#SongSongCouple Menyongsong Halal


Song Song Couple Menuju Halal. Begitu tagar terpopuler di explore instagram. Cerita bak negeri dongeng ini hampir sama ceritanya kayak Ahn & Goo (catatan: https://www.facebook.com/notes/aji-adhitya-ardanareswari/ahn-goo/10154144693059801/ ) Ahn Jae Hyun & Goo Hye Sun mengumumkan kabar rencana pernikahan mereka satu bulan sebelum pernikahan mereka di bulan Mei 2016 terjadi. Sementara Song Song Couple melalui agensi mereka mengumumkan kabar rencana pernikahan mereka di awal bulan Juli 2017. Dari sana telah dipastikan bahwa Song Jong Ki dan Song Hye Kyo akan menggelar pesta pernikahan mereka pada tanggal 31 Oktober 2017. 


Bagiku keberhasilan kedua pasangan menuju bahtera rumah tangga ini menunjukkan bahwa perempuan tidak perlu terlalu menjadi idealis dalam menentukan standar usia pasangan lebih tua. Song Jong Ki, pemuda yang begitu tenar di kalangan remaja Tiongkok, Jepang, Tanah Air, eh seluruh dunia ini lahir pada tahun 1985 dan akan melabuhkan hatinya untuk seumur hidup pada “nuna” kelahiran 1981. Aku mengenalnya saat ia jadi playboy di Sunkyunkwan Scandals. Di sana doi bukan lead male. Meski bukan lead male, mukanya yang masya Allah bikin gagal fokus dari tokoh utamanya. Saat itu, Song Jong Ki juga mirip Ahn Jae Hyun, masih terlalu dini untuk diajakin diskusi perkara pria wanita, halal haram, dan mahram bukan mahram. Jaman-jaman itu doi lebih sering main kejar-kejaran di Runningman sama Song Ji Hyo, dkk. Seiring berjalannya waktu, Song Jong Ki meninggalkan dunia Runningman dan lebih memilih fokus pada pekerjaannya sebagai aktor. Hingga pada tahun 2016 terbitlah drama Descendants of the Sun (DOTS). Drama ini, sebelum penayangannya di akhir 2016, sudah digadang-gadang sebagai drama paling ditunggu dan diprediksi akan menjadi drama terlaris karena memasangkan aktor dan aktris hits juga karena ditulis oleh penulis skenario dengan trackrecord drama populer. Nah, di sanalah Song Jong Ki bertemu dengan Song Hye Kyo. Nuna satu ini kukenal lewat drama Korea Endless Love jaman-jaman SD. Lalu di Full House doi jadi Han Ji Eun, di sana lagu “three bears song” jadi lebih dikenal oleh para pecinta drama korea anak SMP juga gurunya ^^’. Nuna satu ini, kecantikannya awet sejak aku SD sampai kemarin doi ketemu Song Jong Ki di DOTS. Para shipper bergabung untuk menjodohkan keduanya setelah syuting DOTS berakhir karena chemistry keduanya sebagai pasangan di drama begitu tampak nyata. Namun, lagi lagi namun seperti kebanyakan “standar operasional alias SOP” para artis jika merespon tentang jalinan asmara mereka akan “no comment” atau jawaban “kami bekerja secara profesional. - kemudian saling memuji” selalu menjadi senjata pamungkas. Publik hampir lupa dengan ‘perjodohan’ ini karena keduanya tampak hanya seperti teman pada umumnya karena bekerja dalam satu tim sejak pembuatan drama tersebut. Hingga akhirnya, Juli 2017, publik internasional dikejutkan dengan kabar rencana pernikahan mereka melalui agensi mereka. Selang beberapa hari, keduanya mengklarifikasi kebenaran kabar tersebut melalui sebuah surat yang ditujukan kepada para penggemar/ fans mereka.


Song Jong Ki menulis, “Aku menulis ini karena aku ingin menerima restu dari kalian. Aku benar-benar gugup saat menulis ini tapi aku ingin mengatakan kepada kalian tentang isi hatiku. Aku baru saja bisa menjadi bagian dari sebuah drama yang membuatku lebih bersinar dari sebelumnya. Aku menikmati hari-hari terindah dalam hidupku karena cinta yang kuterima dari semua orang. Usai drama tersebut, aku juga mendapatkan teman berharga dan perasaan tersebut berkembang menjadi cinta. Pada awal tahun 2016, kami berjanji untuk menghabiskan sisa hidup kami bersama-sama. Kami berjanji untuk saling memahami kelamahan satu sama lain, saling membantu saat melalui masa-masa sulit. Jadi aku akan memulai hidup baru dengan Song Hye Kyo melalui pernikahan kami pada hari terakhir bulan Oktober 2017.”


