Best Scene of Good Doctor




“That no matter how scared you are, you have to accomplish it if you want to. That the one who endures and gets past everything is the coolest person in the world”
[Good Doctor ep 5, Park Shi On]







“Keberanian bukanlah bahwa kita tak merasa takut, tetapi jika kita mampu bertahan menghadapi rasa takutnya.”
[Good Doctor ep 14, Professor Kim Do Han]







“Ada Banyak hal-hal yang tak terlihat, yang justru benar-benar paling penting dalam hidup.”
[Good Doctor ep 15, Dokter Han Jin Wook]

Antara Ada dan Tiada

Setiap ku melihatmu, kau terasa di hati
Kau punya segalanya yang aku impikan
Dan anganku tak henti bersajak tentang bayangmu
Walau ku tahu kau tak pernah anggapku ada
Ku tak bisa menggapaimu, tak kan pernah bisa
Walau sudah letih aku, tak mungkin lepas lagi
Kau hanya mimpi bagiku, tak untuk jadi nyata
Dan segala rasa buatmu harus padam dan berakhir
[Utopia]

Saya selalu benci kata galau, gelisah, cemas, dan tak ingin terjebak di dalam perasaan yang mewakili salah satu kata tersebut. Saya justru lebih suka sendu, atau syahdu ala yuni shara. Semua kata yang bersinonim dengan kata tersebut selalu saya hindari. Kalaupun terlanjur mampir di salah satu episode hidup saya, selalu ada cara untuk menyembunyikannya. Kemudian melewati hari seperti tak pernah ada masalah apapun karena waktu itu akan terus berjalan. Dia tidak pernah ada kompromi untuk menunggu kita, berlalu meninggalkan kita yang mungkin belum bisa menyesuaikan dengan ritmenya. Gundah gulana yang mampir dalam hidup saya semacam itu, saya simpan denganNya; mematikan handphone-berdoa.
...yap, dan segala rasa buatmu harus padam dan berakhir...


Selamat menempuh hidup baru Dude Herlino :D aaaaaaaaak *gulinggulingkayakshinchan*
dan saya akan berjuang mencari doraemon, meminjam baling baling bambu atau pintu ke mana saja atau mesin waktu, untuk mencari Pangeran Toxedonya Sailormoon. *Aku ksatriya Sailor, yang berjuang demi cinta dan keadilan. Dengan kekuatan bulan, aku akan menghukummu*

semoga kita dipertemukan di kehidupan selanjutnya dengan cerita yang lebih menyenangkan.

[jjajang.. dorami, satu satunya tokoh yang bisa bikin pipinya doraemon merah merona :D ]

Sepenggal Adegan [Drama]

Apa kamu pernah merasa lapar? Atau apakah kamu pernah menghabiskan musim dingin di sebuah gudang tanpa kehangatan apapun?
Dalam sebuah pabrik kosong dimana tidak ada satupun orang dalam pandangan...
Dengan pintu terkunci dari luar, dan seorang anak kecil berada di dalam...
Bisakah kau bayangkan betapa takutnya anak itu di saat itu?
Malam pertama aku tidur di pabrik Presiden Kang...
aku merasa aku bermimpi karena rasanya sangat hangat.
itu karena ada seseorang di sampingku...
aku sama sekali tidak takut dan dia penyelematku yang memungkinkanku pergi ke Amerika. Jika bukan karena dia, aku bahkan tidak akan bisa pergi. Kemudian ketika dia membutuhkan pertolongan di Amerika, dia menemukanku dan datang ke tempatku berada. Betapa putus asanya dia hingga datang kepadaku? Dia, seperti diriku...
tidak memiliki siapapun tempat bersandar di dunia ini.

Jika itu kau...
Apa kamu bisa mengabaikan orang yang telah memberikanmu
waktu paling berharga dalam hidupmu?


[Lee Ga Young – Fashion King episode 7]

..Sometimes You Have to Listen to Your Heart..

“Is there a moral to this story?
A moral most profound.
Sometimes you have to listen to your heart and not your head.”
[Judy Wade “Romance in The Caribbean”]

Saya lupa, terakhir kali begitu dekat dengan kakak laki-laki saya. Kami tidak pernah membicarakan hal serius tentang kehidupan secara langsung, topik itu akan menjadi perbincangan yang serius hanya melalui telepon genggam; sms. Kalaupun toh pada akhirnya, terpaksa kami perdebatkan secara langsung, endingnya pasti menggantung. Bukan masalah mempertahankan prinsip, atau berbicara jujur apa adanya meskipun menyakitkan, tetapi saya lebih memilih untuk berbicara baik dan menghindari pertengkaran. Bedakan antara berpura-pura baik dengan berbicara baik yang membaikkan.

