Dimas

Di sudut pendapa milik pak RT kami bercerita ceria. Tentang pekerjaan kami, tugas kami, cerita lucu bersama penduduk desa, cerita lucu tentang anak-anak di desa. Satu jam sebelum masuk waktu maghrib, biasanya kugunakan untuk jalan sore keliling desa yang baru kutinggali untuk sementara waktu ini. Sebelum mengajar adik-adik mengaji, padang ilalang panjang kulewati saat menuju ke surau. Kudapati seorang laki-laki keluar dari semak rumput tinggi, menuntun sepedanya dan berhenti di pinggiran jalan ilalang. Laki-laki itu mendekati seorang Bapak yang tengah merapikan tumpukan rumput panjang bunga dandelion. Mungkin untuk makan ternak milik Bapak itu. Selesai merapikan rumput untuk di bawa menggunakan sepeda oleh Bapak itu, lelaki itu mengayuh kembali sepedanya. Sosoknya tertutup oleh sinar senja sore kala itu dan membentuk sebuah siluet. Dia menjauh, aku tersenyum di balik punggung lelaki itu. Aku merasakan kehangatan pribadi lelaki itu. Lelaki itu bernama DIMAS.

Lelaki yang kemudian untuk beberapa kali waktu kutemui di tengah jalan tanpa sapa tanpa sengaja. Pernah kedua mata kami bertemu, kemudian dia tersenyum. Aku tersenyum. Seorang laki-laki yang begitu menyukai bersepeda, melukis sore, dan mengejar bola. Lelaki sederhana namun istimewa.

Sore ini gerimis turun lagi, Dimas. Tanpa mendung tanpa awan tebal kelabu. Sama seperti ketika aku duduk mendampingi adik-adik yang sedang mengaji, kemudian gerimis turun tiba-tiba. Aku berlari ke teras surau untuk menepikan sepatu adik-adik agar tidak basah karena hujan. Namun sebelum sampai aku di teras surau, aku melihatmu lebih dulu menepikan sepatu adik-adik dengan rapih. Juga sepatu usangku tidak lupa kau tepikan agar tidak kehujanan. Kubiarkan engkau tidak menyadari bahwa aku menyaksikan kebaikan dan perhatianmu. Satu yang kulupa, aku lupa mengucapkan terima kasih padamu. Kamu buru-buru ke tempat wudhu dan bergegas ke mimbar bersiap untuk mengumandangkan adzan maghrib. Setiap kali gerimis datang dan jatuh dari langit depan surau, aku mengingatmu. Aku menampung air gerimis di telapak tanganku, dan aku tersenyum mengingat kehangatan pribadimu. Aku mulai menyukai gerimis. Gerimis membawaku pada kenangan tentang perhatianmu pada adik-adik dan warga desa.
Dimas yang baik, apakah aku terlambat untuk mengenalmu lebih dari sekadar tau namamu? Seandainya menyapamu semudah aku mengetuk pintu rumah Pak RT dan ijin tinggal di sana, maka mungkin mampu kulakukan. Sayang menyapamu lebih dulu tak semudah itu bagiku. Aku tak seberani itu. Aku, bukan perempuan pemberani. Dimas, saat kudapati gerimis mengenai jendela kamarku di kota ini, aku mulai mengingatmu kembali. Tiga bulan waktu itu menjadi terlalu singkat bagiku. Benar kata orang kalau rindu itu bagai gerimis. Ia datang tanpa pertanda. Ia melebat tiba-tiba. Tolong beritahu padaku bagaimana caranya melebur rindu yang tak tersampaikan? Atau, tolong jelaskan padaku apa yang menyebabkan aku ingin bertemu denganmu sedang aku belum mengenalmu dengan baik? Dimas, carikan aku sebuah alasan agar aku bisa kembali.



Dimas (Indonesia); .dhimas (Baoesastra, 108) merupakan sebutan untuk seorang adik (laki-laki). Dalam konteks tertentu juga berarti ‘yang terkasih’.