Song Hye Kyo juga menulis, “Hai ini Song Hye Kyo, sudah lama tidak menulis di sini kalian pasti terkejut membaca berita tentang pernikahanku. Aku pun terkejut mereka mengumumkannya secepat ini, aku seperti tidak mempertimbangkan perasaan kalian sebagai fans dengan adanya berita pernikahan ini. Pertama aku ingin mengatakan, Song Jong Ki adalah rekan kerja yang memiliki hubungan yang baik denganku. Aku merasa dari segi sikap hingga pikiran kami memiliki hal yang sama, dan aku merasakan hal itu ketika kami bekerja bersama. Dan aku merasa senang ketika kami saling berbagai cerita apapun tentang kehidupan kami. Aku merasa nyaman dan telah banyak waktu yang kita habiskan untuk lebih mengenal satu sama lain. Aku berpikir ini sejak lama bahwa takdir mempertemukan kami dan ia membuatku percaya dan ingin menjalani hidup di masa depan bersama dengannya. Aku juga bersyukur ia telah memberikan rasa cinta yang sedalam-dalamnya dan meyakinkanku bahwa ia bisa membuatku menjadi wanita yang bahagia. Aku ingin mengatakan kepada fasnku, keputusan menikah bukan hanya keputusanku, ini keputusan antara aku dan Song Jong Ki. Tentu aku merasa khawatir, berhati-hati dalam berbagai hal, dan aku benar-benar gugup. Tetapi aku yakin kalian (fans) akan menyamangatiku. Fans yang telah menunggu dan selalu memberikan cinta kepadaku, hingga aku mengatakan ini kepada kalian. Sekarang aku tidak akan sendiri, Song Jong Ki telah menjadi bagian dalam hidupku, jadi bukan hanya aku tapi kami berdua, kami berjanji akan menjalani hidup lebih baik dan bahagia sebagai pasangan kedepannya. Tetapi aku mohon aku meminta kalian untuk mendukungku juga Song Jong Ki ke depannya. Terima kasih aku menyayangi kalian.”


via @koran_hallyu


Abang Song Jong Ki dan Abang Ahn Jae Hyun ini patut diteladani oleh para selebritis yang sedang hits dan naik daun di Negara Gingseng sana bahwa memutuskan untuk menikah tidak perlu adanya konfirmasi kencan sebelumnya. Karena, (insya allah) publik selalu berpikiran positif, “mungkin saja mereka taarufan”. Selamat KBS, in sya Allah ladang pahala untuk Bapak Ibu yang bekerja di sana, karena telah mempertemukan kedua pasangan ini di drama yang berbeda.


Betewe, selamat Sersan Yoo Si Jin dan Dokter Kang Moo Yeon semoga kombinasi ini dapat membawa kemaslahatan bagi umat-umat dunia. Selamat berkeliling dunia!


Yang belum baca cerita Ahn Jae Hyun, bisa baca https://www.facebook.com/notes/aji-adhitya-ardanareswari/ahn-goo/10154144693059801/















Dimas

Di sudut pendapa milik pak RT kami bercerita ceria. Tentang pekerjaan kami, tugas kami, cerita lucu bersama penduduk desa, cerita lucu tentang anak-anak di desa. Satu jam sebelum masuk waktu maghrib, biasanya kugunakan untuk jalan sore keliling desa yang baru kutinggali untuk sementara waktu ini. Sebelum mengajar adik-adik mengaji, padang ilalang panjang kulewati saat menuju ke surau. Kudapati seorang laki-laki keluar dari semak rumput tinggi, menuntun sepedanya dan berhenti di pinggiran jalan ilalang. Laki-laki itu mendekati seorang Bapak yang tengah merapikan tumpukan rumput panjang bunga dandelion. Mungkin untuk makan ternak milik Bapak itu. Selesai merapikan rumput untuk di bawa menggunakan sepeda oleh Bapak itu, lelaki itu mengayuh kembali sepedanya. Sosoknya tertutup oleh sinar senja sore kala itu dan membentuk sebuah siluet. Dia menjauh, aku tersenyum di balik punggung lelaki itu. Aku merasakan kehangatan pribadi lelaki itu. Lelaki itu bernama DIMAS.

