti’ baginya. Taraaa.. Septi Purwanita… Judulnya Janji Suci… Sebelumnya Aji’ sempat menggombal..halaaah… Lalu Doorprize selanjutnya jatuh ke tangan Narisssss (narsis…) hehe… ia nembang kemudian dilanjutkan dengan bermesraan (halaaahhh…) bukan bukan, menyanyikan lagu jadul yang berjudul ‘kemesraan’…Kemesraan ini, janganlah cepat berlalu….  Doorprize terkahir jatuh ke tangan Pak Joko, yang diminta berkaraoke ria… tapi sepertinta Pak Joko orang yang pemalu, maka dari itu Linda bersedia menemani Pak Joko, hingga waktu memisahkan mereka…(haaaiiiiiah…)..



 Linda dan Vita
 proses penggombalan dan pengungkapan cinta..hehehe..pisss... ^_^v
Narsiss

 Linda dan Pak Joko..hahaha


Makan terakhir kami, ada di Ngawi (seperti tempat makan pertama saat menuju ke Lombok)… di sana kami (diwakilkan oleh Adit sebagai ketua kelas) sempat dimarahi oleh Pak Bowo (assisten Pak sopir), karena kami (secara mandiri dan tanpa bantuan orang lain) menyalakan tape karaoke bis bserta TV-nya… maka oleh sebab itu jadiiii…. Murkalah Pak Bowo pada kami.. Kami diam saja… rasanya kami ingin menangis massal… Suasananya mencair setelah tante Astuti masuk ke dalam bis, dan kami mengadu kepadanya…hahaha… Syudah-syudah itu memang kesalahanku..Lho???

 Pak Bowo...hihi...


Jogjaaaaaa…..kami datang kembali….
Yap...sepertinya cukup sekian... tulisan ini semakin ngalor ngidul dan tidak jelas, karena tanganku sudah tidak mau diajak berkompromi... Maafkan atas segala yang menyinggung dalam tulisan ini... Tidak bermaksud untuk menyinggung siapapun... Jadi sebelum ada yang tersinggung, aku-Aji Adhitya Ardanareswari meminta maaf yang setulus-tulusnya ^-^. Berharap semoga Anda terhibur, dengan segala kelucuan yang ada di tulisan ini....