Terkadang momen kebersamaan itu datang justru pada saat yang tidak pernah kita rencanakan. Seperti sore itu, kebersamaan kami memang singkat, tetapi semakin menguatkan kami sebagai dua orang kakak beradik. Perjalanan kurang lebih 8 km menuju stasiun kereta, tanpa menggunakan helm, saya yang berada di balik punggung laki-laki itu mencoba menciptakan topik pembicaraan walaupun nggak penting. 15 menit perjalanan kami habiskan hanya dengan bercanda, membicarakan segala sesuatu yang kami lewati dan kami tertawakan bersama. Tidak baik memang membicarakan orang lewat, menertawakan, tidak memakai helm pula. Permasalahannya bukanlah karena hal tersebut yang sebenarnya bertentangan dengan prinsip saya, tapi lebih kepada penghargaan saya atas respon kakak saya dengan guyonan dan menciptakan suasana yang lebih hangat, penghargaan saya kepada kakak saya yang dengan senang hati mengantarkan saya ke stasiun meskipun tanpa helm dan harus mencari jalan-jalan tikus agar tidak melewati beberapa perempatan yang dijaga polisi dan sampai di tujuan. Saya berusaha membaca niat baik kakak saya, kemudian berusaha merespon dengan baik.

Bersyukur

Siang ini, saya makan siang bersama seorang kawan baik saya di sebuah rumah makan tidak jauh dari kampus.
Saya dan kawan saya memesan menu sederhana seperti biasanya. Kemudian kami buru-buru mencari tempat duduk kemudian memilih tidak berlama-lama di warung tersebut karena mengejar jadwal perkuliahan kami selanjutnya. Kami duduk berhadapan.
Tidak lama setelah saya menyelesaikan makan saya dan menunggu kawan saya menyelesaikan makannya, duduklah seorang laki-laki dan seorang perempuan di seberang tempat kami duduk. Sejajar dengan tempat duduk saya, perempuan tersebut. Jika boleh ditebak, kemungkinan mereka adalah sepasang kakak beradik, karena perempuan terlihat jauh lebih muda dari laki-laki tadi. Tidak sengaja saya melihat mereka, tidak segera makan, muncullah rasa kepo saya lantas menoleh kepada mereka. Saya lihat:

"Mereka berdua memejamkan mata, di belakang piring makanan mereka, mereka menggenggamkan tangan mereka masing-masing, kemudian seraya berdoa. entah apa, saya hanya tertarik pada aktifitas mereka. Perempuan itu yang nampak memimpin atau mengucapkan kata-kata meski samar tidak terdengar."

Agak lama, kemudian pandangan saya kembali pada kawan saya.
Terlepas dari keyakinan mereka, saya percaya bahwa syukur itu sederhana.
Seperti mereka. Menghargai apa yang sudah ada, tanpa menuntut apa yang belum ada tetapi masih mengusahakan apa yang ingin ada sambil berbagi kepada sesama.

Belajar Dari Dapur Ibu

Seorang wanita yang baru saja menikah, datang ke ibunya dan mengeluh soal tingkah laku suaminya.
Setelah pesta pernikahan, baru ia tahu karakter asli sang suami keras kepala, suka bermalasan, cuek, boros, dsb.
Wanita muda itu berharap orang tuanya ikut menyalahkan suaminya.
Namun betapa kagetnya dia karena ternyata ibunya diam saja, bahkan sang ibu kemudian malah masuk ke dapur, sementara putrinya terus bercerita dan mengikutinya.
Sang ibu lalu memasak air. Setelah sekian lama, air mendidih.
Sang ibu menuangkan air panas mendidih itu ke dalam 3 gelas yang telah disiapkan.
Di gelas pertama ia masukkan telur, di gelas kedua ia masukkan wortel & di gelas ketiga ia masukkan kopi.Setelah menunggu beberapa saat, ia mengangkat isi ke-3 gelas tadi, dan hasilnya:
Wortel yang keras menjadi lunak, telur yang mudah pecah menjadi keras, & kopi menghasilkan aroma yg harum.

Lalu sang ibu menjelaskan: "Nak... masalah dalam hidup itu bagaikan air mendidih".
Namun, bagaimana sikap kitalah yg akan menentukan dampaknya".
Kita bisa menjadi:
1. Lembek seperti wortel.
2. Mengeras seperti telur.
3. Atau harum seperti kopi.

