--------------------------------------------------------------------------
Saya selalu saja tertarik dan suka dengan lagu-lagu "jantan" nan membawa aura heroik perjuangan kaum bujang. Dua diantaranya adalah "Sampai Akhir Waktu"nya Yovie&Nuno dan "Marry Your Daughter"nya Brian McKnight.
Buat yg masih asing, begini penggalan liriknya:
"Laki", kan, lagunya? Seorang teman pernah bersungut-sungut datang kepada saya dan saya dapati dia baru saja ditolak prosesnya oleh seorang wanita. Bukan karena si wanita tidak cocok, tetapi, alasannya satu: Orang tua wanita maunya dapat mantu PNS. Pokoknya PNS, kalau bukan PNS, tidak! Begitu si wanita menyampaikan ini kepada si lelaki, dia lantas lemas dan melangkah gontai, mundur perlahan.
Buat yg masih asing, begini penggalan liriknya:
"Ku akan datang lagi Meski ibumu melarang | Ku tunjukkan kesungguhan| Untuk miliki dirimuYang ku ingin bukan sekedar Hanya untuk pacaran | Yang ku mau memberikan seluruh cinta Sampai akhir waktu nantiWalau rintangan yang selalu datang | Aku takkan pernah mundur | Walau tantangan tak pernah berhenti Cinta takkan pernah mati" Yovie & Nuno
"Laki", kan, lagunya? Seorang teman pernah bersungut-sungut datang kepada saya dan saya dapati dia baru saja ditolak prosesnya oleh seorang wanita. Bukan karena si wanita tidak cocok, tetapi, alasannya satu: Orang tua wanita maunya dapat mantu PNS. Pokoknya PNS, kalau bukan PNS, tidak! Begitu si wanita menyampaikan ini kepada si lelaki, dia lantas lemas dan melangkah gontai, mundur perlahan.
Hai Maaaannn! Tunggu dulu!Yang seringkali Anda lupa adalah bahwa Anda terburu-buru untuk mengibarkan bendera putih atas perjuangan Anda mendapatkan gadis pujaan di depan orang tuanya. Padahal baru sekali, dua kali, tiga kali Anda ditolak.
Kalau Anda ditolak karena memang si gadis pujaan tidak mau menikah dengan Anda, memang benar bahwa Anda harus kembali 'berkaca' dan menimbang lg untuk berjuang. Tapi, jika tiada masalah dengan si gadis, tunggu apa lagi untuk kembali mencoba lagi?
Salah satu hal yang membuat Anda menjadi pemenang dalam menakhlukkan hati orang tua gadis 'pujaan' Anda adalah kesungguhan Anda. Hai Mas, bukankah Anda adalah seorang aktivis yang jago berargumen di depan forum-forum diskusi? Apa salahnya jika Anda pergunakan skill Anda ini untuk kekeuh di depan calon mertua?
Sekali lagi. Orang tua mana sih yang tidak mau jika anaknya dilamar seorang yang 'mapan' secara finansial? Kesannya memang materialistik, tetapi yang namanya orang tua memang berfikirnya sudah pada wilayah realitas. Sementara kita, kaum muda, masih bergerak pada wilayah idealitas, dimana yang namanya hidup berumah tangga kan ya tidak mengapa dimulai dari titik "prihatin" bersama-sama. Namun, jika Anda tanyakan ke ayah ibu Anda, "Pak/Bu, bagaimana Bapak dan Ibu memulai pernikahan dulu?"
Jawaban mereka kurang lebih pasti sama. "Walah Le... dulu Bapak Ibu itu kontraktor, ngontrak sana, pindah sini, begitu seterusnya. Buat makan aja susah. Kendaraan belum punya, bla bla...."
Nah, kan? Yang perlu kita fahami adalah bahwa setiap orang tua tentu bersemboyan "biar saya saja yang rekasa (susah), anak saya jangan!"
Tetapi, jika kita sedikit bersabar untuk meluluhkan hati orang tua, dengan membawa mereka bernostalgia dengan masa-masa awal pernikahan, tentulah mereka akan meluluh bahwa memang demikian 'tabiat' membangun rumah tangga. Tidak ada yang mulai dari titik mapan sebenarnya, kecuali anaknya AR* yg hartanya tak habis tujuh turunan
Yang perlu Anda lakukan sebagai laki-laki adalah meyakinkan kalau Anda akan amanah dan akan membahagiakan putri beliau.