Asih


Seorang perempuan duduk di padang ilalang dekat saung di desa kami. Perempuan enerjik dengan rok panjang, kadang dengan gamis dan jilbab yang melompat-lompat tertiup angin saat dia mengejar anak-anak untuk mengaji. Perempuan yang tidak malu-malu untuk tertawa lepas dan tertawa cekikian bersama anak-anak kecil yang usianya jauh lebih muda dibanding usianya. Perempuan yang punya senyum merekah setiap kali ia menyapa penduduk di desa kami. Sikap sederhana dan ramahnya membuatku tertarik untuk selalu memperhatikannya. Setiap sore jika dia tidak datang ke padang ilalang desa kami, dia datang ke surau desa kami. Dia mengajar mengaji, mengajar membaca alquran adik-adik di desa kami. Perempuan ceria yang hobi mengejar adik-adik agar rajin mengaji di surau. Perempuan itu bernama Asih. Belakangan aku tahu apa yang disukai Asih. Perempuan itu menyukai senja, gerimis, dan buku. Dia akan tiba-tiba berhenti mengejar adik-adik untuk mengaji kalau dia menyadari bahwa sorot lembayung senja berwarna merah jingga menyilaukan matanya. Kemudian dia akan tersenyum dan bibirnya seperti mengucapkan sesuatu. Mata jernihnya berkaca-kaca, lalu kembali mengejar adik-adik dan berteriak lucu, “kalau di’dukani’ Allah gimana?” *didukani ‘dimarahi’ (bahasa Jawa).
Jika hujan turun, adik-adik akan datang terlambat untuk mengaji. Asih menunggu di teras surau sambil memegang payung kecil untuk menjemput adik-adik yang datang dari ujung jalan desa kami. Sesekali Asih membuka telapak tangannya dan menyambut gerimis menyentuh telapak tangannya yang turun dari langit depan surau kami. Asih seperti menikmati gerimis yang datang setiap sore itu. 

Belakangan Asih tidak tampak di surau maupun di padang ilalang seperti biasannya. Tiba-tiba aku merasa penasaran dengan kehadirannya dan merasa kehilangannya. Meski tidak pernah bertegur sapa, sikap ramah pada warga dan sikap ceria pada adik-adik di desa telah membuat kesan tersendiri di dalam lubuk hatiku. Asih datang ke desa kami bersama sekelompok kawan yang baru kuketahui kalau mereka sedang melakukan kegiatan lapangan. Asih telah pergi sebelum keberanianku menyapanya tumbuh sama besarnya seperti rasa penasaranku padanya. Asih yang penuh kasih, apakah aku terlambat untuk memintamu tetap di sini saja?

Kasih (Baoesastra, 191) yang berarti ‘orang tercinta’ atau dalam bahasa Indonesia (KBBI) berarti ‘perasaan sayang, cinta’ . Juga asih (Baoesastra, 20) berarti tresna, katresnan atau ‘cinta’ dalam bahasa Indonesia. Sih (Baoesastra, 562) berarti tresna, katresnan, kawelasan.

Sang Penyelamat

Seorang perempuan bermata sendu masuk ke dalam lorong kereta, mencari tempat duduk yang belum terisi. Beberapa kursi di gerbongku telah terisi oleh beberapa pasangan atau segerombol keluarga yang mungkin hendak melancong. Aku duduk seorang diri. Perempuan itu tampak mencari tempat duduk yang berada di dekat pintu kereta. Ya, dia duduk tepat di depanku dengan jarak agak jauh karena terpisah jeda pintu kereta. Kereta yang kutumpangi adalah kereta jarak pendek yang penumpangnya dibebaskan memilih tempat duduk. Perempuan itu tampak menghindari kontak mata dengan penumpang lain. Kursi di sebelahnya dibiarkan kosong, tas ranselnya ia letakkan di bawah dekat kakinya. Kursi di sebelahnya dibiarkan kosong supaya jika ada penumpang lain yang membutuhkan tempat duduk, dia tidak perlu meminta ijin pada perempuan tersebut. Perempuan itu bergestur enerjik, namun tetap bersahaja dengan gamis dan sepatu sneaker nya. Tas kecil satunya ia pangku, dan ia buka. Ia mencari sesuatu. Ia keluarkan masker atau penutup hidung kemudian ia pakai. Ia keluarkan telepon genggamnya kemudian ia pasang earphone dan ia pakaikan di telinganya di balik jilbabnya. Hal yang sama yang biasa kulakukan jika tidak ingin diganggu, aku hanya akan (pura-pura) memasang earphone namun tanpa bunyi apapun.