Jadi, wortel & telur bukan mempengaruhi air...
mereka malah berubah oleh air.
Sementara kopi malah mengubah air & membuatnya menjadi harum.
Dalam tiap masalah, selalu tersimpan mutiara yg berharga. Sangat mudah utk bersyukur saat keadaan baik-baik saja, tapi apakah kita dpt tetap bersyukur saat kita ditimpa masalah?

Hari ini kita belajar ada 3 reaksi orang saat masalah datang.
* Ada yang menjadi lembek, suka mengeluh & mengasihani diri sendiri.
* Ada yang mengeras, marah & menyalahkan pihak lain.
* Ada yang justru semakin harum, menjadi semakin kuat & bijaksana.

Selamat bereaksi dengan bijak

[Ary Ginanjar Agustian, 2013 - ESQ 165]

Ngomongin Soal PKN

Eh, lagi pada rame ngomongin kemenkes ya?
haik, jadi ngepoin postingannya dokter. Isinya:
1. bla...bla..bla...promosi PKN (bukan Pendidikan KewargaNegaraan tapi, Pekan K*nd*m Nasional) aduh!
Lalu, ada postingan gini,
2. "Jangan stigma orang dg HIV pasti perilaku seksualnya buruk krn penularan HIV tdk hanya krn hubungan seksual yg tdk aman"

coba deh, logikanya dimana?
nah lo, apa hubungannya pada mbagiin tuh k*nd*m sama penularan hiv? Katanya "World AIDS Day", kenapa yang dibagiin k*nd*mnya? harusnya tuh sosialisasi gaya hidup sehat, pergaulan yang sehat, donor darah yang sehat itu kayak gimana.
Mereka mah sukanya suudzon gitu, siapa coba yang punya stigma orang dg HIV pasti perilaku seksualnya buruk? mereka malah jadi bikin orang-orang alim jadi suudzon, justru karena mereka membagikan tuh k*nd*m.
Mau dikemanain tuh k*nd*m kalau sasarannya aja mahasiswa, para muda belia secara usia yang dasarnya belum menikah. mau mbok jadiin bahan rakitan buat ngeluncurin satelit di luar angkasa? Wahai bapak ibu yang berpendidikan, itu bukan semacam barang komplementer yang bisa nglengkapi fungsi barang lainnya. Bukan kayak mobil yang baru bisa jalan kalo ada bensinnya. Tuh k*nd*m barang siap pakai tanpa perlu ada barang komplementer. Mau dikemanain kalau nggak dipake coba? mau mbok bakar kaya rokok? bakar duit negara, buk! Nah pertanyaannya, siapa yang make coba kalau ibuk ngasihinnya ke para muda belia?

Kalau mau teriak-teriak promosi "World AIDS Day" itu bukan dengan ngebagiin tuh k*nd*m, sono pikirin agenda yang lebih bermutu, berkualitas, dan nggak ngeluarin duit yang justru nggak guna. Ngapain juga pake acara konser-konser jup* buat nglemparin k*nd*m, dipikir nggak pake duit apa ya? mending buat acara pekan pemeriksaan darah gratis kek, ato gimana, biar orang itu bisa deteksi dini.

Sejak saya lahir sampe jadi mahasiswa semester akhir, belum tau wujud dan teknis penggunaan tuh barang. Dulu, karena justru ada iklan tuh barang yang suka sliweran seenaknya di jam-jam belajar siswa, saya punya persepsi tuh barang sejenis minuman bersoda karena ada sensasi rasanya (salahmen iklan e ra jelas). Coba deh tuh iklan nggak usah ada, mendingan publikasinya tuh jangan lewat tivi, tapi lewat KUA, lewat dokter spesialis kandungan , rumah sakit, bidan, ato tenaga medis gitu aja.

Lanjut, ada postingan gini @blogDokter:
3. "K*nd*m bisa mencegah penularan HIV tetapi tidak terlalu efektif alias tidak dpt melindungi 100 persen"
tuh kata TETAPI, tidak terlalu efektif alias tidak dpt melindungi 100 persen harus dicetak tebal. Nulis sendiri, harusnya sadar salahnya dimana. Kalo nggak efektif kenapa juga ada acara bagi bagi gituan segala? ujung-ujungnya cuma bilang, buang buang duit Kisanak! Lah, bukannya buat mencegah, membentengi dari tersebarnya penyakit kayak gitu justru bisa dimulai pembekalan lewat Spiritual Quotient?

