Ditolak? Ya Datengin Lagi

Sebuah catatan seorang kawan...
--------------------------------------------------------------------------

Saya selalu saja tertarik dan suka dengan lagu-lagu "jantan" nan membawa aura heroik perjuangan kaum bujang. Dua diantaranya adalah "Sampai Akhir Waktu"nya Yovie&Nuno dan "Marry Your Daughter"nya Brian McKnight.

Buat yg masih asing, begini penggalan liriknya:
"Ku akan datang lagi Meski ibumu melarang | Ku tunjukkan kesungguhan| Untuk miliki dirimuYang ku ingin bukan sekedar Hanya untuk pacaran | Yang ku mau memberikan seluruh cinta Sampai akhir waktu nantiWalau rintangan yang selalu datang | Aku takkan pernah mundur | Walau tantangan tak pernah berhenti Cinta takkan pernah mati" Yovie & Nuno 

"Laki", kan, lagunya? Seorang teman pernah bersungut-sungut datang kepada saya dan saya dapati dia baru saja ditolak prosesnya oleh seorang wanita. Bukan karena si wanita tidak cocok, tetapi, alasannya satu: Orang tua wanita maunya dapat mantu PNS. Pokoknya PNS, kalau bukan PNS, tidak! Begitu si wanita menyampaikan ini kepada si lelaki, dia lantas lemas dan melangkah gontai, mundur perlahan.

Hai Maaaannn! Tunggu dulu!Yang seringkali Anda lupa adalah bahwa Anda terburu-buru untuk mengibarkan bendera putih atas perjuangan Anda mendapatkan gadis pujaan di depan orang tuanya. Padahal baru sekali, dua kali, tiga kali Anda ditolak.
Kalau Anda ditolak karena memang si gadis pujaan tidak mau menikah dengan Anda, memang benar bahwa Anda harus kembali 'berkaca' dan menimbang lg untuk berjuang. Tapi, jika tiada masalah dengan si gadis, tunggu apa lagi untuk kembali mencoba lagi?

Salah satu hal yang membuat Anda menjadi pemenang dalam menakhlukkan hati orang tua gadis 'pujaan' Anda adalah kesungguhan Anda. Hai Mas, bukankah Anda adalah seorang aktivis yang jago berargumen di depan forum-forum diskusi? Apa salahnya jika Anda pergunakan skill Anda ini untuk kekeuh di depan calon mertua?

Sekali lagi. Orang tua mana sih yang tidak mau jika anaknya dilamar seorang yang 'mapan' secara finansial? Kesannya memang materialistik, tetapi yang namanya orang tua memang berfikirnya sudah pada wilayah realitas. Sementara kita, kaum muda, masih bergerak pada wilayah idealitas, dimana yang namanya hidup berumah tangga kan ya tidak mengapa dimulai dari titik "prihatin" bersama-sama. Namun, jika Anda tanyakan ke ayah ibu Anda, "Pak/Bu, bagaimana Bapak dan Ibu memulai pernikahan dulu?"

Jawaban mereka kurang lebih pasti sama. "Walah Le... dulu Bapak Ibu itu kontraktor, ngontrak sana, pindah sini, begitu seterusnya. Buat makan aja susah. Kendaraan belum punya, bla bla...."

Nah, kan? Yang perlu kita fahami adalah bahwa setiap orang tua tentu bersemboyan "biar saya saja yang rekasa (susah), anak saya jangan!"

Tetapi, jika kita sedikit bersabar untuk meluluhkan hati orang tua, dengan membawa mereka bernostalgia dengan masa-masa awal pernikahan, tentulah mereka akan meluluh bahwa memang demikian 'tabiat' membangun rumah tangga. Tidak ada yang mulai dari titik mapan sebenarnya, kecuali anaknya AR* yg hartanya tak habis tujuh turunan

Yang perlu Anda lakukan sebagai laki-laki adalah meyakinkan kalau Anda akan amanah dan akan membahagiakan putri beliau.

"Very soon I'm hoping that I...
Can marry your daughter
And make her my wife
I want her to be the only girl that I love for the rest of my life
And give her the best of me 'till the day that I die
I'm gonna marry your princess
And make her my queen
She'll be the most beautiful bride that I've ever seen"
[Brian McKnight]

Jadi, bukan janji untuk memberikan harta melimpah. Memberikan kebahagiaan, kan? Jelas. Dan kebahagiaan tidak hanya sebatas 'kecukupan' materi. Bahwa cukupnya materi akan membuat hidup damai, iya. Tetapi, kalaupun dalam kesempitan rizki nanti, jika bersabar dan dijalani berdua oleh dua orang yg saling mencintai, tidakkah itu ringan-ringan saja?

