Guru is my other soulmate

... pagiku cerahku, matahari bersinar, kugendong tas merahku di pundak
slamat pagi semua, kunantikan dirimu, di depan kelasmu menantikan kami...

guruku tersayang, guru tercinta, tanpamu apa jadinya aku
tak bisa baca tulis mengerti banyak hal,
guruku terimakasihku

nyatanya diriku, kadang buatmu marah,
namun segala maaf kau berikan...
[Lagu-Terimakasih guruku]


kata lagu yang pernah kudengar, masa yang paling indah masanya putih abu-abu.. tapi, bagiku justru saat aku dulu mengenakan rok merah berlipat-lipat. Awal saat aku 'dilepas' oleh orang tuaku untuk bisa menghadapi kehidupan sosialku yang baru, sendirian...
[15 tahun yang lalu] Aku masih ingat betul, untuk pertama kalinya, aku ditanyai oleh guru Bahasa Indonesiaku, bu Ning namanya tentang cita-cita murid-murid di dalam kelas saat itu. Aku juga masih ingat betul, apa yang kujawab untuk pertanyaan itu. "Ibu Rumah Tangga". Aku juga masih ingat betul ekspresi guruku dan teman-teman sekelasku ketika aku berkata "Ibu Rumah tangga".. Aku yang polos atau memang aku berniat memiliki cita-cita itu.. rasanya tidak keduanya... saat umur segitu, aku masih labil untuk menentukan cita-cita sungguhan. Namun seiring berjalannya waktu, aku semakin mengerti, aku semakin paham... Tidak ada yang salah denganku saat itu, tidak ada yang salah dengan profesi itu, tidak ada yang salah. Bisa saja aku menangis saat semua teman-teman menertawaiku. Hanya saja semua perlu pemahaman, 'gantungkan cita-citamu setinggi langit' pepatah yang terlalu sering aku dengar ketika aku berseragam putih merah dulu.. pemahaman yang tepat untuk pepatah itu. Kata-kata bu Ning yang sebetulnya sederhana, kali ini tak bisa ku jabarkan sesederhana saat beliau mengatakanya. Hanya saja baru kali ini, kalimatnya bisa kumaknai dengan pasti bahwa sukses itu sering bukan karena berhasil meraih sesuatu, melainkan berhasil menyelesaikan dan melampaui tantangan dan kesulitan.

Rasanya cerita tentang guru nggak akan ada habisnya. selalu saja ada yang seru, haru, sebel, senang, dan campuran rasa lainnya. Guru is my other soulmate, seangker apapun dia. karenanya, aku nggak mungkin mengenang mereka sebagai tokoh antagonis dalam hidup karena mereka terlalu terhormat untuk disebut demikian. mereka adalah anak-anak tangga bagi diriku yang sekarang =,= dan saat reuni-yang entah kapan itu- aku akan selalu mengikutkan nama mereka dalam ceritaku dengan teman-teman. percayalah, aku pasti menyunggingkan senyum di sela-sela ceritaku itu. See? sekarang pun aku tersenyum (lagi) :)

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------

cerita tentang guru lagi.
Senin, 20 Februari 2012
seharusnya aku mengajar sore ini. tapi, satu jam sebelum aku berangkat ada pesan singkat yang masuk ke hapeku. Dari "mamanya Rangga", tertulis di hapeku seperti itu. Rangga adalah salah satu murid yang saban hari Senin dan Jumat kutemui. Ia anak baik, di mataku ia sangat religius untuk anak seumurannya.
Sore itu ibunya, meminta kepadaku untuk tidak perlu mengajar karena Rangga sakit.
"yesss.." nggak jadi berangkat.
Gila, baru kali ini ada ya guru yang seneng gara-gara muridnya sakit... yang ada harusnya, murid seneng gara-gara gurunya sakit terus nggak ngajar... ini kebalikannya. saraaappp!