Lelaki yang kemudian untuk beberapa kali waktu kutemui di tengah jalan tanpa sapa tanpa sengaja. Pernah kedua mata kami bertemu, kemudian dia tersenyum. Aku tersenyum. Seorang laki-laki yang begitu menyukai bersepeda, melukis sore, dan mengejar bola. Lelaki sederhana namun istimewa.

Sore ini gerimis turun lagi, Dimas. Tanpa mendung tanpa awan tebal kelabu. Sama seperti ketika aku duduk mendampingi adik-adik yang sedang mengaji, kemudian gerimis turun tiba-tiba. Aku berlari ke teras surau untuk menepikan sepatu adik-adik agar tidak basah karena hujan. Namun sebelum sampai aku di teras surau, aku melihatmu lebih dulu menepikan sepatu adik-adik dengan rapih. Juga sepatu usangku tidak lupa kau tepikan agar tidak kehujanan. Kubiarkan engkau tidak menyadari bahwa aku menyaksikan kebaikan dan perhatianmu. Satu yang kulupa, aku lupa mengucapkan terima kasih padamu. Kamu buru-buru ke tempat wudhu dan bergegas ke mimbar bersiap untuk mengumandangkan adzan maghrib. Setiap kali gerimis datang dan jatuh dari langit depan surau, aku mengingatmu. Aku menampung air gerimis di telapak tanganku, dan aku tersenyum mengingat kehangatan pribadimu. Aku mulai menyukai gerimis. Gerimis membawaku pada kenangan tentang perhatianmu pada adik-adik dan warga desa.
Dimas yang baik, apakah aku terlambat untuk mengenalmu lebih dari sekadar tau namamu? Seandainya menyapamu semudah aku mengetuk pintu rumah Pak RT dan ijin tinggal di sana, maka mungkin mampu kulakukan. Sayang menyapamu lebih dulu tak semudah itu bagiku. Aku tak seberani itu. Aku, bukan perempuan pemberani. Dimas, saat kudapati gerimis mengenai jendela kamarku di kota ini, aku mulai mengingatmu kembali. Tiga bulan waktu itu menjadi terlalu singkat bagiku. Benar kata orang kalau rindu itu bagai gerimis. Ia datang tanpa pertanda. Ia melebat tiba-tiba. Tolong beritahu padaku bagaimana caranya melebur rindu yang tak tersampaikan? Atau, tolong jelaskan padaku apa yang menyebabkan aku ingin bertemu denganmu sedang aku belum mengenalmu dengan baik? Dimas, carikan aku sebuah alasan agar aku bisa kembali.



Dimas (Indonesia); .dhimas (Baoesastra, 108) merupakan sebutan untuk seorang adik (laki-laki). Dalam konteks tertentu juga berarti ‘yang terkasih’.

Asih


Seorang perempuan duduk di padang ilalang dekat saung di desa kami. Perempuan enerjik dengan rok panjang, kadang dengan gamis dan jilbab yang melompat-lompat tertiup angin saat dia mengejar anak-anak untuk mengaji. Perempuan yang tidak malu-malu untuk tertawa lepas dan tertawa cekikian bersama anak-anak kecil yang usianya jauh lebih muda dibanding usianya. Perempuan yang punya senyum merekah setiap kali ia menyapa penduduk di desa kami. Sikap sederhana dan ramahnya membuatku tertarik untuk selalu memperhatikannya. Setiap sore jika dia tidak datang ke padang ilalang desa kami, dia datang ke surau desa kami. Dia mengajar mengaji, mengajar membaca alquran adik-adik di desa kami. Perempuan ceria yang hobi mengejar adik-adik agar rajin mengaji di surau. Perempuan itu bernama Asih. Belakangan aku tahu apa yang disukai Asih. Perempuan itu menyukai senja, gerimis, dan buku. Dia akan tiba-tiba berhenti mengejar adik-adik untuk mengaji kalau dia menyadari bahwa sorot lembayung senja berwarna merah jingga menyilaukan matanya. Kemudian dia akan tersenyum dan bibirnya seperti mengucapkan sesuatu. Mata jernihnya berkaca-kaca, lalu kembali mengejar adik-adik dan berteriak lucu, “kalau di’dukani’ Allah gimana?” *didukani ‘dimarahi’ (bahasa Jawa).
Jika hujan turun, adik-adik akan datang terlambat untuk mengaji. Asih menunggu di teras surau sambil memegang payung kecil untuk menjemput adik-adik yang datang dari ujung jalan desa kami. Sesekali Asih membuka telapak tangannya dan menyambut gerimis menyentuh telapak tangannya yang turun dari langit depan surau kami. Asih seperti menikmati gerimis yang datang setiap sore itu. 