Sebagaimana misalnya orang tua kita yg datang ke rumah kita dan mendapati kita tidurnya lantai beralas tikar seadanya. Mereka pasti akan berkata "Mbok ya di kasur...", tapi kita ya nyaman-nyaman saja kan, asal berdua?

Dan yang seringkali terjadi adalah Anda, laki-laki,keburu mundur duluan, padahal si gadis mau untuk memperjuangkan Anda di depan orang tuanya. Nyesek kan? Sebagaimana teman saya curhatkan, "Aku ya mau buat memperjuangkan dia di depan orang tuaku, tapi kalau dia nggak sama-sama berjuang, ya yg aku lakukan percuma kan?"

Nah, tugas mengkondisikan orang tua yg punya prinsip keukeh inilah tugas Anda, mbak-mbak... Yang paling tau bagaimana meluluhkan hati orang tua Anda ya Anda. Kalimat-kalimat positif akan banyak membantu. Juga pandangan-pandangan baru tentang 'kemapanan' dan 'profesi yang menjanjikan'. Boleh jadi, orang tua Anda keukeh mengizinkan Anda menikah hanya dengan PNS, karena yang menurut orang tua Anda mapan ya PNS, karena saudara-saudara dan orang-orang di sekeliling orang tua Anda adalah PNS. Sehingga yanng beliau lihat ya hanya itu. Umumnya ini jadi 'prinsip'nya orang tua suku Jawa. Berbeda lagi dengan orang-orang Sumatera/Sulawesi yang banyak diantaranya sukses dengan berdagang. Termasuk warga Cina keturunan. PNS tentu bukan menjadi ukuran utama. Anda pasti akan ditanya "punya usaha apa?"

Tampillah di depan orang tua sebagai sosok lelaki bertanggung jawab. Yang bertanggung jawab itu bagaimana? Tiada jalan menunjukkan kesungguhan selain dengan melamar. Pasanglah wajah gentleman yg berpotensi tidak akan menyiakan istri Anda nanti dengan berperilaku buruk padanya.

Yang Anda butuhkan adalah sama-sama berjuang di depan orang tua. Sambil terus menunjukkan bahwa Anda (Mas, Mas) memang berusaha betul-betul memapankan diri. Disamping itu, do'a Anda pada Allah juga tak boleh putus. Karena Dialah pelunak dan pembolak-balik hati manusia.

Ikuti dengan proses ikhtiar yang benar. Jangan melakoni jalan yg tidak disukaiNya. Jika keberkahan pernikahan yg Anda berdua cari, Anda juga harus mengupayakan keberkahan dalam proses menuju pernikahan..

Keep Calm and, Fighting!


--Iva Wulandari via facebook, 2013--

Sumpah Pemuda

memaknai tanggal 28 Oktober:
"Rumah yang dibangun bersama harusnya dirawat bersama, bukan malah membakarnya karena tak kuat berjuang sendirian.
kalau kamu jadi bawahan, jangan sering nyalahin pemimpin. kalau kamu jadi pemimpin, jangan sering nyalahin bawahan."

:)

Did you know you used to be my hero?

...I just want to make you proud...
...Did you know you used to be my hero?

[perfect - simpleplan]


dear babe,
aku rindu. Tidakkah hujan di sini berbeda dengan hujan di sana?

dear mamah,
aku rindu. Tidakkah makanan di sini berbeda dengan makanan masakan mamah di rumah?

Jika mantra menyebut 9 kali, dan bisa mengabulkan harapan seseorang, akan kulakukan.
Aku rindu.
     Aku rindu.
          Aku rindu.
              Aku rindu.
                    Aku rindu.
                         Aku rindu.
                              Aku rindu.
                                   Aku rindu.
                                        Aku rindu.

dear babe, dear mamah...semoga engkau tidak tau bahwa aku terlalu sering mengeluh, merasa paling tersiksa karena sangat merindukanmu.

Kutipan



Kartun yang menjadi favorit saya sejak dulu, dan masih menjadi kesayangan hingga kini. Akhir - akhir dalam akun facebook saya, saya sering menuliskan kutipan-kutipan yang ternyata secara tidak sengaja menjadi jawaban, atau nasehat yang tepat untuk kita.

