Sore hari sering berjodoh dengan hujan. Oke, menjelang maghrib kali ini saya menembus hujan, seorang diri. Berusaha tidak tergesa, meski atis tapi mencoba untuk menikmatinya. Sampai di tengah kota Solo, agak jauh jg agak dekat, saya melihat seorang laki laki berumur sekitar 30an seorang diri mengendarai motornya dan terpeleset. Saya tak tau pasti kronologisnya seperti apa,sehingga yang jatuh tidak hanya dia seorang diri,namun juga seorang laki-laki lain. Keduanya bangkit dari motornya masing2 yg jatuh,kemudian salah satu mendekati laki laki satunya dengan langkah tegas mungkin ditambah dengan amarah karena dinginnya air hujan sore ini (sori no relation). Laki laki tersebut mendorong laki laki yg saya sebutkan pertama, sambil mengumpat "m*****". Buru buru orang lain yang melihatnya melerai mereka, "eh sampun mas, sampun mas" sambil berlari menengahi mereka. Kemudian, sudah..motorku melaju pelan melewati kerumunan tadi. Saya paling nggak suka kalo macet. Bukankah saya pernah bilang? Nah, penyebab lain kemacetan selain pacaran, banjir, tetapi juga berantem (*filosofi).
Saya bukan hendak menghakimi keduanya dalam cerita ini. Saya hanya memutar otak, kemudian imajinasi saya mensetting ulang kejadian tersebut sama dengan banyak peristiwa yang saya alami, ah bukan..yang saya tangisi, bukan juga.,terserahlah.. Tidak bisakah kita melupakan "siapa menyalahkan siapa", siapa yang merasa paling benar, siapa yang menyakiti siapa, siapa yang paling tau segalanya akan kebenaran,. Seandainya saja, hal "toyor menoyor" satu sama lain tidak sempat terjadi, tetapi diganti dengan saling berlomba untuk mengucapkan kata "maaf" tanpa memperhitungkan itu salah siapa,bukankah akan lebih menyenangkan? Ayolah, saya mengajak siapapun! Untuk mengontrol "marahnya" supaya tidak meledak-ledak hingga menyakiti yang lain, menyakiti - membuat takut orang yang mungkin hanya menyaksikan. Kalo kamu pikir,kamu akan marah karena melihat ketidakadilan, ato karena merasa temanmu diganggu oleh oranglain, bisakah tidak dengan marah? Kalo saya boleh memilih, saya akan menyarankan untuk diam, kemudian menangislah... Yang penting, jangan menyakiti orang lain terlebih dahulu (mbak, mas)
0 komentar:
Posting Komentar