Salah satu hal yang membuat Anda menjadi pemenang dalam menakhlukkan hati orang tua gadis 'pujaan' Anda adalah kesungguhan Anda. Hai Mas, bukankah Anda adalah seorang aktivis yang jago berargumen di depan forum-forum diskusi? Apa salahnya jika Anda pergunakan skill Anda ini untuk kekeuh di depan calon mertua?
Sekali lagi. Orang tua mana sih yang tidak mau jika anaknya dilamar seorang yang 'mapan' secara finansial? Kesannya memang materialistik, tetapi yang namanya orang tua memang berfikirnya sudah pada wilayah realitas. Sementara kita, kaum muda, masih bergerak pada wilayah idealitas, dimana yang namanya hidup berumah tangga kan ya tidak mengapa dimulai dari titik "prihatin" bersama-sama. Namun, jika Anda tanyakan ke ayah ibu Anda, "Pak/Bu, bagaimana Bapak dan Ibu memulai pernikahan dulu?"
Jawaban mereka kurang lebih pasti sama. "Walah Le... dulu Bapak Ibu itu kontraktor, ngontrak sana, pindah sini, begitu seterusnya. Buat makan aja susah. Kendaraan belum punya, bla bla...."
Nah, kan? Yang perlu kita fahami adalah bahwa setiap orang tua tentu bersemboyan "biar saya saja yang rekasa (susah), anak saya jangan!"
Tetapi, jika kita sedikit bersabar untuk meluluhkan hati orang tua, dengan membawa mereka bernostalgia dengan masa-masa awal pernikahan, tentulah mereka akan meluluh bahwa memang demikian 'tabiat' membangun rumah tangga. Tidak ada yang mulai dari titik mapan sebenarnya, kecuali anaknya AR* yg hartanya tak habis tujuh turunan
Yang perlu Anda lakukan sebagai laki-laki adalah meyakinkan kalau Anda akan amanah dan akan membahagiakan putri beliau.
"Very soon I'm hoping that I...
Can marry your daughter
And make her my wife
I want her to be the only girl that I love for the rest of my life
And give her the best of me 'till the day that I die
I'm gonna marry your princess
And make her my queen
She'll be the most beautiful bride that I've ever seen"
[Brian McKnight]
Jadi, bukan janji untuk memberikan harta melimpah. Memberikan kebahagiaan, kan? Jelas. Dan kebahagiaan tidak hanya sebatas 'kecukupan' materi. Bahwa cukupnya materi akan membuat hidup damai, iya. Tetapi, kalaupun dalam kesempitan rizki nanti, jika bersabar dan dijalani berdua oleh dua orang yg saling mencintai, tidakkah itu ringan-ringan saja?
Sebagaimana misalnya orang tua kita yg datang ke rumah kita dan mendapati kita tidurnya lantai beralas tikar seadanya. Mereka pasti akan berkata "Mbok ya di kasur...", tapi kita ya nyaman-nyaman saja kan, asal berdua?
Dan yang seringkali terjadi adalah Anda, laki-laki,keburu mundur duluan, padahal si gadis mau untuk memperjuangkan Anda di depan orang tuanya. Nyesek kan? Sebagaimana teman saya curhatkan, "Aku ya mau buat memperjuangkan dia di depan orang tuaku, tapi kalau dia nggak sama-sama berjuang, ya yg aku lakukan percuma kan?"
Nah, tugas mengkondisikan orang tua yg punya prinsip keukeh inilah tugas Anda, mbak-mbak... Yang paling tau bagaimana meluluhkan hati orang tua Anda ya Anda. Kalimat-kalimat positif akan banyak membantu. Juga pandangan-pandangan baru tentang 'kemapanan' dan 'profesi yang menjanjikan'. Boleh jadi, orang tua Anda keukeh mengizinkan Anda menikah hanya dengan PNS, karena yang menurut orang tua Anda mapan ya PNS, karena saudara-saudara dan orang-orang di sekeliling orang tua Anda adalah PNS. Sehingga yanng beliau lihat ya hanya itu. Umumnya ini jadi 'prinsip'nya orang tua suku Jawa. Berbeda lagi dengan orang-orang Sumatera/Sulawesi yang banyak diantaranya sukses dengan berdagang. Termasuk warga Cina keturunan. PNS tentu bukan menjadi ukuran utama. Anda pasti akan ditanya "punya usaha apa?"