Ada lagi, "Tidak perlu ada yang merasa sudah mengerjakan lebih daripada yang lain atau berpikir yang lainnya tidak melakukan apa-apa.." [mbak Dhian]

"Manusia itu biasanya kesulitan mengkritik atau memberi saran jika dia berada di bawah tekanan otoritas...atau...ketakutan dengan posisinya sendiri... Ah, manusia.." [Dek Lia]

Tidak perlu gemetar saat Anda meminta maaf, karena Anda pribadi paling berani di dunia..
Tidak perlu gengsi menerima kritik, karena Anda pribadi yang paling rendah hati di dunia...
Tidak perlu ngotot mempertahankan pendapat, karena Anda pribadi yang paling mulia-paling ikhlas di dunia...
Tidak perlu ngotot merasa paling tersakiti, karena Anda pribadi paling pemaaf di dunia...
Tidak perlu merasa menjadi orang yang paling menderita, karena Anda pribadi paling pandai bersyukur di dunia...
*salam super Tuan berbudi baik* [Ari]

Sepotong Cerita yang Kubawa dari Burjo

Sekelompok lima pemuda dengan penampilan yang nyentrik, dengan badan kurus gering, bibir hitam tanda bahwa mereka adalah penikmat nikotin, dengan sebatang rokok yang hampir habis dipegangnya di jari kiri mereka, ada juga yang tidak merokok yang tengah asik memperhatikan temannya bercerita lucu. Mereka berlima asik tertawa di tengah ramainya pengunjung burjo.

Si kerudung merah melintas di antara hiruk pikuk mereka, meskipun tidak bermaksud mengganggu, namun langkah buru-buru yang membuatnya hampir terjatuh, membuat sekelompok pemuda tersebut spontan memandang gadis ini. Si kerudung merah tau, pemuda yang menjadi pion cerita lucu adalah kawan yang ia kenal meski tidak terlalu dekat. Tertawa mereka berhenti sebentar, lantas menyapa dengan ramah gadis ini. Meskipun, mungkin sapaan mereka jika terdengar oleh orang lain, akan dipersepsikan meledek gadis ini, namun pemikiran gadis ini berbeda dengan orang awam pada umumnya. Justru ia menganggap bahwa "sapaan atau sikap ramah seseorang pada orang lain dikarenakan sebelumnya seseorang itu sedang merasa bahagia, karena tertawa, karena mendengar cerita lucu, karena mendengar kabar membahagiakan, karena sedang apa saja yang membuat seseorang itu senang, maka sikap ramah itu akan terasa tulus bagi orang yang menerima sapaan itu... Maka tertawalah, maka tersenyumlah, maka bahagialah, dan orang lain akan ikut bahagia." Rasa bahagiamu akan menstimulus (juga) rasa bahagia orang lain. See!

Gadis berkerudung merah membalas dengan senyuman, dan memberi sepotong sapaan "hai" lalu pergi, namun masih bisa mendengar percakapan mereka berlima. Kawan yang ia kenal, melanjutkan cerita lucunya, namun dengan diulang dari awal, hal yang awal tadi jika didengar pertama kali dirasa lucu, namun kemudian diulang untuk kedua kalinya akan terdengar biasa saja. Kawan-kawannya yang baik, merespon juga dengan baik. Tentu.

"ya, jika dengan hal yg sama kita tak lagi bisa dibuat tertawa, seharusnya, kita juga tak pantas lagi untuk dibuat bersedih dengan ingatan akan kejadian menyakitkan yg sama pula.”

Janganlah bersedih jika kamu diacuhkan oleh orang lain karena kesibukan mereka, namun bersedihlah jika kamu diacuhkan oleh orang lain karena sebelumnya ternyata kamulah yang justru mengacuhkan dia terlebih dahulu, karena itu adalah pembalasan! Rasakan!

[Di Balik Doa Yang Belum Terkabul]

Tulisan ini saya ambil dari sebuah fanspage facebook "Strawberry". Berawal dari hasil sharing dengan mbak kos, yang kemudian menarik saya untuk juga membaginya dengan saudara yang lain. Saya hanya ingin berpesan pada siapa saja, "dibalik segala yang menimpa atau terjadi pada kita, entah masalah yang dirasa tak kunjung selesai, jodoh yang tak kunjung datang, rejeki yang juga belum menghampiri, atau bahkan doa yang juga tak kunjung terkabul meski juga sudah dirasa dengan berbagai segala cara terbaik sudah dilakukan, maka ujung dari semua itu adalah hanya perlu sebuah "prasangka baik" pada rencanaNya. Berprasangka baiklah..."

