Sebuah Kapal


Sebuah kapal terdampar.
di sebuah pulau tak berpenghuni.
dengan dua awak kapal.
Bertahan hidup.
Dari hempasan badai di tengah laut.

Satu...dua..hari bertahan dengan bahan makanan seadanya.
Mereka berdua memperbaiki kapal mereka.
Untuk kembali ke rumah mereka.
Kapal itulah kendaraan terakhir harapan mereka.

Akhirnya, jadilah kapal gagah mereka.
Yang akan membawa mereka kembali mengarungi kejamnya kehidupan di atas perairan mahaluas.
Mereka berdua bertekad akan melindungi satu sama lain.
Mereka berdua bersiap mempersiapkan segala yang diperlukan.
Mereka berdoa memohon keselamatan bagi keduanya.

Berangkatlah mereka berdua.
Momen-momen kecil namun berharga, mereka berdua lewati bersama.
Mungkin tanpa mereka sadari membuat mereka saling bergantung satu sama lain.
Suatu malam datanglah badai di tengah laut.
Badai yang sama yang pernah melumpuhkan kapal mereka.
Mereka yang pernah jatuh, kemudian bangkit lagi, tidak akan membiarkan hal yang sama menjatuhkan mereka kembali.
Mereka berupaya keras, menghadapi tantangan rintangan di depan mata mereka.

Terhanyutlah salah seorang dari mereka berdua.
Salah seorang lagi sedang bertarung melawan badai menjalankan dan berupaya mempertahankan kapal.
Kawannya tertelan kuatnya gelombang laut, derasnya hujan malam itu, kencangnya angin malam itu.
Di depan matanya.
Ia tidak bisa berbuat apa.
Keringatnya mengucur deras.
Ia tidak bisa menangis.
Ketakutan sesungguhnya yang sekarang ia hadapi ada di depan matanya.
Menyaksikan kawannya jatuh, namun ia tak bisa melakukan apapun.
Untuk menyelamatkannya.
Ia sedang memegang kendali mimpi mereka berdua.
Ia bertahan hidup.
Membawa kembali perahu mereka dengan selamat.

Ketakutan sesungguhnya baginya adalah ketika ia tidak bisa menangis namun justru membuatnya gagu dan membuat sekujur tubuhnya bergetar tak terkendali.
Tangannya tak mampu menggapai kawannya.
Untuk menyelamatkannya.

Berakhir sudah badai malam itu.
Kini, ia hanya seorang diri.
Kata siapa dia seorang diri?
Hanya kata orang yang melihatnya dari jauh.
Mendekatlah.
Tuhan, ada di hatinya.
Tuhan, ada lebih dekat dari urat nadinya.
Tuhan mendengar doanya.
Tuhan melihat upayanya.
Tuhan mengabulkan mimpinya.
Dengan cara berbeda.

Tuhan tahu apa yang dilakukannya.
Karena Ia dekat.
Manusia tidak tahu apa yang diupayakannya.
Karena manusia melihat dari jauh.

Dari jauh, tampak seperti titik tak bermakna.
Dari dekat, titik tak bermakna berubah menjadi anugerah yang tak ternilai harganya.
Kapal sudah berlabuh kembali menuju ke rumahnya.

Ia hanya meyakini bahwa ketika ada jatuh maka selalu ada bangkit di langkah berikutnya, jatuh ya bangkit, jatuh kemudian ya bangkit lagi.
Begitu seterusnya.
Siklus yang tidak boleh habis di’jatuh’, meski harus berulang beberapa kali.

[play] Never Say Never - Justin Bibier ft Jaden Smith 
See I never thought that I could walk through fire
I never thought that I could take the burn
I never had the strength to take it higher
Until I reached the point of no return
And there's just no turning back
When your heart's under attack
Gonna give everything I have
It's my destiny
 
I will never say never! (I will fight)
I will fight till forever! (make it right)
Whenever you knock me down
I will not stay on the ground
Pick it up
And never say never
I never thought that I could feel this power
I never thought that I could feel this free
I'm strong enough to climb the highest tower
And I'm fast enough to run across the sea
And there's just no turning back
When your heart's under attack
Gonna give everything I have
'cause this is my destiny
 
I will never say never! (I will fight)
I will fight till forever! (make it right)
Whenever you knock me down
I will not stay on the ground
Pick it up, And never say never

I will never say never! (never say it, never, never say it) (I will fight)
I will fight till forever! (OK) (make it right)
Whenever you knock me down
I will not stay on the ground
Pick it up, And never say never