“Ya sudah, urusanku di sini sudah selesai. Aku akan pulang. Akan kutelpon kamu besok. Hati-hati di jalan.”
“Usia manusia tak sepanjang itu.” Kutelan kembali kata-kata ini sebelum melompati tenggorokan.Suasana ramai stasiun tidak cukup mengalihkanku dari moment 1 jam yang lalu. Ada bagian yang membuatku sedih, sesedihnya. Pertanyaan liarku ini kemudian menguasai pikiranku, "Tidak begitu membanggakankah aku di matanya? Andai kamu tahu bahwa akupun sedang berikhtiar dan selalu berdoa untuk dapat membahagiakanmu..." Aku menahan airmataku, tertahan hingga 3 jam ke depan meskipun beberapa kali sempat terjatuh di dalam gerbong. Hanya akan kubasuh. Tidak akan lagi kumemungutnya. Tidak akan ada yang melihatnya.
Ada sesuatu dari masa lalu mencegahku mengucapkannya betapapun sosok itu bukan saja sudah tertinggal lebih dari lima kilometer, meninggalkan rumah sakit melainkan bahkan, kehangatannya padaku, telah terpatri lebih lama dari itu. Aku menuju stasiun. Kembali ke kota perantauanku. Ia sudah cukup pulih untuk pulang dari rumah sakit bersama orang yang lebih ia sukai.
Apa yang akan terjadi jika seseorang yang mencoba menyampaikan tentang bagaimana bersikap baik dan santun, justru dianggap anak sok tahu dan durhaka oleh seseorang yang dianggap memiliki surga di bawah telapak kakinya? Ketakutan terbesarku adalah ia akan benar-benar dibenci oleh Tuhannya.
Pernah mencoba merasakan betapa dinginnya hembusan angin di sore hari? Senja hari itu kunikmati di teras balkon belakang kosku. Sendirian. Aku hanya sedang berusaha menepati janjiku untuk bergembira setelah maghrib nanti dengan memejamkan mata, merasakan dinginnya hembusan angin sore itu, merasakan betapa hangatnya air mata. Kubuka mataku. Tidak kah kau lihat setiap senja menjelang maghrib selalu ada kawanan besar burung-burung liar yang melintas cepat dari langit menuju ufuk barat? Ya, dan aku melonjak kegirangan, bahwa bayangan segelap apapun itu tidak akan menyala selamanya, karena saat itu jualah saatnya matahari terbenam di ufuk barat. Dan senikmat apapun harta yang burung itu temukan di setiap siang hari, ia akan kembali ke rumahnya setiap hari pula, keluarga.
0 komentar:
Posting Komentar