naluriku nggak akan setega itu, untuk tetap membiarkan sms ibu Rangga [kusebut ibu Rangga aja ya] tidak terbalas. Lalu pesan singkat itu kubalas. Lalu ada balasan lagi. Hapeku berdering untuk kedua kalinya. Kubuka, kubaca larik demi  larik yang tertulis di layar itu. mungkin hampir tiga layar. memang panjang. Ibu bercerita banyak padaku, tentang Rangga tentunya.
setelah kubaca, ada rasa haru, rasa tersanjung, rasa iba, bercampur menjadi satu... Entah satu kesatuan rasa macam apa itu. bingung, aku harus membalas apa. Bingung karena yang hendak huhadapi adalah orang tua/ wali dari muridku. Akhirnya, aku menulis apa adanya yang terlintas dibenakku.
Beberapa menit kemudian, hapeku berdering lagi. Balasan dari Ibu Rangga rupanya.
Aku menangis membaca balasannya. Haru. Ibu itu terlalu baik. Sangat merasa terhormat, ketika ibu mempercayaiku untuk mendengarkan kegundahan hatinya, berpesan banyak hal kepadaku, dan aku menyanggupinya {insya Allah}, lalu ia mendoakanku. Meski tak pernah sekalipun aku bertatap muka dengannya, aku bisa merasakan bahwa ibu adalah orang baik...

Semua yang sulit, sesungguhnya adalah pelajaran hidup, Buk :)

Ini bukan tentang melakukan hal besar atau hal yang serupa.
Ini hanya hal kecil.. guru = good listener. kadang, kita harus bisa menjadi pendengar yang baik tanpa mempedulikan jarak usia keduanya.

Bagiku, mengajar bukanlah sebuah pengorbanan. ini pilihan dan ini adalah kehormatan. [ciyeeee :D]. Kehormatan untuk melunasi sebuah janji kemerdekaan = mencerdaskan kehidupan bangsa. jadi, nggak perlu khawatir jika ada ungkapan guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa. Karena selamanya pahlawan tidak akan butuh pengakuan. Ia memberi tanpa minta diberi. Kelak, jika anak-anak didik dari seorang guru berhasil meraih mimpinya, maka balasan yang setimpal dari Tuhan selalu ada di dalamnya [#menghibur diri]. Pemimpin yang mengabdi.

MENDENGARKAN adalah sikap hati. Seorang pendengar yang baik, bukan mendengarkan karena dia tidak memiliki sesuatu yang bisa dikatakan. Dia mendengarkan, karena dia berencana untuk berbicara lebih baik setelah mendengar. Itulah sebabnya kita diminta mengerti bahwa berbicara adalah wilayah kepandaian, sedang mendengarkan adalah wilayah kebijakan. Dan jika cara-cara membaca yang baik belum kita dapatkan maka gunakanlah cara termudah untuk belajar yaitu MENDENGARKAN (Mario teguh)... karena letak telinga lebih tinggi daripada letak mulut..

Padamu negeri kami berjanji...
Padamu negeri kami berbakti...
Padamu negeri kami mengabdi...
Bagimu negeri jiwa raga kami...

[Mendidik adalah tugas konstitusional negara, tetapi sesungguhnya mendidik adalah tugas moral tiap orang terdidik-Anies Baswedan]

[2] bermimpi...

Ada getaran yang membara di dalam dada ini ketika kubaca lembar terakhir buku itu [*2]. pipiku basah oleh air mata yang sudah mengering setiap kali aku membaca ending dari setiap cerita dan mimpinya. Ada semangat yang luar biasa yang tak bisa digambarkan namun bisa dirasakan. Ia, perempuan Indonesia dengan segala keterbatasannya itu memutuskan untuk melawan, memutuskan untuk terus berjuang demi impiannya, memutuskan untuk terus mencintai hidup yang tidak pernah sempurna. Buku kedua-mu setelah 5 cm, wahai Donny Dhirgantoro masih sangat bisa membuatku merasakan semangat yang begitu membara ketika engkau menjabarkan bagaimana mimpi itu harus diperlakukan.
Katamu, yang engkau gambarkan melalui seseorang dengan sosok yang penuh ketegasan namun mempunyai banyak cerita dibalik ketegasannya, yaitu "jangan pernah meremehkan kekuatan seorang manusia, karena Tuhan sedikitpun tidak pernah.."

Manusia sudah seharusnya percaya pada sebuah impian yang ia bangun, karena impian itu akan membawa kamu ke tempat-tempat yang luar biasa suatu saat nanti. Tidak peduli mimpi itu datangnya dari seorang laki-laki yang penuh dengan ketegaran atau malah datang dari seorang perempuan yang hidupnya penuh dengan keterbatasan. "Aku berani mencintai, dan aku mencintai dengan berani,... aku adalah seorang wanita, aku kuat dan berani.."

