[Looking Up Together]
Rise up, you dreamer,
stand strong forever, when life tosses you around and keeps you down
Imagine, you dreamer,
how much I love you
I will help you in times of need, when the darkness makes you cry
As you trust me and as you love me,
Every dream will be come true!
We look up as one together
We all fly up high together
to see beyond
move forward to one future
Dream whatever you want to dream
Go wherever you want to go
'cause you and I trust and love forever more
Call me for your help, I'll stand beside you
I still just believe in you, I see sunrise in your eyes
As you trust me and as you love me,
You know that we can make it true
I am thankful that I found you
You're the one who can hold my hand and go forth
I know that you won't give up.
I'm giving you all of my heart.
I'm giving you my love.
adalah seorang laki-laki seperempat abad yang sedang menjemput segala mimpinya. Kekasih hidupnya, rejekinya, masa depannya. Hidup seorang diri di perantauan setelah separuh hidupnya ia habiskan di kota kelahirannya. Ia bertemu dengan seorang laki-laki lain yang menjadi tempatnya membuang segala keluh kesah, sekaligus kebahagiaan saat ia menempuh pendidikan pasca sekolah menengah. Ia yang dia sebut sebagai seorang sahabat. Siapa sangka persahabatan sepasang lelaki justru eratnya melebihi persahabatan sepasang perempuan. Dia mungkin tidak menyadari bahwa apa yang mereka berdua lakukan, biasa orang lain sebut dengan persahabatan, karena mereka berdua tidak pernah mengikrarkan hal tersebut. Yang mereka tahu, mereka hanya perlu saling berkunjung, saling mendengarkan, saling tertawa menertawakan, saling menangis tanpa perempuan ketahui, saling membuka diri, saling bercerita, saling berdebat, saling marah, saling membentak, saling memaafkan. Itu yang mereka lakukan setiap kali marah, selalu berujung saling memaafkan kemudian pergi ke kampus bersama dengan mengayuh sepeda.
Hingga suatu ketika, tanpa disadari tahun keempat mereka di kampus sudah di depan mata. Mereka berdua diwisuda. Mereka berdua berpisah, salah satunya mengenyam pendidikan lanjutan di di kota lain, sedangkan seorang lagi bekerja di ibukota dan memutuskan untuk menikahi perempuan yang ia cintai. Mereka berdua saling berjanji bahwa apapun yang terjadi pada diri mereka masing-masing, meskipun terpisah ruang dan waktu, mereka akan saling mengabari. Prinsipnya adalah kabar tentang apapun, keduanya harus mengetahuinya langsung dari sahabatnya. Bukan dari orang lain. Benar saja, kabar tentang sahabatnya yang menikah, mendapatkan pekerjaan, pindah rumah, rencana memiliki anak kembar, ia ketahui langsung dari sahabatnya bukan dari orang lain. Dan siapa sangka, doa dari siapapun itu, kini sang sahabat itu dalam rahim istrinya sedang dititipkan sepasang anak kembar. Ia tidak pernah berkoar bahwa selama ini ia memanjatkan doa agar sang sahabat selalu mendapatkan segala yang ia inginkan. Kini ia menyadari bahwa prioritas kepentingan dirinya di mata sahabatnya tidak akan sama seperti ketika mereka berdua hidup hanya seorang diri. Kini, sahabatnya memiliki list pertama pada prioritas kepentingannya, yaitu istri dan calon anaknya. Ia menyadari hal itu. Lalu kemanakah is harus berlari ketika seisi dunia ini justru akan memberatkan langkah kakinya? Ia menyadari bahwa sahabatnya kini, sudah menemukan sahabat sejatinya untuk kehidupannya, yaitu istri dan anaknya. Kini, ia hanya perlu untuk berupaya bertemu dengan sahabat sejati yang belum sempat ia temui. Mimpinya bukan lagi bisa tumbuh menjadi sarjana yang baik, atau tumbuh menjadi pengusaha yang sukses, atau pejabat pemerintahan yang mulia. Mimpinya sederhana, hanya ingin tumbuh menjadi seorang ayah yang baik, dan terus tumbuh menjadi anak yang baik bagi bapak ibunya yang semakin renta.
Meskipun terlihat tertawa dan jenaka, sesungguhnya di dalam hatinya ada perasaan yang masih ia sembunyikan; "setelah berbagai upaya kutempuh untuk memenuhi semua mimpiku, aku hanya takut justru aku tidak akan mendapatkan apapun. Kemanakah aku harus berlari dan menyampaikan perasaanku, kalau bukan padaMu?"
0 komentar:
Posting Komentar