Belakangan Asih tidak tampak di surau maupun di padang ilalang seperti biasannya. Tiba-tiba aku merasa penasaran dengan kehadirannya dan merasa kehilangannya. Meski tidak pernah bertegur sapa, sikap ramah pada warga dan sikap ceria pada adik-adik di desa telah membuat kesan tersendiri di dalam lubuk hatiku. Asih datang ke desa kami bersama sekelompok kawan yang baru kuketahui kalau mereka sedang melakukan kegiatan lapangan. Asih telah pergi sebelum keberanianku menyapanya tumbuh sama besarnya seperti rasa penasaranku padanya. Asih yang penuh kasih, apakah aku terlambat untuk memintamu tetap di sini saja?

Kasih (Baoesastra, 191) yang berarti ‘orang tercinta’ atau dalam bahasa Indonesia (KBBI) berarti ‘perasaan sayang, cinta’ . Juga asih (Baoesastra, 20) berarti tresna, katresnan atau ‘cinta’ dalam bahasa Indonesia. Sih (Baoesastra, 562) berarti tresna, katresnan, kawelasan.

Sang Penyelamat

Seorang perempuan bermata sendu masuk ke dalam lorong kereta, mencari tempat duduk yang belum terisi. Beberapa kursi di gerbongku telah terisi oleh beberapa pasangan atau segerombol keluarga yang mungkin hendak melancong. Aku duduk seorang diri. Perempuan itu tampak mencari tempat duduk yang berada di dekat pintu kereta. Ya, dia duduk tepat di depanku dengan jarak agak jauh karena terpisah jeda pintu kereta. Kereta yang kutumpangi adalah kereta jarak pendek yang penumpangnya dibebaskan memilih tempat duduk. Perempuan itu tampak menghindari kontak mata dengan penumpang lain. Kursi di sebelahnya dibiarkan kosong, tas ranselnya ia letakkan di bawah dekat kakinya. Kursi di sebelahnya dibiarkan kosong supaya jika ada penumpang lain yang membutuhkan tempat duduk, dia tidak perlu meminta ijin pada perempuan tersebut. Perempuan itu bergestur enerjik, namun tetap bersahaja dengan gamis dan sepatu sneaker nya. Tas kecil satunya ia pangku, dan ia buka. Ia mencari sesuatu. Ia keluarkan masker atau penutup hidung kemudian ia pakai. Ia keluarkan telepon genggamnya kemudian ia pasang earphone dan ia pakaikan di telinganya di balik jilbabnya. Hal yang sama yang biasa kulakukan jika tidak ingin diganggu, aku hanya akan (pura-pura) memasang earphone namun tanpa bunyi apapun.

Perempuan itu bersandar di dinding samping kereta dekat jendela kemudian pandangannya kosong menatap keluar jendela. Beberapa detik setelah aku memperhatikan, perempuan itu menangis. Ia tampak seperti ingin membendung airmatanya agar tidak ketahuan oleh yang lain. Ia buru-buru membasuhnya. Matanya kembali berkaca-kaca. Air matanya kembali menetes dan nampaknya ia tidak sanggup membendung derai air matanya. Ia mencoba bertahan, akhirnya ia keluarkan tisu dari tas kecilnya, ia lepas masker penutup hidungnya dan ia basuh air matanya kembali. Ia pakai kembali masker tersebut. Sesekali ia menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan namun kuat seperti ia sedang menanggung beban yang sangat berat. Kali ini ia mencoba tidur, mungkin pura-pura tidur agar ia punya alasan untuk menutup kedua matanya. Aku memandanginya. Air matanya masih keluar saja dari kedua ujung mata teduhnya. Beberapa kali kulihat, genggaman tangannya gemetar karena menahan airmatanya. Aku sedang penasaran dan tiba-tiba aku merasa ikut bersedih. Pendapatku tentang mata perempuan itu yang kukira bermata sendu karena tertiup angin hujan di luar gerbong adalah salah besar. Sendunya tercipta karena ia sedang menyimpan luka yang dalam dan penuh rahasia. Apakah dia sedang ditinggalkan oleh kekasihnya. Apakah ia sedang dikhianati oleh seseorang yang ia cintai. Apakah seseorang yang paling ia cintai meninggalkannya. Apakah hujan di luar jendela membuat dia rindu pada seseorang. Apakah hujan yang mengenai sepatunya membuat rindu yang ia pendam butuh untuk segera disampaikan. Apakah keselamatan jiawanya terancam dan mengharapkan kehadiran penyelamat. Apa yang membuatnya begitu bersedih. Yang pasti, dia sedang berusaha melupakan lukanya dengan cara menumpahkan air matanya. Ya, dia sedang mencoba lupa akan lukanya. Sayangnya, luka yang ia tanggung terlampau perih sehingga belum sampai dia mengadu pada Tuhannya, air matanya tumpah di depanku. Aku tak berani menyapanya. Khawatir, pertanyaan dan keingintahuanku justru akan menyentuh luka yang sedang ia sembunyikan, meskipun tak sengaja tersentuh, pasti tetap akan menimbulkan rasa sakit dan justru membuat papa jiwanya, menambah tangis baginya.