Perempuan itu bersandar di dinding samping kereta dekat jendela kemudian pandangannya kosong menatap keluar jendela. Beberapa detik setelah aku memperhatikan, perempuan itu menangis. Ia tampak seperti ingin membendung airmatanya agar tidak ketahuan oleh yang lain. Ia buru-buru membasuhnya. Matanya kembali berkaca-kaca. Air matanya kembali menetes dan nampaknya ia tidak sanggup membendung derai air matanya. Ia mencoba bertahan, akhirnya ia keluarkan tisu dari tas kecilnya, ia lepas masker penutup hidungnya dan ia basuh air matanya kembali. Ia pakai kembali masker tersebut. Sesekali ia menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan namun kuat seperti ia sedang menanggung beban yang sangat berat. Kali ini ia mencoba tidur, mungkin pura-pura tidur agar ia punya alasan untuk menutup kedua matanya. Aku memandanginya. Air matanya masih keluar saja dari kedua ujung mata teduhnya. Beberapa kali kulihat, genggaman tangannya gemetar karena menahan airmatanya. Aku sedang penasaran dan tiba-tiba aku merasa ikut bersedih. Pendapatku tentang mata perempuan itu yang kukira bermata sendu karena tertiup angin hujan di luar gerbong adalah salah besar. Sendunya tercipta karena ia sedang menyimpan luka yang dalam dan penuh rahasia. Apakah dia sedang ditinggalkan oleh kekasihnya. Apakah ia sedang dikhianati oleh seseorang yang ia cintai. Apakah seseorang yang paling ia cintai meninggalkannya. Apakah hujan di luar jendela membuat dia rindu pada seseorang. Apakah hujan yang mengenai sepatunya membuat rindu yang ia pendam butuh untuk segera disampaikan. Apakah keselamatan jiawanya terancam dan mengharapkan kehadiran penyelamat. Apa yang membuatnya begitu bersedih. Yang pasti, dia sedang berusaha melupakan lukanya dengan cara menumpahkan air matanya. Ya, dia sedang mencoba lupa akan lukanya. Sayangnya, luka yang ia tanggung terlampau perih sehingga belum sampai dia mengadu pada Tuhannya, air matanya tumpah di depanku. Aku tak berani menyapanya. Khawatir, pertanyaan dan keingintahuanku justru akan menyentuh luka yang sedang ia sembunyikan, meskipun tak sengaja tersentuh, pasti tetap akan menimbulkan rasa sakit dan justru membuat papa jiwanya, menambah tangis baginya.

Aku mencoba cara yang paling aman, yaitu menunggunya.Andai saja aku berani mendekat dan menghiburnya. Akan kuberitahukan padanya bahwa Tuhan Maha Penyayang , Maha Mengatur hidup seluruh umatNya. Adukan semua padaNya, bisa jadi hidup yang sedang ia tangisi justru menjadi hidup yang orang lain inginkan. Akan Tuhan datangkan hadiah terindah
yang mungkin tidak akan ia sangka skenarionya. Ya, kita perlu bersyukur dan hanya perlu menunggu. Dimanakah Sang Penyelamatnya? Segeralah datang, dan selamatkan dia. Bawa dia keluar dari hidupnya yang sedang ia tangisi.

Aku & Partner


Semenjak kau datang pada malam gerimis itu dan membawa amplop bertuliskan namamu, aku berubah menjadi sosok yang ‘sok’ paling nelangsa. Kubiarkan perasaan paling nelangsaku hanya semalam. Keesokannya, aku mulai bangkit dan bukannya tidak mau peduli lagi padamu, aku masih akan tetap peduli padamu sebagai kawan baikku. Kuterima niat baikmu mengundangku ke moment terindahmu bersama Siti. Dulu, sempat kau tanyakan padaku, apa yang akan aku lakukan, tanpamu. Hari ini, detik ini aku sudah punya jawaban untuk itu. Aku akan melanjutkan hidupku, meski tanpamu. Ya, aku bersedia datang dengan membawa doa terbaik agar kebahagiaan selalu melingkupimu. Aku bawa seseorang yang tentu juga kau kenal dengan baik, agar aku tak terlihat terlalu kesepian. Kusiapkan sebuah kado terbaik kemudian kububuhkan ucapan singkat agar kalian bahagia dan selalu dilingkupi kasih Tuhan.