Mungkin kesedihan datang bersama cinta, berjalan beriringan sebagai katalis yang menguatkan. Atau mungkin kesedihan dan kebahagiaan hanya kilas tipis yang harus ada dalam cinta saling menguatkan di antara rekah keduanya. Atau mungkin cinta yang benar, cinta yang selalu datang di antara kebahagiaan dan kesedihan, dan ketika kamu mencintai kamu menjadi kuat. Di antara kesedihanmu ia datang dan menguatkan, di antara kebahagiaanmu ia memberikan.

"untuk setiap orang yang membaca tulisan ini, hari ini saya bilang... jika kamu punya impian, impian besar dan begitu bermakna, kekuatan imajinasi manusia yang luar biasa, tetapi kamu tidak sedikitpun bekerja keras, tidak sedikitpun meneteskan keringat untuk memperjuangkan impian kamu.. buat saya kamu hanyalah pembual nomor satu bagi diri kamu sendiri..."
"juga untuk setiap orang yang membaca tulisan ini, saya bilang jangan coba-coba bekerja keras tetapi tanpa impian, tanpa impian yang membakar diri dan benak kamu setiap hari, berkeringat, lelah,.. tetapi tanpa makna, melangkah tetapi tanpa tujuan, bangun di pagi hari menyesali apa yang kamu lakukan, bekerja keras tanpa impian, bagi saya kamu..hanyalah pembual nomor satu di dunia."

"kamu tau mengapa sesuatu yang luar biasa disebut mimpi, dan ketika sesuatu yang luar biasa itu terwujud akan membuatmu senang?"
"karena mimpi berada di alam bawah sadar manusia, selalu di sana, tidak akan ada mimpi yang berada di alam sadar, tidak ada di dunia nyata, kalaupun ada impian itu sudah menjadi kenyataan, sebelum menjadi kenyataan ia berada di alam bawah sadar. Ada, terus ada setiap hari bagi yang mengejarnya, tetapi tidak terlihat dalam bentuk fisik, tidak terlihat di dunia nyata. Tidak ada  mimpi di alam sadar, impian selalu berada di alam bawah sadar kamu, dan setiap kamu mulai bergerak bersama alam bawah sadar kamu untuk impian kamu, ketika kamu mulai bernafas bersama impian kamu, melangkah bersama impian kamu, melihat bersama impian kamu...kamu mulai menempatkan impian kamu di tempat yang seharusnya.."

"dan bermimpi saja tidak akan pernah cukup... dan sebuah impian memang seharusnya tidak perlu terlalu banyak dibicarakan... tetapi diperjuangkan.."

Setiap dari kamu adalah manusia, dan layaknya manusia, hidup tidak ada yang sempurna, tetapi di setiap doamu, kamu tahu, Sang Pencipta sedikitpun tidak pernah meremehkan kekuatanmu. Setiap dari kamu sudah berjalan cukup jauh dalam hidup, tetapi setiap dari kamu masih ada perjalanan yang harus kamu tempuh. Langkah kaki kita sudah berjalan cukup jauh untuk sampai di sini, tetapi kita sudah selayaknya percaya kalau masih ada langkah untuk berjalan lebih jauh lagi. Karena hidup tidak pernah (bilang) hanya sampai di sini.
Karena untuk hidup dan melangkah adalah sebuah anugerah, tetapi untuk terus hidup dan terus melangkah lagi, bekerja keras untuk setiap impian adalah luar biasa. Karena hidup tidak pernah sampai di sini.
Karena semenjak ada di muka bumi ini, dalam hidup manusia telah saling membuktikan kepada manusia lain bahwa mimpi layak diperjuangkan untuk menjadi kenyataan, bahwa keajaiban itu ada. Bahwa dengan impian dan kerja keras manusia bisa.... membuktikan dengan melakukan sesuatu yang kadang ia sendiri tidak menyangka ia bisa melakukannya, melakukan hal-hal yang jauh diluar kemampuannya, melakukan sebuah keajaiban.

Kita mungkin pernah berada di tempat...di mana kita pernah berada di tempat terendah dalam hidup kita. titik nadir.. Kita kehilangan semua impian dan harapan kita, lebih rendah lagi, kita tidak percaya lagi kepada mimpi-mimpi kita...namun, untukku..setelah itu aku tidak akan membuang waktuku untuk membiarkannya terpuruk. Aku memilih untuk bangkit, ya... kita memilih untuk bangkit, memilih untuk tetap bermimpi, dan bekerja keras memperjuangkannya, memilih untuk menjadi baik, kita memilih untuk menjadi besar dan berani.
Karena bagiku itu adalah wujud dari rasa cinta.. sebab tidak ada cinta yang lebih besar di dunia ini selain mencintai sesuatu di saat-saat susah, di saat kelam datang menimpa.
Bagiku, begitu pula seharusnya bagaimana kamu memperlakukan mimpimu..

