Ya, Aku Tau

Aku tau, memang tak baik mengingat ingat kesalahan orang lain.
Aku juga tau, tak baik membawa muka murung kita di hadapan orang lain,
aku tau pasti, tak baik mendiamkan orang tanpa orang tersebut tau alasannya,
aku juga tau pasti, tidak baik mengoreksi orang lain tanpa mengoreksi diri sendiri terlebih dahulu.
Sama tau nya aku, bahwa terlalu banyak makan makanan manis tidak baik untuk kesehatan penderita diabetes.
Terserah, itu pilihan..
Boleh sedih, boleh juga cuek sok nggak peduli.
Itu pilihanmu,
itu juga pilihanku.
Toh aku masih punya pilihan, menangis bukan satu-satunya cara untuk bersedih.

*cukup, dari saya yang (masih) mengharapkan perubahan yang baik dari Anda

Listen

Kebiasaan burukku memang menutup telpon di tengah perbincangan kita..
Kamu bilang akan mendengarkan..
Aku hanya butuh 1 menit untuk bercerita,kemudian aku akan berganti mendengarkan sepanjang apapun kamu bercerita, karena aku rindu..
Aihh,lagi lagi nada suaramu meninggi kemudian aku diam saja. Tahukah kamu? Diseberang telepon aku menahan tangis, menahan suaraku yang bergetar..anggap saja aku tak merespon, diam saja..
Biar, kamu kira aku acuh.. Mungkin akan lebih baik ketimbang kamu tau aku menangis karena kata katamu.
Sorry, karena aku menutup teleponmu ditengah kamu berbicara dg nada yg meninggi.
Sorry

Pesan Untukmu!


Saya mengkepo dan mendapatkan sebuah status yang Anda tulis, "kamu tak bisa mengenali orang lain dari apa yang mereka kenakan. KENALI HATINYA." Lihat huruf yang dicetak besar. Baiknya mas-mbak-Anda yang menulis itu dibaca kembali apa yang ditulis. Lantas, ketika mas-mbak-Anda menyakiti hati kedua orang tua, saudara, bahkan Tuhanmu sekalipun,  Hati mas-mbak sudah mulia, begitu? Dari situ nampaknya orang lain pun tidak butuh perkenalan, saya cukup tau dari perbuatan, dan kata-kata yang keluar dari bibir Anda. Perbaiki hati, sikap, bicara, dan penampilan sesuai perintah Tuhanmu serempak, selaras, supaya seimbang. Jangan terlalu sering berdalih "yang penting hatinya" itu tandanya Anda orang yang malas dan mengada-ada, mencari pembenaran. Sori kuwi kakean alesan jenenge. Jika kamu berbuat salah di mata hukum dunia dan agama, jangan menyalahkan orang lain, "sik jilbaban wa durung tentu bener kelakuane", itu pembelaanmu. Tak baleni maneh, aja njuk nyalahke wong liya! Jangan hanya melihat kesalahan-kesalahan orang yang bisa dijadikan pembenaranmu melakukan kesalahan! Jangan hanya berharap ingin dimengerti orang tua, lalu kapan seorang anak akan mengerti persaaan orang tuanya jika begitu?

Usaha! aja mung isane alesan "yang penting hatinya". Keterlaluan, nek jenengane anak ora gelem dikandhani wong tuwane. Rumangsa wis dadi wong tuwa ora kaya ngana carane, dadia tuladha kuwi sing jenengane wong tuwa.. yen urip isih ngandhelake wong tuwa wae nanging ora gelem ngrungoake ngendikane wong tuwane kuwi jenenge kewanen, keterlaluan, sombong... mendhing uripa nang alas. cobalah untuk membuka hatimu untuk bisa mendengar pendapat orang lain.. Dewasalah, jangan kekanak-kanakan! Tidak penting siapa berbuat salah pada siapa, berlomba-lombalah untuk saling minta maaf! Tidak ada yang dirugikan, percayalah! saya cuma ingin kita bisa hidup saling membahagiakan, nyaman, tentram, kemudian bisa saling bercerita dan mendengarkan dengan senyuman, tawa canda.. bukan tangisan yang hanya saya pendam sendiri di dalam kamar, di bawah bantal, atau di depan layar laptop, atau di balik halaman blog.

Oke, saya memang pengecut tidak langsung bilang pada mas-mbak-Anda... karena apa? karena Anda terlalu introvert, tertutup terhadap masukan-masukan, kritikan-kritikan apalagi dari anak kecil seperti saya. Kita hanya akan berakhir pada perdebatan yang nggak ada habisnya.. kemudian mungkin diakhiri dengan saya mengalah, diam, dan menangis. dadine males yen meh ngandhani maneh. Ra perlu nganggo emosi, ra perlu nganggo otot-ototan! Iku jenenge ora isa dikandhani. Apa buktinya? bahkan orang tuamu saja ketika memberi nasihat kepadamu, kamu tidak bisa menerimanya dengan legawa.. Anda akan membela diri, dan mencari seribu satu alasan, hingga tak ada satupun kata maaf untuk mengakhiri perselisihan itu. Anda bukan tipe orang yang bisa mendengarkan pendapat orang lain, alias ngeyel dalam arti negatif. Ngeyel boleh jika pendapat Anda benar dan berdasar, tapi ngeyelnya Anda menyakiti seluruh umat di dunia, terutama orang tua Anda, dan saudara-saudara Anda. Jadi, tolonglah (saya sebutkan sekali lagi: MAS - MBAK!). Tidak bisakah Anda mendengarkan, diam, direnungkan, kemudian manuta! Lihatlah tidak hanya (katanya) dengan memakai Hati, pakai otak, pakai nalar, nurani dan mata Anda... Tidakkah Anda tau bahwa bapak-ibu selalu menangis setiap malam, dan selalu menyempatkan berdoa supaya dibukakan pintu hati kalian oleh Allah agar bisa melihat mana yang benar dan yang diinginkan oleh bapak-ibu? Haruskah Anda, saya tunjukkan bahwa "penyesalan selalu datang terlambat? datang di akhir?".  Saya pun tidak ingin.. semoga belum terlambat..
ahhh..saya selalu menangis jika mengingat nasihat dan harapan bapak pada saya dengan mata berkaca-kaca menahan air mata..bisakah mas-mbak membantu memenuhi satu diantaranya? Jadilah anak berbakti!