Dimanakah pertolongan Allah…ketahuilah, sesungguhnya pertolongan ALLAH itu dekat. [QS Al Baqarah: 214]

Ada seseorang yang rajin berdoa, minta sesuatu sama Allah. Orangnya sholeh. Ibadahnya baik. Tapi doa tak kunjung terkabul. Sebulan menunggu masih belum terkabul juga. Tetap dia berdoa. Tiga bulan juga belum. Tetap dia berdoa. Hingga hampir satu tahun doa yang ia panjatkan, belum terkabul juga. Dia melihat teman kantornya. Orangnya biasa saja. Tak istimewa. Sholat masih bolong-bolong. 
Kelakuannya juga sering nggak beres, sering tipu-tipu, bohong sana-sini. Tapi anehnya, apa yang dia doain, semuanya dipenuhi. Orang sholeh ini pun heran. Akhirnya, dia pun dateng ke seorang ustadz. Ceritalah dia permasalahan yang sedang dihadapi. Tentang doanya yang sulit terkabul padahal dia taat, sedangkan temannya yang bandel, malah dapat apa yang dia inginkan. 
Tersenyumlah ustadz ini. Bertanyalah si ustadz ke orang ini. Kalau Anda lagi duduk di warung, kemudian datang pengamen, tampilannya urakan, maen musiknya gak bener, suaranya fals, bagaimana? Orang sholeh tadi menjawab, segera saya kasih pak ustadz, gak nahan ngeliat dan ndengerin dia lama-lama di situ, sambil nyanyi pula.
Kalau pengamennya yang dateng rapi, main musiknya enak, suaranya empuk, bawain lagu yang kamu suka, bagaimana? Wah, kalo gitu, saya dengerin ustadz. Saya biarin dia nyanyi sampai habis. Lama pun nggak masalah. Kalau perlu saya suruh nyanyi lagi. Nyanyi sampai sealbum pun saya rela. Kalau pengamen tadi saya kasih 500, yang ini 10.000 juga berani, ustadz.
Pak ustadz pun tersenyum. begitulah nak. Allah ketika melihat engkau, yang sholeh, datang menghadap-Nya, Allah betah ndengerin doamu. Melihat kamu. Dan Allah pengen sering ketemu kamu dalam waktu yang lama. Buat Allah, ngasih apa yang kamu mau itu gampang betul. Tapi Dia pengen nahan kamu biar khusyuk, biar deket sama Dia. Coba bayangin, kalo doamu cepet dikabulin, apa kamu bakal sedeket ini? Dan di penghujung nanti, apa yang kamu dapatkan kemungkinan besar jauh lebih besar dari apa yang kamu minta.
Beda sama temenmu itu. Allah gak mau kayaknya, dia deket-deket sama Allah. Udah dibiarin biar bergelimang dosa aja dia ini. Makanya Allah buru-buru kasih aja. Udah. Jatahnya ya segitu doang. Gak nambah lagi.
 
Dan yakinlah, kata pak ustadz, kalaupun apa yang kamu minta ternyata gak Allah kasih sampai akhir hidupmu, masih ada akhirat, nak. Sebaik-baik pembalasan adalah jatah surga buat kita. Nggak bakal ngerasa kurang kita di situ. 
Tersadarlah orang tadi. Ia pun beristighfar, sudah berprasangka buruk kepada Allah. Padahal Allah betul-betul amat menyayanginya. Semoga kisah ini menjadi dapat pelajaran bagi kita semua... Aamiin

Cerita dalam Kereta (lagi)

Ini cerita saya di gerbong kreta umum alias bukan khusus gerbong perempuan. Saya sudah cukup nyaman berada di gerbong ini, dan membuat saya urung berpindah menuju gerbong perempuan.

Perjalanan saya akan memakan waktu dua setengah jam hingga sampai tujuan. Itu berarti pukul setengah sepuluh malam saya baru sampai pada tujuan saya.
Cerita di gerbong ini akan lain dengan cerita saya ketika saya berada di gerbong perempuan. Hanya ada 8 orang di gerbong selebar ini, termasuk saya dan termasuk bapak2 petugas kebersihan.