Seperti hidup yang tidak sempurna, kamu mencintai mimpimu dengan tidak berputus asa. Tidak ada kerja keras tanpa impian, dan tidak ada impian tanpa kerja keras. dengan kerja keras, tinggalkan bukti di dunia nyata bahwa impianmu, ADA. Bersama alam bawah sadarmu kamu bermimpi, bersama alam sadarmu kamu berjuang. Karena manusia bisa. ia ada untuk bisa.

Aku pengen pulang, Be

Tak ganti aja deh judulnya 'The Sunday Monday Stories'


Minggu 290112, 14.19
sepulang dari mencari 'sebongkah batu bata'[hahaha], aku pulang ke kos. dalam perjalanan pulang, pikiranku melayang-layang memburu waktu. rasanya telah lama kutinggalkan kampung halamanku. aku merindukan bau masakan babe dan emakku, aku merindukan bercanda sebelum tidur dengan emakku, aku merindukan menggoda emakku, aku merindukan rebutan channel tivi dengan babeku, aku merindukan diledek babeku, aku merindukan memijat kaki babeku yang penuh dengan bulu [hhhiii] dan aku merindukan Aji Adhitya Bujangga, masku.. [gimana ya dia sekarang?]...hiissshh... lama sekali dia tidak pulang ke kampung... dia hanya berkata "kalau dia baik-baik saja" itu saja... setelah itu, dia tidak bercerita tentang hal lainnya melalui pesan singkat yang kedatangannya tidak pasti. aku ingiiiiiin pulang, mak....

sesampainya di kos, buru-buru ku kemasi barang-barang yang hendak ku bawa pulang ke rumah. Aku cuma punya 1 malam, yang harus kugunakan untuk pulang... sebenarnya, tidak cukup!

16.21 aku sampai di depan rumahku. terkunci, lebih tepatnya di gembok... panik, iya... kedatanganku selalu tidak tepat waktu.. berniat memberikan kejutan karena kedatanganku, namun selalu berakhir kegagalan, karena justru aku yang terkejut karena rumah dalam keadaan kosong... gagal maning, gagal maning son! Ahh.. tidak masalah, toh akhirnya aku bisa masuk rumah... ciyeeee.... ternyata masku pulang...rasanya sudah lama sekali dia tak tampak tidur pulas di kamar miliknya itu. dia kelihatan lebih baik, lebih ganteng dari sebelumnya... hahahaha... lebih tertata dari sebelumnya... lebih menyenangkan dari sebelumnya... mas bro, akan tetap jadi mas tercintaku... Tidak banyak pertanyaan yang kulontarkan padanya, cukup kedatangannya ke rumah ini saja sudah membuatku senang.. aku bersyukur.. semoga Allah memberimu rezeki yang berlimpah, mas.. :D

Senin 300112, 08.08
aku hendak kembali ke Jogja, untuk memenuhi kewajibanku yang lainnya.. sebelum aku menata kembali barang bawaanku, mas ku menanyakan kapan aku akan kembali ke Jogja. Ternyata dia bermaksud untuk ikut serta, nebeng ceritene... berpamitan pada enyak babeku via telepon, sebelum aku berangkat pergi.
Di tengah perjalanan menuju kota Jogja, saat berhenti di lampu merah, masku tiba-tiba nyletuk..
"kowe ngerti ra dek, polisi sing paling bener tur nggenah?"
"emang ngapa mas?" aku mendekatkan mulutku ke helm-nya.
"mung ana telu.."
"ha???" aku melongo.
"siji. bapak.. (aku tersenyum) sing keloro 'polisi tidur', terus sing terakhir polisi kae." telunjuk masku sambil menuding ke arah seberang jalan. Dia menunjuk pada polisi yang sedang berdiri tegak, dalam posisi istirahat ditempat, lengkap menggunakan atribut kepolisiannya.. pandangannya tajam, gagah. Patung itu, tampak tak ke-GR-an saat kami sebenarnya sedang membicarakannya. Dia tampak tidak kelelahan meskipun terguyur hujan, dan terkena teriknya panas matahari, dia tetap polisi baik... Aku tersenyum, mendengar ucapan masku...

masku, sebenarnya kamu peduli... aku tahu... kamu, penyayang, aku pun tau itu... dan caramu memberontak, kadang tak bisa ku mengerti... we always loving you, my big bro...