Aku mencoba cara yang paling aman, yaitu menunggunya.Andai saja aku berani mendekat dan menghiburnya. Akan kuberitahukan padanya bahwa Tuhan Maha Penyayang , Maha Mengatur hidup seluruh umatNya. Adukan semua padaNya, bisa jadi hidup yang sedang ia tangisi justru menjadi hidup yang orang lain inginkan. Akan Tuhan datangkan hadiah terindah
yang mungkin tidak akan ia sangka skenarionya. Ya, kita perlu bersyukur dan hanya perlu menunggu. Dimanakah Sang Penyelamatnya? Segeralah datang, dan selamatkan dia. Bawa dia keluar dari hidupnya yang sedang ia tangisi.

Aku & Partner


Semenjak kau datang pada malam gerimis itu dan membawa amplop bertuliskan namamu, aku berubah menjadi sosok yang ‘sok’ paling nelangsa. Kubiarkan perasaan paling nelangsaku hanya semalam. Keesokannya, aku mulai bangkit dan bukannya tidak mau peduli lagi padamu, aku masih akan tetap peduli padamu sebagai kawan baikku. Kuterima niat baikmu mengundangku ke moment terindahmu bersama Siti. Dulu, sempat kau tanyakan padaku, apa yang akan aku lakukan, tanpamu. Hari ini, detik ini aku sudah punya jawaban untuk itu. Aku akan melanjutkan hidupku, meski tanpamu. Ya, aku bersedia datang dengan membawa doa terbaik agar kebahagiaan selalu melingkupimu. Aku bawa seseorang yang tentu juga kau kenal dengan baik, agar aku tak terlihat terlalu kesepian. Kusiapkan sebuah kado terbaik kemudian kububuhkan ucapan singkat agar kalian bahagia dan selalu dilingkupi kasih Tuhan.

Dulu pernah kutulis sebuah surat untukmu yang kemudian kau kembalikan karena kau malas membacanya dan memintaku untuk berbicara langsung. Seandainya kamu mengenalku sebaik aku mengenalmu dulu, bahwa aku tak pandai berbicara sepertimu. Kutulis sebuah surat panjang melalui dinding buku mayaku agar kau tak tertarik membacanya. Aku tahu betul bahwa kau bukan pembaca yang baik. Kau pernah bilang bahwa alasanmu ‘menyukai’ status pendek pada sosial mediaku daripada catatan-catatan panjang yang kutulis di sana adalah karena kau tak pernah membaca catatan tersebut. Ya, kamu tidak menyukai membaca catatanku yang panjang. Kali ini aku sengaja membuat catatan panjang ini, agar kamu tidak tertarik membukanya apalagi membacanya.

Selalu kusimpan rasa sesal setiap kali aku memikirkanmu. Aku tidak begitu paham dengan semua sikap sederhanamu namun selalu membuatku takjub. Niat baikmu mengundangku hampir membuatku lupa bahwa perasaanku ini tidak boleh berjalan terlampau jauh. Dulu seringkali aku tertarik terlalu dalam hingga aku tak sadar, segala hal menarik dan menakjubkan darimu telah membuatku tak sengaja jatuh cinta pada kawan baikku.

Terakhir. Sungguh aku tak akan tinggal terlalu lama pada rindu yang tak benar ini. Selepas ini, aku berjanji akan jatuh cinta dengan cara yang benar. Rahasia ya.



