Bulan Bintang Matahari

ini kisah tentang bulan bintang dan matahari. bintang boleh perempuan atau lelaki, gender tak akan tercantum dalam tulisan ini.
ini kisah tentang bulan bintang dan matahari. bulan dan bintang bersinar menerangi keindahan malam,
tanpa bulan malam kegelapan, tanpa bintang hilanglah keindahan, tanpa matahari, bulan tak akan ada.
ini kisah tentang bulan, bulan bintang jadi kawan
begitulah persahabatan yang coba mereka tunjukan, yang bertahan hingga sekarang.
begitulah mereka hidup, sesama berjanji susah senang akan ditanggung bersama
di bawah naungan langit menjadi saksi janji mereka bertiga, bahwa mereka tak akan saling menyakiti, tak akan saling meninggalkan, hingga Tuhan merasa tugas mereka cukup untuk kehidupan umat manusia.. Meski manusia hanya tau bahwa bulan bintang hidup pada malam hari, dan matahari hidup pada siang hari.
Mereka berjanji akan bertemu pada suatu waktu yang disebut senja.

Cerita 6 Bulan

setelah membaca sebuah artikel [http://www.dakwatuna.com/2013/09/15/39318/di-balik-kocaknya-vicky-prasetyo/#axzz2esjHusig ] - merasa beruntung karena sudah diingatkan], kemudian membaca berulang kali beberapa kalimat, "Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, Maka mereka Itulah orang-orang yang zhalim. (QS Al-Hujurat: 11)".

saya kembali diingatkan tentang perjalanan saya mengenyam pendidikan di bangku perkuliahan. Banyak hal yang saya alami, banyak hal yang lihat, saya rasakan, saya dengar, saya baca, saya lakukan, kemudian saya kembali bertanya pada diri saya sendiri, "Baikkah saya di mata orang lain?"

Ketika saya dengan lugas menyatakan ketidaksukaan saya pada seorang dosen karena ketidaklogisannya beliau dalam memberikan nilai saya D atau K sekaligus, saya tidak pernah ingin mencari tau "sebenarnya apakah beliau memiliki masalah pribadi, atau mungkin ada hal lain yang seharusnya saya ketahui sehingga saya bisa memaklumi?" mungkin ini salah saya.

Ketika saya juga dengan lugas menyatakan ketidaksukaan saya pada seorang dosen karena terlalu seringnya beliau menyebut nama kami dengan panggilan yang mengejek, menganggap kami bodoh yang tidak mungkin berubah menjadi pintar, menganggap bahwa dengan kami menunduk setiap beliau berada di kelas kami menunjukkan bahwa kami segan dan hormat pada beliau; saya hanya berpikir bahwa dengan berkata "Selamat lebaran, mohon maaf atas segala kesalahan kami" tanpa melakukan perubahan, saya pikir itu sudah cukup. Mungkin belum cukup untuk merubah semua karakternya secepat ini?

Saya berharap saya tidak menjadi pribadi yang semakin buruk setelah saya juga diperlakukan buruk.
Kemudian bagaimanakah saya di mata orang lain?

Saya tidak begitu yakin apa yang menjadi alasan saya tidak menyukai orang merokok, orang yang hobi merendahkan orang lain, orang yang merasa paling tau dan pintar sendiri, bisa diterima oleh semua orang.

Saya ingat perkataan seorang guru besar pada perkuliahan hari Rabu kemarin bahwa, "Kebenaran itu amat sangat singkat sekali. Kebenaran bukan soal like dan dislike." [Rabu, 11 September 2013]

Jadi boleh saja pendapat antara saya dengan orang lain berbeda, karena perbedaan adalah keniscayaan.

Menurutmu lebih baik "berbahasa dengan baik sehingga tidak menyakiti orang lain, atau tinggi berpengetahuan tentang bahasa namun belum berbahasa dengan baik?"

Kata dosen saya lagi, wawasan itu lebih penting daripada pengetahuan.

Ahhh, saya berharap semua orang bisa berprasangka baik pada apapun, pada rencana Tuhan, ataupun pada sesamanya.

"Wahai orang-orang yang beriman, jauhkanlah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kalian mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kalian menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kalian memakan daging (bangkai) saudaranya yang sudah mati? Maka, tentulah kalian merasa jijik kepadanya. Dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (Al-Quran Surat Al-Hujurat [49] ayat 12)."