Hidup itu...

Hari ini...telah kukenangkan segalanya. Jika perjalanan dalam hidup ini adalah lingkaran yang sempurna, sesungguhnya perjalanan dalam hidupku selalu berputar pada dua hal yang mendasar: kebahagiaan dan kepedihan. Bahwa, kehidupan ini adalah sekumpulan pertemuan dan perpisahan. Mendapatkan dan kehilangan. Lahir, kemudian mati... dan kini, aku memang merasa sepi di kesunyian malam.. Tidak ada gemericik air hujan, tidak ada deru motor, tidak ada tawa canda, tidak ada isak tangis karena filem korea.. aku (yang) sendiri..
Seperti komet: setelah memukau orang-orang dengan cahaya pijar sekilasnya, apalagi yang ditunggu selain kematian untuk selamanya.
[maria al qibthiyah]

akan kubaca setiap hari coretan yang mulai sekarang ada di dinding kamarkosku,
"kesuksesan adalah seberapa tinggi anda memantul setelah anda menghantam dasar."
[George S. Patton]

aku, akan di sini setiap pagi hingga akhir pekan, dan aku akan ditemani oleh rasa setia dan optimisku, faith... :')
ahh.. Meski tulisan ini sederhana dan penuh keoptimisan, namun sebenarnya ini menyakitkan.

My Dandelion Stories

Dandelion adalah bunga liar yang kuat. ia tegar, bagiku. bahkan, saat tumbuhan lainnya mati, dandelion tetap hidup. menahun... dandelion bisa hidup di mana saja asalkan ada sinar matahari. Di sela-sela batu, di dekat rel kereta api, ataupun di retakan-retakan tanah ia pun bisa hidup. Meski kadang dandelion harus kedinginan tertutup salju, kadang harus terkena debu dan panas yang menyengat, namun ia tetap hidup... bertahan hidup, karena dia adalah dandelion, bukan mawar ataupun melati..

Dandelionku bukan bunga... ia adalah nama dari rumah keduaku di kota perantauan ini, "Dandelion Boarding House" kami menyebutnya...
Bukan dandelionku yang hendak kuceritakan di sini. ia hanya bagian kecil dari warna pelangi yang hendak kubagikan padamu...

"You can't choose your family, but you can choose your friend to be your family." [anonim]
yaaa... kita tidak akan dapat memilih siapa-siapa yang akan menjadi saudara kandung kita, siapa yang akan menjadi ayah ataupun ibu kita, namun kita dapat memilih sahabat-sahabat yang ada di sekitar kita untuk kita jadikan saudara... inilah dandelion ku... kami adalah saudara, tanpa ikatan darah yang mengalir di tubuh kami... dandelion ku, hunian yang tidak hanya menawarkan kenyamanan namun juga kehangatan, melebihi tawaran promo hunian mewah yang sering muncul di tivi..

tak butuh waktu lama, penghuni dandelion untuk saling mengakrabkan diri antar penghuni lama dengan penghuni baru... meski rumah kami kecil dan sangat sederhana ini tanpa induk semang yang selalu mengawasi kami, tapi kami bisa saling mengingatkan dalam kebaikan.. kami saling mengerti.. rentang usia, tidak menjadi penghalang untuk kami saling bercanda satu sama lain, menertawakan satu sama lain, mengejek satu sama lain, dan akhirnya kami akan menertawai kekonyolan masing-masing dari kita... bukan karena kami makhluk yang tanpa cela, kami pun sering menggerutu karena kebiasaan-kebiasaan buruk satu sama lain, namun tidak berselang hari, bahkan hitungan menit, kami lupa pada kejengkalan kami sendiri, kami kembali menertawakan satu sama lain. kami bagai anak kecil di bawah umur lima tahun, habis menangis karena merengek tidak dituruti permintaannya, namun kemudian setelah itu dia akan tertawa riang, tidak peduli dia telah disakiti...