Kerennya adalah dengan penumpang sesedikit ini setidaknya saya mendapat cerita menarik dari 2 penumpang di seberang pojok saya. Lain halnya dengan orang2 yg lbh memilih menyalakan gadgetnya kemudian memasang earphonenya ditelinganya, lain halnya dengan seorang bapak yang memilih tidur di kursi gerbong seperti kasur miliknya sendiri.
Ini ada sepasang kakek nenek berusia sekitar 60an, duduk berdua di pojok gerbong. Sempat saya tertangkap basah karena sedang mengamati, namun kemudian mereka membalasnya dengan senyuman. Sang Kakek menggunakan tongkat sebagai alat bantu berjalan. Romantis bagi kakek itu adalah ketika pasanganmu menawarkan pelindung tubuhmu untuk kamu pakai meskipun kadang justru pasanganmulah yang lebih membutuhkan..nampaknya sang Kakek sedang tidak enak badan, kmudian sang nenek memakaikan jaket yang ia kenakan pada sang kakek..

Kecantikan seorang perempuan akan tampak ketika malam hari saat ia bersama suaminya. Lihat!

Jadilah Hebat


Ini cerita saya ketika berada di dalam gerbong kereta perempuan..
Yap, sekarang saya menulis ini sambil membatin beberapa hal yang tidak tersampaikan pada salah seorang di depan saya.

Ada seorang perempuan, bisa disebut wanita karir.. Mengenakan blazer, yang menutupi kemejanya, rambut dikucir rapih, beranting bulat besar, dan di sampingnya ia letakkan tas kerjanya.
Saat sampai di stasiun Tugu, masuklah seorang ibu bersama anak laki-lakinya yang berumur sekitar 4-5tahun duduk di samping wanita itu.
Penampilan ibu dan anak itu sangat sederhana, keduanya memakai sandal jepit.
Saya tidak mau membandingkan dengan wanita di sebelahnya.

Singkat cerita, wanita itu kemudian memainkan notepad nya yg super canggih, kemudian ia melepas alas kakinya, dan kakinya ia naikkan di atas kursi.
Saya tak tau betul apa yg sdg wanita itu mainkan atau kerjakan dg notepad nya, saya hanya tertarik pada anak laki2 yg brada di sampingnya.
Anak tersebut memandang heran, menerawang entah apa pada notepad yang sdg dmainkan wanita itu.
Saya kira, wanita itu akan menyapa anak laki2 itu, namun justru kmudian dia mengambil kotak makan dari tasnya, dan memakan potongan apel yang dibawanya.
Saya tambahi, tanpa menawarkan atau bahkan menyapa anak laki2 yg sdg menatapnya..

Saya hanya berharap bahwa jika kelak anak2ku tumbuh, mereka tidak akan bertemu dg orang2 dewasa macam ini. Semoga selalu dipertemukan pada orang2 yang tidak keberatan untuk menyapa terlebih dahulu.
Saya pun berharap pada anak laki2 itu, kelak jika ia tumbuh menjadi orang dewasa yang sukses, ia akan mjd orang dewasa yang lebih peduli pada skitarnya dibanding orang dewasa jaman sekarang..

Jadilah hebat Nak!

Engkau Yang Kusebut Oemar Bakri

Pernah kulihat lelah di bola matamu
Namun senyum selalu hiasi bibirmu
Meredam bara emosiku yang menggebu
Tak patuhimu padahal baik bagiku

Kau buka mata dan hatiku yang membeku
Kugenggam dunia dengan memahami ilmu
Dalam tertatih kau tak pernah tinggalkanku
Dengan sabarmu, ku tahu yang ku tak tahu

Guruku tersayang, Apa kabarmu? Walau dimana berada
Semoga sejuta doa untukmu selamanya

Ajari kepakkan sayapku tuk terbang menuju langit tinggi
Meraih bintang, kau selalu ku kenang
Seluruh pengabdian yang engkau beri
Meski kucoba dengan sepenuh hati tak akan terganti

Terimakasih guruku tersayang
Kau selalu jadi pahlawanku
[Haris Isa-Guruku]

Itu, salah satu lagu yang mengungkapkan rasa terimakasih seorang murid pada gurunya. Tentu, masih banyak yang lain. Saya hanya penasaran, kenapa hanya ada lagu yang tercipta dari murid untuk gurunya. Sudahkah ada lagu yang diciptakan dari seorang guru untuk muridnya? Jika dilihat dari kompetensinya, tentunya, harusnya lagu yang diciptakan guru lebih banyak daripada murid yang menciptakan.