Dulu pernah kutulis sebuah surat untukmu yang kemudian kau kembalikan karena kau malas membacanya dan memintaku untuk berbicara langsung. Seandainya kamu mengenalku sebaik aku mengenalmu dulu, bahwa aku tak pandai berbicara sepertimu. Kutulis sebuah surat panjang melalui dinding buku mayaku agar kau tak tertarik membacanya. Aku tahu betul bahwa kau bukan pembaca yang baik. Kau pernah bilang bahwa alasanmu ‘menyukai’ status pendek pada sosial mediaku daripada catatan-catatan panjang yang kutulis di sana adalah karena kau tak pernah membaca catatan tersebut. Ya, kamu tidak menyukai membaca catatanku yang panjang. Kali ini aku sengaja membuat catatan panjang ini, agar kamu tidak tertarik membukanya apalagi membacanya.

Selalu kusimpan rasa sesal setiap kali aku memikirkanmu. Aku tidak begitu paham dengan semua sikap sederhanamu namun selalu membuatku takjub. Niat baikmu mengundangku hampir membuatku lupa bahwa perasaanku ini tidak boleh berjalan terlampau jauh. Dulu seringkali aku tertarik terlalu dalam hingga aku tak sadar, segala hal menarik dan menakjubkan darimu telah membuatku tak sengaja jatuh cinta pada kawan baikku.

Terakhir. Sungguh aku tak akan tinggal terlalu lama pada rindu yang tak benar ini. Selepas ini, aku berjanji akan jatuh cinta dengan cara yang benar. Rahasia ya.



...Ketika ku mendengar bahwa kini kau tak lagi dengannya, dalam benakku timbul tanya Masihkah ada dia di hatimu bertahta atau ini saat bagiku untuk singgah di hatimu. Namun, siapkah kau tuk jatuh cinta lagi?... Meski bibir ini tak berkata bukan berarti kutak merasa ada yang berbeda di antara kita. Dan tak mungkin ku melewatkanmu hanya karena diriku tak mampu untuk bicara bahwa aku inginkan kau ada di hidupku. [HiVi - Siapkah Kau Tuk Jatuh Cinta Lagi ]




Note: Cerita ini hanya fiksi. Label nama wedding invitation ditulis sesuai request saya, alasannya sama, agar saya tidak terlihat terlalu kesepian. Haha. Tragis.

Iman & Siti

Man...

Malam ini hujan gerimis, sama seperti malam itu. Hari di mana kamu datang ke rumah mengetuk pintu dan membawa sebuah amplop bertuliskan namamu dengan seseorang bernama Siti.

“Maaf, aku tidak pernah cerita.” Katamu saat itu.

Meski bisa kulihat air mata di ujung matamu sebenarnya sudah tak bisa lagi kamu bendung. Belum sempat aku merespon, kamu pergi menjauh. Aku diam. Berdiri mematung melihat bayanganmu yang semakin jauh ditelan gelap di ujung gang. Aku tertawa getir, kemudian menangis setelah kamu pergi, Man.

Apa kau pernah mencoba berlagak tegar, meski hatimu sedang pedih? Aku sedang mencoba melakukannya selepas kamu pergi.

Apa kamu pernah berkata padaku bahwa kau menyukaiku? Tidak. Juga tak sekalipun aku pernah mendengar nama Siti selama kau berada di sampingku, ya sebagai kawan baikmu. Aku tak pernah pandai menerjemahkan sikap baikmu, perhatianmu padaku. Kuanggap bahwa kau kawan yang amat baik padaku. Perempuan bukan ahli penerjemah kode. Setidaknya, jika suka, katakan suka. Maka aku akan mengerti.