4. "Kalau pemikiran ttg seks bagus si penerima k*nd*m, bisa saja k*nd*mnya dia hadiahkan ke keluarganya yg sdh menikah utk KB" (postingan selanjutnya)
aduuuh sayangnya saya agak pesimis, bapak ini terlalu polos, terlalu baik buat berpikiran kayak gitu. Orang bapak aja ngebagiinnya asal lempar gitu, tanpa ada tulisan -mohon diberikan kepada yang 'berhak'- atau -hanya dipakai oleh orang yang sudah menikah- atau apalah. Kata orang jawa, "mindho gaweni Pak!" Pa ya arep digagas sama orang yang nerima, meskipun dia pemikiran tentang seks-nya bagus, terus dia bakalan bawa sekardus gitu buat dibagiin sama keluarganya, nunggu pulang dari perantauan ke kampung halamannya baru dibagiin gitu? Aduh, budaya kita masih budaya santun, yang agak tabu mbicaraiin hal begituan secara vulgar meskipun sama orang-orang dekat. Karena hal semacam itu cukup privasi saja, Tuan!
ibaratnya kayak bapak nulis status di FB, mau mbok jadiin -publik- atau -privasi- itu semua tergantung bapak!


sekian. correct me if i'm wrong, cuma manusia awam yang nggak tau apa-apa.


[Ampuni hamba yaa Allah]

Reflection :')

Dulu, aku pernah sangat kagum pada manusia cerdas, sangat kaya, berhasil dalam karir hidup & hebat dalam dunianya... Sekarang, aku memilih untuk mengganti kriteria kekagumanku, aku kagum dengan manusia yang hebat di mata Tuhan, dimata bapak dan ibunya. Sekalipun kadang penampilannya begitu biasa & bersahaja!

Dulu, aku memilih marah karena merasa harga diriku dijatuhkan ketika orang lain berlaku kasar kepadaku, menggunjingku dan menyakitiku dengan kalimat-kalimat sindiran. Sekarang, aku memilih untuk bersyukur, karena aku yakin ada cinta yang akan datang dari mereka ketika aku mampu untuk memaafkan & bersabar.

Dulu, aku memilih mengejar dunia & menumpuknya sebisaku... Ternyata aku sadari kebutuhanku hanyalah makan & minum untuk hari ini & bagaimana cara membuangnya dari perutku... Sekarang, aku memilih untuk bersyukur dengan apa yang ada & memikirkan bagaimana aku bisa mengisi waktuku hari ini, dengan penuh kasih & bermanfaat untuk sesama...

Dulu, aku memilih mengejar prestasi sekuat tenaga, tanpa mempedulikan karakter. Sekarang, aku memilih untuk bersyukur apa yang sudah ada, sambil mengusahakan yang belum ada. Mendengar dan memahami cerita-cerita orang-orang di sekitarku.

Dulu, aku berpikir bahwa aku bisa membahagiakan orangtua, saudara & kawan-kawanku kalau aku berhasil dengan duniaku. Ternyata... yang membuat kebanyakan dari mereka bahagia adalah bukan itu semua, melainkan sikap, tingkah & sapaanku kepada mereka…. Sekarang, aku memilih untuk membuat mereka bahagia dengan apa yang ada padaku...

Dulu, pusat pikiranku adalah membuat rencana-rencana dahsyat untuk duniaku... Semakin ke sini, ternyata aku terlampau sering lalai pada pencarian bekalku untuk menemuiNya. Teman & saudara-saudaraku begitu cepat menghadap kepadaNYA. Sekarang, yang menjadi pusat pikiran dan rencanaku adalah bagaimana mempersiapkan diri dan terutama hatiku agar aku selalu siap jika suatu saat namaku dipanggil olehNya...

Tak ada yang dapat menjamin bahwa aku dapat menikmati teriknya matahari besok. Tak ada yang bisa memberikan jaminan bahwa aku masih bisa menghirup nafas esok hari... Kalau hari ini dan esok hari aku bisa hidup, itu semata-mata Anugerah Tuhan.

Allah, terimakasih.

Segala puji bagi Allah, Tuhan Semesta alam.

potongan doa

wahai..
sebuah nama yang belum tereja,
sebuah rupa yang belum tersketsa,
sebuah sosok yang entah dimana
calon pemimpin sisa perjalanan ini

Yaa Rabb...
Jaga ia di manapun berada
Mudahkan langkahnya
Tunjukkan jalannya
Luruskan niatnya
Bulatkan tekadnya
Mantapkan hatinya
Berkahilah rizkinya
:)