Oke interludenya: tulisan ini datang dari hati saya yang paling dalam. Paling [italic]. Hanya keluh kesah saya hari ini, yang belum sempat tersampaikan. Dengarkan Pak Guru!

Saya justru begitu kagum dengan sosok-sosok murid yang rela membuat cerita, membuat lagu, kemudian menyanyikan lagu yang kemudian dipersembahkan untuk gurunya, dilandasi karena kecintaannya pada gurunya, karena rasa terimakasihnya yang begitu besar pada gurunya, atau karena begitu berharganya guru baginya dalam perjuangan hidup dan mimpi-mimpinya. Saya akan memposisikan diri saya sebagai murid, kemudian saya juga akan memposisikan diri saya sebagai guru.

Keren, jika ada murid merasa seperti diselematkan dari jurang kematian dan kebodohan kemudian menaruh rasa terimakasih sehingga tumbuh keinginan membalas budi kepada gurunya. Dengan adanya murid seperti ini, tentu guru akan sangat bangga sekali. Lalu, jika ternyata semua imajaniasi tentang guru yang begitu mulia dihamburkan dengan satu karakter antagonis sang guru, murid bisa apa? Guru punya wewenang yang lebih daripada murid. Guru boleh memvonis, murid terima saja. Bisa jadi, bisa jadi.

You know lah, murid hanya akan merasa tersiksa, dan tidak bahagia mengikuti pelajaran, tidak memiliki motivasi untuk belajar, tidak memiliki keberanian untuk mengeluarkan pendapat sementara guru justru hobi menyebut dirinya bodoh yang tidak mungkin berubah menjadi pintar, sementara guru hobi memvonis “murid salah, dan yang selalu benar adalah saya”, sementara guru hobi menyalahkan, sementara guru hobi menyebut-mengagung-agungkan dirinya yang paling kompeten di atas yang paling. Apalagi kata yang bisa menyatakan paling di atas yang paling?

Kali ini saya memposisikan sebagai murid, pesan saya hanya satu: Listen!
Ketika seorang guru memberi perintah, atau membentak murid, “Dengarkan!” Boleh jadi yang justru seharusnya mendengarkan adalah gurunya, yang memberi perintah.

Kali ini saya akan memposisikan diri saya sebagai guru, hanya ingin berkata untuk saya dan kawan guru saya bernama Oemar Bakri, “renungkanlah Pak Guru, mungkin kita sebagai Guru lalai akan hal-hal kecil yang dianggap sepele yang justru sebenarnya lebih penting, yaitu mendengarkan-menyimak (listen, bukan hear). Jangan melulu berbicara tentang ilmu, sekali-sekali mari berbicara realitas tentang pelajaran hidup. Meski kadang tidak sependapat, meresponlah dengan mimik muka yang tidak sok paling pintar dan tidak menyepelekan. Sekali-sekali murid juga butuh dipuji. Ya dipuji, atau sudah lupa bagaimana cara memuji? Jika sudah lupa, maka nasehat saya adalah ‘tidak ada kata terlambat untuk belajar’ itu saja.”

Sudahlah, tidak perlu gengsi untuk menyatakan terimakasih pada muridnya..
Saya tunggu lagunya, Pak Guru...
Tentu, bukan untuk kekasihmu, bukan pula untuk titlemu...
Tetapi untuk muridmu...
Saya ingin mendengar, cerita apa yang akan engkau bagi untuk dunia tentang muridmu, sosok seperti apa muridmu dimatamu?
Saya menunggu pembuktian bahwa segala lagu tentang kebaikan guru, berlaku bagi guru dimana saja, dan kemudian saya dengan tulus akan mempersembahkan lagu itu untukmu.
Hanya akan ada Guru dengan karakter yang begitu hangat yang selalu ada dalam cerita-cerita menyenangkan anak sekolah jaman dulu, sekarang bahkan nanti... mungkin sampai kata tak lagi berarti, karena hanya akan ada memori jangka panjang tentang kenangan yang ditorehkan selama guru dengan murid masih menjadi suatu oposisi yang berhubungan dan tak terpisahkan. Disebut guru karena ada yang disebut murid kan?

Jelas, seorang murid akan bangga jika diajar oleh guru dengan titel yang semakin tinggi, tapi itu hanya poin kedua setelah watak dan karakter. Salam super, Pak Guru.


[Selasa, Oktober 2013-catatan ketiga tentangmu] *berubah*cling