...Ketika ku mendengar bahwa kini kau tak lagi dengannya, dalam benakku timbul tanya Masihkah ada dia di hatimu bertahta atau ini saat bagiku untuk singgah di hatimu. Namun, siapkah kau tuk jatuh cinta lagi?... Meski bibir ini tak berkata bukan berarti kutak merasa ada yang berbeda di antara kita. Dan tak mungkin ku melewatkanmu hanya karena diriku tak mampu untuk bicara bahwa aku inginkan kau ada di hidupku. [HiVi - Siapkah Kau Tuk Jatuh Cinta Lagi ]




Note: Cerita ini hanya fiksi. Label nama wedding invitation ditulis sesuai request saya, alasannya sama, agar saya tidak terlihat terlalu kesepian. Haha. Tragis.

Iman & Siti

Man...

Malam ini hujan gerimis, sama seperti malam itu. Hari di mana kamu datang ke rumah mengetuk pintu dan membawa sebuah amplop bertuliskan namamu dengan seseorang bernama Siti.

“Maaf, aku tidak pernah cerita.” Katamu saat itu.

Meski bisa kulihat air mata di ujung matamu sebenarnya sudah tak bisa lagi kamu bendung. Belum sempat aku merespon, kamu pergi menjauh. Aku diam. Berdiri mematung melihat bayanganmu yang semakin jauh ditelan gelap di ujung gang. Aku tertawa getir, kemudian menangis setelah kamu pergi, Man.

Apa kau pernah mencoba berlagak tegar, meski hatimu sedang pedih? Aku sedang mencoba melakukannya selepas kamu pergi.

Apa kamu pernah berkata padaku bahwa kau menyukaiku? Tidak. Juga tak sekalipun aku pernah mendengar nama Siti selama kau berada di sampingku, ya sebagai kawan baikmu. Aku tak pernah pandai menerjemahkan sikap baikmu, perhatianmu padaku. Kuanggap bahwa kau kawan yang amat baik padaku. Perempuan bukan ahli penerjemah kode. Setidaknya, jika suka, katakan suka. Maka aku akan mengerti.

Beberapa kali kau kugoda, bahwa kau adalah lelaki sempurna yang perempuan idam-idamkan. Lalu kau bilang bahwa kau tak sebaik yang aku kira. Aku terlalu ‘tinggi’ bagimu. Aku hanya perempuan biasa saja yang tetap ingin kadang bersedih dan juga ingin sesekali bahagia. Aku juga perempuan biasa saja yang menginginkan seorang pelipur lara dengan cara yang benar. Ah, kamu itu lelaki baik. Aku mengenalmu bukan hanya sehari atau dua hari saja, Man. Belasan tahun kita tumbuh bersama. Aku tahu sebaik apa dirimu. Atau untuk menolakku, kamu akan bilang bahwa kamu tidak pantas untukku?

Iman, penilaian manusia itu seperti permen kapas, yang mudah larut jika terkena air. Percayalah, bahwa kamu orang baik yang juga pantas mendapatkan yang baik. Ya, jika aku tidak terlalu baik untukmu, setidaknya Siti adalah pilihan yang terbaik.

Sebelum kedatanganmu malam itu, beberapa pesanku tak pernah kau balas. Aku seharusnya cukup pandai menerjemahkan sinyal tersebut, yaitu bahwa ‘kau telah berubah, dan tidak tertarik lagi padaku. Atau kau memang telah bosan mendekatiku.’ Sedikit khawatir bercampur rasa rindu. Aku hanya ingin tahu bagaimana kabarmu. Aku akan lega jika pesanku setidaknya kau baca. Ya, aku memang sering bilang padamu bahwa hobimu yang lambat membalas pesanku kadang membuatku kesal. Hingga akhirnya mungkin kamu benar-benar jenuh hingga tak membalas pesanku. Saat itu aku hanya ingin kau membaca pesanku, bahwa aku rindu. Seharusnya, saat itu aku lontarkan candaanku padamu agar kau berkenan membalasnya. “Firman Tuhan yang pertama, adalah Iqra’ ‘bacalah!’” ya setidaknya bacalah, agar tanda di telepon pintarku berubah menjadi dua centang berwarna biru.

Belasan tahun kita bermain bersama membuat orang di sekitar kita mengira kita akan saling berjodoh. Namun, sekali lagi namun... manusia hanya bisa menduga, sedang Tuhan tau segalanya. Untuk apa menjelaskan rasa kepada manusia, jika Tuhan sudah menampung segalanya.