KEN DEDES SANG ARDHANARESWARI, baru saja kubaca buku berjudul “Gajah Mada’…. Masih beberapa halaman, kuhabiskan waktuku untuk membaca buku itu… Yah, dari sana aku tau darimana bapakku terinspirasi memberiku nama itu… Yah dari sana pula, harapan apa yang digantungkan setinggi-tingginya melalui sebuah nama itu.. hemmm… saat ini aku sedang tersenyum…entahlah karena apa…dan aku begitu cengeng, aku menangis…. Aku mencintai bapak…
“Adakah di balik kota yang tak jauh letaknya dari kota Malang dan Surabaya ini merupakan letak sebuah negara yang sekian tahun lalu pernah berdiri bernama Singasari pula? Parra Hiswara, nama lelaki yang sedang mengayun cangkul itu tidak pernah memerhatikan. Pengetahuannya tentang Singasari yang menjadi tempat tinggalnya sekarang tidak lebih dari kampung halaman isterinya yang ia nikahi setahun lalu dan kini sedang hamil lima bulan. Soal adakah kota Singasari itu berhubungan dengan nama-nama terkenal dari masa silam, misalnya nama seorang perempuan yang konon memiliki kecantikan tidak tertandingi, ia adalah Ken Dedes pemilik gelar Sang Ardhanareswari yang mempunyai arti perempuan mulia yang menurunkan raja-raja atau ada nama lain yang tak kalah legenderaris seperti Ken Arok, Parra Hiswara tidak tahu. Ia bukan arkeolog, bukan historiografer, juga tidak memiliki minat terhadap sejarah bahkan legenda sekalipun. Ia hanya seorang sarjana pertanian, lulusan sebuah perguruan tinggi terkenal di Yogyakarta yang sekarang sedang menekuni profesi yang benar-benar boleh dibilang jauh panggang dari api.”
`Kalau kita pelajari sejarah dan kita teliti silsilah kebangsawanan Jawa, maka seluruh bangsawan Jawa itu sesungguhnya berasal dari satu rahim seorang perempuan, yaitu dari rahim KEN DEDES. Benar kalau perempuan cantik dari desa Polowijen (dekat kota Malang) itu diberi julukan ARDHANARESWARI yang artinya "mempunyai rahim agung dan luhur", karena dari sanalah lahir raja-raja di Jawa, tapi kata bapakku ‘Ardanareswari’ itu ‘cant*k. Entah yang benar yang mana, yang jelas semua adalah harapan yang baik. (Amiin). Ken Dedes, adalah istri Tunggul Ametung (penguasa Tumapel), yang kemudian menjadi istri Ken Arok. Ken Dedes yang bergelar Sang Ardhanareswari, dianggap sebagai nenek moyang raja-raja Jawa modern, karena ia menurunkan penguasa Singasari, Majapahit, Demak, hingga Mataram Islam (termasuk Kasultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta). Ia, Puteri dari seorang pendeta Buddha bernama Mpu Purwa dari desa Panawijen, yang kecantikannya sangat kondang di seantero kekuwuan Tumapel ini, telah membuat penguasa Tumapel waktu itu, yakni Tunggul Ametung untuk nekat menculik Ken Dedes Mpu Purwa sedang bertapa di hutan yang kemudian dijadikan permaisuri. Mengetahui anak gadisnya dibawa lari, Mpu Purwa mengutuk Tunggul Ametung dan mendoakan anaknya kelak akan menjadi orang besar yang dikenang sepanjang masa. Kutukan pendeta ini terbukti, Tunggul Ametung tewas ditikam keris oleh Ken Arok yang dibuat (namun belum jadi sepenuhnya) oleh Mpu Gandring dan kemudian terbukti Ken Dedes merupakan ibu dari semua raja-raja Jawa. Perkawinan Ken Dedes dan Tunggul Ametung membuahkan keturunan