Beberapa kali kau kugoda, bahwa kau adalah lelaki sempurna yang perempuan idam-idamkan. Lalu kau bilang bahwa kau tak sebaik yang aku kira. Aku terlalu ‘tinggi’ bagimu. Aku hanya perempuan biasa saja yang tetap ingin kadang bersedih dan juga ingin sesekali bahagia. Aku juga perempuan biasa saja yang menginginkan seorang pelipur lara dengan cara yang benar. Ah, kamu itu lelaki baik. Aku mengenalmu bukan hanya sehari atau dua hari saja, Man. Belasan tahun kita tumbuh bersama. Aku tahu sebaik apa dirimu. Atau untuk menolakku, kamu akan bilang bahwa kamu tidak pantas untukku?

Iman, penilaian manusia itu seperti permen kapas, yang mudah larut jika terkena air. Percayalah, bahwa kamu orang baik yang juga pantas mendapatkan yang baik. Ya, jika aku tidak terlalu baik untukmu, setidaknya Siti adalah pilihan yang terbaik.

Sebelum kedatanganmu malam itu, beberapa pesanku tak pernah kau balas. Aku seharusnya cukup pandai menerjemahkan sinyal tersebut, yaitu bahwa ‘kau telah berubah, dan tidak tertarik lagi padaku. Atau kau memang telah bosan mendekatiku.’ Sedikit khawatir bercampur rasa rindu. Aku hanya ingin tahu bagaimana kabarmu. Aku akan lega jika pesanku setidaknya kau baca. Ya, aku memang sering bilang padamu bahwa hobimu yang lambat membalas pesanku kadang membuatku kesal. Hingga akhirnya mungkin kamu benar-benar jenuh hingga tak membalas pesanku. Saat itu aku hanya ingin kau membaca pesanku, bahwa aku rindu. Seharusnya, saat itu aku lontarkan candaanku padamu agar kau berkenan membalasnya. “Firman Tuhan yang pertama, adalah Iqra’ ‘bacalah!’” ya setidaknya bacalah, agar tanda di telepon pintarku berubah menjadi dua centang berwarna biru.

Belasan tahun kita bermain bersama membuat orang di sekitar kita mengira kita akan saling berjodoh. Namun, sekali lagi namun... manusia hanya bisa menduga, sedang Tuhan tau segalanya. Untuk apa menjelaskan rasa kepada manusia, jika Tuhan sudah menampung segalanya.

Pelajaran Episode Final Moon Lovers: Scarlet Heart Ryeo



#scarletheart punya tokoh utama bernama Hae Soo. Hae Soo menghabiskan hidupnya terjebak di antara 6 pria berkuasa dan punya ambisi berkuasa. 4 pria di antaranya tertarik padanya. Drama ini menunjukkan bahwa, perasaan manusia bisa saja berubah. Drama yang sejak awal dikemas jenaka bercampur sendu, pada episode final dibuat tragis oleh penulis dan tentu Sang Sutradara. Banyak yang menanti-nanti pada siapa Hae Soo akan menghabiskan sisa hidupnya, dan bagaimana ending drama tsb, setelah dapat spoiler dan ada yang menonton terlebih dahulu kemudian bilang, "Sudah, gak usah ditonton. Mengecewakan." Bagi saya, "mbok yo woles wae gaes". Karena drama memang harusnya berhenti dan cukup pada episode 20 saja tidak perlu terlalu panjang. Ya meskipun ada yang berpendapat, mengecewakan. Woles wae gaes, karena hidup sebenarnya bisa saja seperti cerita #scarletheart . Hidup kemudian mati. Bertemu kemudian menikah. Bertemu kemudian bisa juga berpisah. Yang dideketin siapa kemudian yang dinikahin siapa *eh. Seandainya kita menginginkan atau mengharapkan ending seperti apa, bisa kita jelaskan atau bilang langsung sama Sang Sutradara. Ya kayak berdoa. Kita mau sesuatu, kita bilang sama Tuhan. Ceritakan, Rinci, dan tentu dengan etika. Setelah bilang dan berdoa, itu sudah bukan urusan kita lagi. Karena Sang Sutradaralah yang menentukan. Kalau itu sesuai dengan harapan kita. Syukur. Jika tidak dan justru mengecewakan. Jangan hujat. Jangan nggak sopan lalu mengata-nga't**'. Syukuri lalu ambil pelajaran. Hidup tentu tidak berhenti hanya karena menunggu kita menangis tersedu-sedu dan menyalahkan Sang Sutradara. Hidup terus berjalan. Kita hanyalah penonton bagi kehidupan orang lain dan lakon pada takdir kehidupan masing-masing.