Tampillah di depan orang tua sebagai sosok lelaki bertanggung jawab. Yang bertanggung jawab itu bagaimana? Tiada jalan menunjukkan kesungguhan selain dengan melamar. Pasanglah wajah gentleman yg berpotensi tidak akan menyiakan istri Anda nanti dengan berperilaku buruk padanya.
Yang Anda butuhkan adalah sama-sama berjuang di depan orang tua. Sambil terus menunjukkan bahwa Anda (Mas, Mas) memang berusaha betul-betul memapankan diri. Disamping itu, do'a Anda pada Allah juga tak boleh putus. Karena Dialah pelunak dan pembolak-balik hati manusia.
Ikuti dengan proses ikhtiar yang benar. Jangan melakoni jalan yg tidak disukaiNya. Jika keberkahan pernikahan yg Anda berdua cari, Anda juga harus mengupayakan keberkahan dalam proses menuju pernikahan..
Keep Calm and, Fighting!
--Iva Wulandari via facebook, 2013--
Jadi, bukan janji untuk memberikan harta melimpah. Memberikan kebahagiaan, kan? Jelas. Dan kebahagiaan tidak hanya sebatas 'kecukupan' materi. Bahwa cukupnya materi akan membuat hidup damai, iya. Tetapi, kalaupun dalam kesempitan rizki nanti, jika bersabar dan dijalani berdua oleh dua orang yg saling mencintai, tidakkah itu ringan-ringan saja?
Sebagaimana misalnya orang tua kita yg datang ke rumah kita dan mendapati kita tidurnya lantai beralas tikar seadanya. Mereka pasti akan berkata "Mbok ya di kasur...", tapi kita ya nyaman-nyaman saja kan, asal berdua?
Dan yang seringkali terjadi adalah Anda, laki-laki,keburu mundur duluan, padahal si gadis mau untuk memperjuangkan Anda di depan orang tuanya. Nyesek kan? Sebagaimana teman saya curhatkan, "Aku ya mau buat memperjuangkan dia di depan orang tuaku, tapi kalau dia nggak sama-sama berjuang, ya yg aku lakukan percuma kan?"
Nah, tugas mengkondisikan orang tua yg punya prinsip keukeh inilah tugas Anda, mbak-mbak... Yang paling tau bagaimana meluluhkan hati orang tua Anda ya Anda. Kalimat-kalimat positif akan banyak membantu. Juga pandangan-pandangan baru tentang 'kemapanan' dan 'profesi yang menjanjikan'. Boleh jadi, orang tua Anda keukeh mengizinkan Anda menikah hanya dengan PNS, karena yang menurut orang tua Anda mapan ya PNS, karena saudara-saudara dan orang-orang di sekeliling orang tua Anda adalah PNS. Sehingga yanng beliau lihat ya hanya itu. Umumnya ini jadi 'prinsip'nya orang tua suku Jawa. Berbeda lagi dengan orang-orang Sumatera/Sulawesi yang banyak diantaranya sukses dengan berdagang. Termasuk warga Cina keturunan. PNS tentu bukan menjadi ukuran utama. Anda pasti akan ditanya "punya usaha apa?"
Tampillah di depan orang tua sebagai sosok lelaki bertanggung jawab. Yang bertanggung jawab itu bagaimana? Tiada jalan menunjukkan kesungguhan selain dengan melamar. Pasanglah wajah gentleman yg berpotensi tidak akan menyiakan istri Anda nanti dengan berperilaku buruk padanya.
Yang Anda butuhkan adalah sama-sama berjuang di depan orang tua. Sambil terus menunjukkan bahwa Anda (Mas, Mas) memang berusaha betul-betul memapankan diri. Disamping itu, do'a Anda pada Allah juga tak boleh putus. Karena Dialah pelunak dan pembolak-balik hati manusia.
Ikuti dengan proses ikhtiar yang benar. Jangan melakoni jalan yg tidak disukaiNya. Jika keberkahan pernikahan yg Anda berdua cari, Anda juga harus mengupayakan keberkahan dalam proses menuju pernikahan..
Keep Calm and, Fighting!
--Iva Wulandari via facebook, 2013--