Satu persatu penghuni lama pergi dari dandelion ini karena urusannya masing-masing... dan satu persatu pula penghuni baru menggantikan penghuni lama.. seandainya saja, rumah ini bisa seperti pintu kemana saja milik doraemon, yang bisa membawa kita kemana saja yang kita inginkan.. tidak peduli jauh ataupun dekat, kita akan kembali melewati pintu ini... kita akan berkumpul kembali, bertemu dan saling menyapa, tersenyum, tertawa, dan menangis, mengeluh, dan saling menguatkan...
jika satu di antara kita tidak ada, pasti akan terasa sepi... sendirian seorang diri hanya bersama dandelion, tanpa penghuni lainnya, rasanya "so lonely"... aku bisa menangis semalam, seorang diri... siapa saja akan kukirimi pesan singkat, bahwa aku merindukan mereka... termasuk kampung halamanku sendiri... Aku rindu kamu, saudariku... kita akan berkumpul lagi kan suatu saat nanti? Kita akan saling membawa kabar gembira, dan bertukar cerita menyenangkan kan?
kita akan tetap selalu mengingat kan?

Aku yang mencintaimu, saudariku...
-Ari-

Rasanya di tolak itu....

Rasanya ditolak itu...
Sakit...

Semalaman memikirkan apa yang salah denganmu, mencari alasan kenapa kamu ditolak? Begitu kan?
Lalu kamu akan berkata, 'dia tidak pantas untukku' atau 'aku tidak pantas untuknya'.
Lalu kamu akan mensugesti kalau pasti ada yang lebih baik darinya diluar sana, ini hanya masalah waktu.
Sebelumnya, kamu memikirkan, kenapa orang lain bisa diterima olehnya? Apa yang mereka lakukan untuk meyakinkanya? Apa yang mereka tawarkan padanya? Apa...'apa adanya' kamu, tidak cukup membuatnya menerimamu?

Aku nggak tau..
Kamu menangis sebelum tidur, dan nyatanya memang benar-benar tidak bisa tidur.
Kamu pulang ke rumah, dan memberikan senyuman kepada mereka yang menyapamu, lalu kamu masuk ke kamar. Lampu kamar kamu matikan, kamu menyumpal mukamu dengan bantal, dan gelap...

Tulisan penolakan itu masih cukup jelas terbayang di otakku. Berulang kali kubaca surat itu, tetap tidak ada yang berubah. Mungkin saja aku melewatkan beberapa kata sehingga membuat ambigu makna yang kutangkap. Nyatanya tidak sama sekali. Kalimat itu terlalu lugas untuk sebuah penolakan. Dia menolakku, itu faktanya.

Secara otomatis kamarku dipenuhi oleh lagu-lagu melow yang makin membuat air mataku mengalir deras. Sesak, dan hidung tersumbat. Kekonyolan di tengah malam.
Aku menangis seorang diri, berkeluh kesah kepada-Nya. Karena hanya Dia yang sanggup memeluk mimpi-mimpiku. Menahan isakan tangis, menahan teriakan yang sebenarnya ingin kukeluarkan supaya tak seorangpun mengetahui kalau aku menangis seorang diri di dalam kamar.

Aku membuat orang berpikir, kalau aku sedang lelap tertidur. Aku menangis, entah berapa lama hingga aku tertidur., dan keesokan harinya kudapati bahwa aku sudah melupakan 'penolakan' itu. Aku cukup kuat untuk bangkit lagi, menata rencanaku selanjutnya dengan memperbaiki kesalahanku supaya aku tidak ditolak untuk kesekian kalinya (lagi). Aku belajar dari penolakan pertama. 'apa yang membuatmu begitu yakin akan rencanamu selanjutnya?'.
Jawabanya, keyakinan itu sendiri. Percaya, yakin bahwa Dia selalu ada dlm setiap langkah yang kita ambil, percaya jika Dia akan memeluk mimpi-mimpi kita. Percaya, Dia menyiapkan rencana yang jauh lebih indah daripada rencana kita sendiri. Surprise.

Aku cukup membayangkan penolakan demi penolakan (baca: gagal) yang pernah kualami, dan aku tidak mau merasakan sakitnya lagi.

Faith!

Cukuplah aku bersedih selama 24 jam itu, prinsipku: aku harus berubah setelah tidur. Aku lupa. Aku tidak mau berlarut-larut.
Bersedih hanya 1 hari, selanjutnya boleh kamu sebut keharuan, dan akan berbuah kebahagiaan. Happy ending.