Sekian.

Seorang Bapak di Ruang Tunggu

Suatu hari saya duduk seorang diri menunggu bertemu seorang Bapak Guru. Ruang tunggu itu terasa asing karena itu pertama kalinya saya membuat janji dengan Bapak Guru tersebut. Saya duduk di depan ruangan Bapak Guru. Saya duduk menghadap sebuah dinding, di sana tertulis suatu kutipan. Kemudian karena saya tertarik dengan tulisan tersebut saya mendekat dan mengeluarkan ponsel saya. Saya bermaksud untuk mengambil gambarnya. Namun, seperti kebiasaan yang sudah-sudah saya bukan tipe orang yang terlalu percaya diri untuk mengapture di tempat umum. Saya terbiasa melihat keadaan sekitar terlebih dahulu. Kemudian saya tengok kanan kiri. Di sebelah tempat duduk saya, ada seorang Bapak nampak memandangi saya. Kemudian saya melemparkan senyum sebagai tanda saya menyapa beliau. Bapak itu tidak merespon. Bapak itu melemparkan pandangannya lagi ke arah saya, tanpa maksud ingin membalas senyuman saya. Bapak itu tampak berfikir, namun saya tidak bisa membaca pikirannya. Saya melanjutkan niat saya. Memfoto. Setelah saya menyelesaikan misi saya, saya duduk kembali dan melanjutkan aktivitas bernama “menunggu”. Beberapa menit kemudian, ponsel Bapak tadi berdering, nada deringnya bukan nada dering bernada tetapi nada dering yang berkata seperti “Bambang memanggil” dengan logat bule-bule ngomong bahasa Indonesia. Bapak itu mengeluarkan ponsel dari saku sebelah kirinya. Menjawab telepon dan setelah cukup berbicara dengan seseorang di seberang telepon, Bapak tersebut menutup teleponnya. Saya memperhatikan. Bapak tersebut mengoperasikan ponselnya, setiap pergerakkan jarinya ke kanan atau ke kiri, ke atas atau ke bawah, ponsel tersebut memandu, seperti berbicara “Menu”, “Kontak”, “Pesan”, “Tulis pesan” dsb. Bapak itu tidak memandangi layar ponselnya namun mendekatkan ponselnya ke telinganya. Kemudian saya tengok di samping tas kerjanya terdapat sebuah tongkat sepanjang 20 centi-an yang mungkin masih bisa dipanjangkan. Saya baru menyadari satu hal. Bahwa Bapak di samping saya ini, beberapa waktu lalu memang bukan dengan sengaja mengabaikan senyuman saya. Saya terlalu terburu-buru menghakimi Bapak ini kalau saya bilang “Bapak sombong dengan tidak membalas sapaan saya”. Saya terlalu terburu-buru berpersepsi, kemudian menghakimi. Saya terlalu sering berpersepsi terhadap seseorang, sampai saya lupa untuk mengenalnya atau sekadar menanyakan nama dan kabarnya.

Jangan sampai Pakdhe Tedjo bilang lagi kalau kita hidup pada jaman di mana perhatian dan sikap peduli malah dibilang ‘kepo’. Jangan sampai mencari tahu kebenaran (diam-diam) dari ‘sesuatu hal’ pada akhirnya juga akan dibilang kepo. Cari tahu, tapi nggak usah kebanyakan nanya.

Ya, setiap manusia memiliki cerita yang mungkin tak terbayangkan oleh manusia yang lain. Jangan mudah menyimpulkan, kemudian menilai.