Bahkan kadang keinginanku untuk melakuakn sesuatu yang aku senangi terhalang oleh restu dan ridho bapak atau mamah, aku selalu berpikir dua kali kemudian, contohnya ketika aku berujar pada bapak tentang niatku untuk pergi ke semarang, dan bapak melarang, aku berat menurutinya... kemudian meski berat, aku menuruti permintaan keduanya... Menurut atau tidak menurut itu memang pilihan. Tapi, Tidakkah lebih baik kita bahagia bersama, saling menutupi cacat masing-masing, dan mencoba bersabar sambil melakukan perbaikan?

...cukup, dari saya yang sedang menangis, mengharapkan perubahan yang baik dari Anda...

Say, Sorry. Please!

Sore hari sering berjodoh dengan hujan. Oke, menjelang maghrib kali ini saya menembus hujan, seorang diri. Berusaha tidak tergesa, meski atis tapi mencoba untuk menikmatinya. Sampai di tengah kota Solo, agak jauh jg agak dekat, saya melihat seorang laki laki berumur sekitar 30an seorang diri mengendarai motornya dan terpeleset. Saya tak tau pasti kronologisnya seperti apa,sehingga yang jatuh tidak hanya dia seorang diri,namun juga seorang laki-laki lain. Keduanya bangkit dari motornya masing2 yg jatuh,kemudian salah satu mendekati laki laki satunya dengan langkah tegas mungkin ditambah dengan amarah karena dinginnya air hujan sore ini (sori no relation). Laki laki tersebut mendorong laki laki yg saya sebutkan pertama, sambil mengumpat "m*****". Buru buru orang lain yang melihatnya melerai mereka, "eh sampun mas, sampun mas" sambil berlari menengahi mereka. Kemudian, sudah..motorku melaju pelan melewati kerumunan tadi. Saya paling nggak suka kalo macet. Bukankah saya pernah bilang? Nah, penyebab lain kemacetan selain pacaran, banjir, tetapi juga berantem (*filosofi).

Saya bukan hendak menghakimi keduanya dalam cerita ini. Saya hanya memutar otak, kemudian imajinasi saya mensetting ulang kejadian tersebut sama dengan banyak peristiwa yang saya alami, ah bukan..yang saya tangisi, bukan juga.,terserahlah.. Tidak bisakah kita melupakan "siapa menyalahkan siapa", siapa yang merasa paling benar, siapa yang menyakiti siapa, siapa yang paling tau segalanya akan kebenaran,. Seandainya saja, hal "toyor menoyor" satu sama lain tidak sempat terjadi, tetapi diganti dengan saling berlomba untuk mengucapkan kata "maaf" tanpa memperhitungkan itu salah siapa,bukankah akan lebih menyenangkan? Ayolah, saya mengajak siapapun! Untuk mengontrol "marahnya" supaya tidak meledak-ledak hingga menyakiti yang lain, menyakiti - membuat takut orang yang mungkin hanya menyaksikan. Kalo kamu pikir,kamu akan marah karena melihat ketidakadilan, ato karena merasa temanmu diganggu oleh oranglain, bisakah tidak dengan marah? Kalo saya boleh memilih, saya akan menyarankan untuk diam, kemudian menangislah... Yang penting, jangan menyakiti orang lain terlebih dahulu (mbak, mas)

Be Happy

Bahagia itu terlalu sederhana untuk sekadar ditulis dengan kata-kata.
Rasakan! dan cobalah mengerti.
Ini...di samping kamar kos (tempat tinggal baru) ada seorang anak kecil mungkin kalo boleh mengira skitar 5tahun, sedang merayakan ulang tahunnya. Ada yang berteriak-teriak "kancaku ulang tahun!", kemudian mereka saling tertawa. Diam, tiba-tiba alam bawah sadarmu memerintahkanmu untuk memejamkan matamu, sambil kedua tanganmu merasakan hembusan angin sore..lalu, kamu tiba-tiba tersenyum. Ah iya,itu bahagia..ketika kamu mengenang segala kenangan dengan mata tertutup, berbicara pada angin bahwa "see, aku bahagia" kemudian tersenyum.
Setelah menyanyikan lagu Selamat Ulangtahun,sang ibu menginstruksikan untuk berdoa,kemudian diamini oleh teman-temannya yang datang, setelah itu mereka bernyanyi "tiup lilinnya" dan "potong kuenya"..
Kemudian mereka saling berhamburan untuk menerima jajan..sadar atau tidak,mereka berlari bahagia setelah mereka menerima jajan..
Ah,mereka istimewa..
Ini cuma sepotong adegan yang bisa kupersepsikan di kamar lantai 2, dari tawa-tawa riang anak kecil dilorong samping jalan kos..



:)