Entah darimanakah awalnya...seperti yang pernah dibilang seorang kawan padaku.. "Boleh saja kamu merasa lemah, namun bukan menjadi pecundang!"....
hhhhh.... ini keputusanku, kenapa aku menulisnya? karena banyak yang menanyakannya. tidak secara gamblang memang, karena bagiku ada banyak hal yang tidak bisa ditulis dan diungkapkan dengan kata-kata. bagiku, cukup aku saja yang menyelesaikannya, dan cukup hanya Allah penolongku. Bukannya 'sok' tapi, karena jika kuceritakan akan menjadi aib. dan aku tidak suka. Biarkan urusanku denganNya, benar-benar hanya menjadi urusanku denganNya saja, ini wilayah teritorialku... dan ini caraku mencintaiNya..
ketika seorang sahabat bertanya padaku, dengan cara menganalogikan suatu permasalahan:
"suatu saat temanku memilih membawa sepedaku dan membiarkanku membonceng naik motor. Aku dapat melihat betapa sakit dan terlukanya hatinya. Kesalahan terbodoh dalam hidupku. Aku tidak menyadari betapa tidak adilnya sikapku. Hingga membuatnya tidak nyaman dan merasa tersisihkan. Maafkan semua salahku.. maafkan. Aku ingin dia tau aku menyanginya. Jika kau adalah dia apa yang akan kau katakan?'
itu isi pesan singkat yang ia kirimkan padaku...
lalu aku jawab dengan mengandaikan jika aku berada di posisinya.
kemudian dia bertanya lagi, "jika ini bukan berandai-andai, kalau dia benar-benar kamu, apakah kamu akan mengatakan hal yang sama? Aku kembali teringat wajah-wajah dan suasana saat itu. dan kembali menguak rasa bersalahku..."
saat itu, aku benar-benar tidak tau maksudnya...
lalu aku bilang, "kamu sedang lebay? ~~"
dia membalas lagi, "aku memang lagi lebay riiik, ini bukan masalah bonceng dan ngonthel tapi lebih dari itu. sejak semalam aku kebayang terus rii, semua tergambar jelas dan berharap ada maaf darimu.."
dan ku jawab.......~lupa~
dia membalas lagi, "embuh riik, aku ya ra ngerti tapi kalau boleh tau apa sih yang sebenarnya kau rasakan hingga akhirnya kau memilih untuk berpisah dengan kami? maaf sebelumnya"
di waktu yang sama, ada yang mengirim pesan singkat padaku , katanya tiba-tiba kangen arriiikk...
aku minta maaf, sungguh-sungguh minta maaf...
tak pernah sekalipun aku berniat untuk meninggalkan siapapun, ataupun menjauhi siapapun.. suatu ketika aku baru mengerti... aku ingat, ketika itu kamu baru saja sakit bukan, teman? operasi? dan aku tak tega jika harus membiarkanmu mengayuh sepedamu seorang diri. maka ku gantikan posisimu untuk mengayuh sepeda itu, dan menyuruhmu menaiki motor. Sungguh, tak ada perasaan sakit setelah itu... Sungguh aku tidak merasa 'tersisihkan'... tidak ada sama sekali... setelah sekian lama, beberapa hari yang lalu, kamu menanyakan lagi. dan aku memang benar-benar lupa... aku tak merasa tersakiti dan aku tidak merasa jika kejadian itu yang mempengaruhiku bersikap demikian [seperti menjauh~padahal tidak]... aku tidak pernah berniat untuk meninggalkan siapapun. sungguh.
dan inilah sisi pecundangku... aku merasa tidak lebih baik dari siapapun... aku bukan muslimah yang baik. aku terbiasa bilang, "maaf" dan aku terbiasa dipanggil "ariik", bukan yang lain. tidak seharusnya, kamu yang harus merasa bersalah, teman... akulah yang merasa bersalah... maaf... maaf... ,maaf...
Aku terlalu jauh dariNya...sangat jauh... dan kamu begitu dekat denganNya, teman... aku sungguh bukan muslimah yang baik, tapi aku berusaha menjadi baik dimataNya saja.. aku tidak terbiasa dipanggil ukhti, tapi aku seorang muslimah yang mencintaiNya. Sungguh sangat mencintaiNya.. aku tidak pernah berkata ‘afwan’, dan aku terlalu sering bilang ‘maaf’... aku tipe orang yang lebih memilih diam ketika aku menyadari bahwa aku tidak lebih baik daripada orang yang aku ajak bicara. Dan pada akhirnya aku merasa tidak ada apa-apanya... terlalu perasa, yah mungkin sebutan itu yang paling tepat. Hingga akhirnya aku memilih jalanku sendiri [mungkin inilah-'menjauh' itu] dan aku memperbaiki diriku dengan caraku sendiri. Aku mencintai Allah. dan Aku mencintaimu, saudariku hanya karena Allah. Itu yang selalu kuingat....
dan aku tidak suka, 'aku' yang ini.. jika ada yang bilang, menangis adalah cengeng dan sikap seorang yang lemah... maka akulah orang itu...
Sebenarnya telah basah sajadahku, kuyup alas tidurku, berembun kacamataku, basah jilbabku karena air mataku. Air mata yang selalu kusembunyikan dari siapapun agar aku tidak dianggap lemah dan membuat orang lain semakin salah paham dan bertanya-tanya.
oh sujudku...terbayanglah semua..kehidupan yang telah terlalui..
gelisahku. hampa.... dan yang kucintai hanya Allah semata...
Allah, bawa aku kembali.. terangi gelapnya hati..
dalam sujud, aku melihat semua cerminan diri yang tak luput dari kesalahan dan prasangka...
dan aku menangis.... tersirat sebuah tanya, "masihkah ada kesempatan?" untuk menghapus semua salahku, selamanya, akankah masih ada kesempatan... aku ingin UTUH kembali...
jika aku boleh meminta, maka perkenankanlah doaku.... beritahu aku jika aku masih diberi kesempatan bagaimana caranya untuk menghapus semua salahku?
aku sempat bilang, "ada banyak hal yang tidak pernah aku ceritakan pada siapapun... ada banyak hal yang memang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata..", yah dan setiap sikap dan keputusan yang aku pilih, semuanya beralasan (ternyata)...
seperti yang kamu bilang saudariku, "ukhuwah itu tidak hanya sekedar senangnya saja. (ya memang), namun ketika saudara lainnya sedang sedih, mereka mau menanggungnya bersama-sama, membaginya dengan yang lain..." yah, aku setuju... dan kamu pun tau jawabanku, bukan??? karena memang ada beberapa hal yang tidak bisa diungkapkan, dan semua sikapku pasti beralasan...
"semuanya berproses Riiik! Aku tau kamu suka lumba-lumba baru-baru ini karena aku baru dekat denganmu juga baru-baru ini, karena kita terbiasa bertemu.. dan semuanya pun begitu,"
seperti yang pernah kubaca dari status orang lain. "aku mencintai orang-orang shalih (saudara seimanku) meski aku bukan di antara mereka, aku benci orang yang senang berbuat maksiat, meski aku tidak lebih baik dari mereka."..