Manusia Baik, Melakukan Kebaikan dengan Baik

Tidak ada yang salah dengan mimpi, impian, keinginan atau cita-cita. Siapapun, boleh saja berkeinginan jadi Presiden, Walikota, Bupati, atau artis sekalipun. Yang paling penting adalah bagaimana cara meraihnya, cara mendapatkannya, cara mewujudkannya. Apakah dengan cara yang benar, baik, dan sesuai dengan kaidah-prosedur normatif atau justru di luar batas kewajaran? Cara yang benar adalah dengan melakukan aturan-dan prosedur yang ada. Memiliki visi misi, dan memenuhi semua persyaratan, mengajukan dengan cara yang benar, melakukan kampanye dengan cara yang benar, berdoa, menunggu. Cara yang tidak benar, ada banyak.


Siapapun boleh saja berkeinginan menjadi PNS, atau pekerjaan lain yang dipandang baik oleh masing-masing personal. Yang paling penting bukanlah apa pekerjaannya, karena manusia punya potensi, dan prioritas dalam hidupnya sendiri. Plis, jangan disamakan dan tidak perlu saling menjelekkan. Lagi-lagi, yang juga penting adalah bagaimana cara meraihnya, cara mendapatkannya, cara mewujudkannya. Apakah dengan cara yang benar, baik, dan sesuai dengan norma yang berlaku atau justru dengan cara yang berbeda namun tidak benar? Cara yang benar adalah dengan melakukan aturan-dan prosedur yang ada. Melihat peluang, mendaftar dengan cara yang benar, belajar dengan cara yang benar, mengikuti seleksi dengan cara yang benar, berdoa, menunggu. Cara yang tidak benar, ada banyak.


Siapapun boleh saja berkeinginan memiliki mobil, kendaraan mewah, atau hunian mewah. Tidak perlu iri dan tidak perlu lantang bilang ‘ah matre’, karena manusia memiliki kepentingan dan kebutuhannya masing-masing. Plis, jangan disamakan. Yang paling penting adalah bagaimana cara mewujudkannya, cara meraihnya, cara mendapatkannya. Apakah dengan cara yang benar, baik, dan sesuai dengan norma atau justru dengan jalan pintas namun tidak benar? Cara yang benar adalah dengan melakukan aturan-dan prosedur yang ada. Mengumpulkan uang dengan cara yang benar, menabung, menyiapkan kelengkapan, mendaftarkan dengan cara yang benar, kemudian akan mendapatkan dengan cara yang benar. Cara yang tidak benar, ada banyak. Beberapa waktu terakhir, banyak cara yang tidak benar dalam mengumpulkan uang.

Siapapun boleh saja berkeinginan menikah dengan si Merah, atau bersuamikan si Putih, atau beristerikan si Biru. Yang paling penting adalah bagaimana cara mewujudkannya, cara meraihnya, cara mendapatkannya. Apakah dengan cara yang benar, baik, dan sesuai dengan kaidah-prosedur normatif atau justru di luar batas kewajaran? Cara yang benar adalah berkenalan dengan cara yang benar-baik, mendekati dengan cara yang baik, mengutarakan dengan baik, berdoa, menunggu, ‘mengikat’ dengan cara yang benar. Cara yang tidak benar, lebih banyak.

Siapapun boleh saja berkeinginan bisa ke luar negeri, belajar ke luar negeri, keliling dunia, keliling Indonesia, naik gunung, naik kapal pesiar, atau naik haji sekalipun. Yang paling penting adalah caranya, proses mewujudkannya. Cara yang tidak benar, ada banyak. Termasuk memaksa keinginan kita agar Tuhan mengabulkannya.
Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu dan bisa jadi kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui sedang kamu tidak. [QS 2: 216]

Moonlight

Sebuah surat rahasia yang baru dapat terbaca dengan cara yang rahasia. Sebuah surat yang tampak hanya seperti lembar kosong tanpa tulisan apapun. Sebuah surat dari Raja Seojo kepada Permaisuri Park.