berturut-turut Anusapati-Ranggawuni-Kertanegara-Tribuwana. Sedangkan perkawinan Ken Dedes dengan Ken Arok membuahkan keturunan berturut-turut Mahesa Wong Ateleng-Mahesa Cempaka-Lembu Tal-Raden Wijaya (Raja Majapahit I). Raden Wijaya dari darah Ken Arok menikah dengan Tribuwana berdarah Tunggul Ametung. Kedua pasangan inilah yang kemudian menurunkan raja-raja Majapahit. Raja Majapahit terakhir yi Pangeran Kertabumi (Brawijaya V) menikah dng puteri Cempa (Kampuchea), mempunyai putera Raden Fatah (Raja Demak Bintoro I). Panembahan Senapati (Sutawijaya), Raja Mataram I, adalah putera Ki Ageng Pemanahan, masih ada garis keturunan dari Majapahit. Raja Mataram I ini menikah dengan Raden Ayu Rembe yang masih keturunan Raden Fatah. Dari perkawinan ini membuahkan Mas Jolang (Pangeran Sedo Krapyak), ayah dari Sultan Agung Hanyokrokusumo. Kita mengetahui bahwa dari Sultan Agung ini menurunkan raja-raja di Jawa (PB, HB, MN, PA) dengan seluruh simpangan-simpangan keturunan yang merupakan bangsawan-bangsawan Jawa. Jadi sebenarnya "darah biru" itu tidak ada, yang ada "darah merah" biasa. Karena Ken Dedes adalah orang biasa dari desa Polowijen, Tunggul Ametung juga orang biasa sebelum jadi akuwu Tumapel, Ken Arok adalah orang dari desa Pangkur di lereng Gunung Kawi, dan karena merekalah orang-orang biasa yang menjadikan orang-orang yang luar biasa,
“Nasib Kertajaya berakhir ketika Ken Arok mengalahkannya dalam pertempuran yang amat berdarah di Ganter. Sejak itu garis keturunan Ken Arok mulai berkibar sekaligus banyak diwarnai peristiwa berdarah. Keris Empu Gandring berbicara atas nama dendam. Berturut-turut mati tertikam oleh keris dengan pamor berbau amarah itu: Empu Gandring sang pencipta keris itu sendiri, disusul Tunggul Ametung, Akuwu Tumapel yang beristrikan Sang Ardhanareswari yang cantik jelita, Ken Dedes. Selanjutnya, mati menyedihkan Kebo Ijo yang menjadi korban fitnah dan kelicikan Ken Arok ketika mengangkat diri sendiri menjadi Akuwu di Tumapel yang nantinya menjadi raja pertama di Singasari bergelar Sri Rajasa Batara Sang Amurwabhumi. Ken Arok menjadi korban keganasan keris yang sama, ia harus menggeliat sekarat dibunuh Batil Pengalasan utusan Anusapati. Batil Pengalasan membayar dengan nyawanya karena Anusapati tidak ingin rahasianya terbongkar, disusul kemudian oleh kematian Anusapati dalam permainan adu jago melalui tikaman yang tak terduga yang dilakukan oleh Tohjaya, anak Umang. Terakhir, Tohjaya harus membayarnya melalui kematian yang hina, Raja Singasari ini dibunuh oleh pengangkat tandunya sendiri setelah Singasari diterjang banjir bandang akibat gempuran gabungan kekuatan Ranggawuni, anak Anusapati dan Mahisa Cempaka, anak Mahisa Wong A Teleng.”
2 komentar:
membantu mengingat sejarah, yang hampir dilupakan, rasanya ingin tahu apakah ada arti lain dari nama Ken Dedes selain ARDHANARESWARI yang artinya "mempunyai rahim agung dan luhur" dan "cantik", ada yang mengatakan Ken Dedes itu artinya "penggoda", "provokator", mohon pencerahan supaya sejarah yang indah ini tidak semakin hancur, terima kasih
Ken dedes itu nama samaran yang jadi gelar. Nama aslinya Sri Levhimawarbhumi
Posting Komentar