"Permaisuri Park, setengah dari diriku berharap kau akan membaca surat ini. Setengah lainnya berharap agar kau tidak akan pernah tahu.
Aku seorang raja yang tidak berkompeten, suami yang tidak berdaya dan ayah yang lemah hatinya. Aku mohon maaf karena sudah mengekspresikan perasaanku dengan cara seperti ini."

Ada saat dimana kita ingin mengungkapkan sesuatu agar orang lain mengetahui perasaan kita, mengetahui apa yang kita inginkan. Juga ada saat dimana kita ingin merahasiakan perasaan kita agar tak satupun mengetahui sesuatu dari kita. Harapan agar orang lain mengetahui perasaan kita selama ini adalah datang ketika kita berpikir bahwa "sebelum semua ini terlambat, setidaknya sebelum aku pergi meninggalkan dunia ini, orang tersebut mengetahui perasaanku."  Sedang kita ingin menutup rapat-rapat rahasia perasaan kita, dan tidak membiarkan tak seorangpun mengetahuinya karena begitu lemahnya kita, begitu tak sebandingnya kita pada cinta yang sempurna tersebut. Karena kita merasa begitu banyak kekurangan untuk dapat bersanding dan berhak mendapatkan cinta yang sempurna tersebut.


Di satu sisi, kita ingin mengungkapkannya karena ingin menunjukkan rasa cinta yang begitu besar yang kita miliki. Di sisi lain, kita ingin merahasiakannya karena begitu tak berdayanya kita pada cinta tersebut. Takut disepelekan. Takut ditertawakan. Takut bertepuk sebelah tangan.

Manusia

Manusia harusnya dapat membedakan:
1. mana yang rahasia, untuk disimpan selamanya.
2. mana yang rahasia, untuk disimpan sementara waktu.
    disimpan sementara waktu karena belum waktunya mengumumkan secara legal tentang sesuatu hal. Bisa jadi akan jadi rejekinya, bisa juga belum bisa ia dapatkan. Karena stastunya masih dalam proses memperjuangkan. Pernah dengar, "manusia hanya merencanakan sedang Tuhan yang menentukan. Manusia hanya bisa memperjuangkan, setelahnya itu keputusan Tuhan."?
Ini hanya analogi, ibarat ada seorang lelaki yang sedang dalam tahap memberanikan diri melamar perempuan pujaan hatinya. Sedang pujaan hatinya ini, memiliki banyak lelaki yang juga mengaguminya, mengantri untuk menyatakan cinta di sekitarnya, yang datang melamarnya. Tentu si lelaki akan menyimpan prosesnya tersebut sebelum mendapat jawaban kepastian bahwa ia resmi diterima untuk jadi 'calon suami' perempuan tersebut. Merahasiakan proses ini adalah bentuk menghargai lelaki tersebut. Sebab, seandainya lelaki tersebut ditolak oleh perempuan tersebut maka kita juga telah melindungi lelaki tersebut dari perasaan malu. Jadi, mari hargai proses tersebut. Atau jika alasan ini saja tidak cukup, cukup berfikirlah bahwa lelaki tersebut punya alasan untuk merahasiakannya sementara waktu. Sama halnya dengan orang orang yang justru lebih suka menceritakan proses yang dilaluinya pada orang-orang yang ditemuinya. Dia pasti punya alasan kenapa dia melakukannya.
3. mana yang boleh dibagikan, dijadikan bahan obrolan, bahan becandaan dan berita kepada umat manusia.
    Misal seperti, nama saya Ari. Suka nonton drama korea. Suka liatin Conan salah tingkah kalau dideketin Ran. Kemarin, saya jalan-jalan ketemu Sule lagi jualan sosis di alun-alun. Usut-punya usut ternyata rumahnya satu desa, cuma beda kompleks. Setelah dari jalan-jalan sore di alun-alun, saya nungguin emak saya belanja di supermarket. Emang dasarnya saya nggak suka belanja, saya nungguin di motor. Nongkrong kayak anak laki di atas motor dan masih pakai helm. Saya pakai jaket warisan abang saya. Jaket motor "K*w*s*ki" warna ijo belang belang item plus helm ijo. Beruntungnya, dari kejauhan mirip abang-abang tukang gojek. Salah apa saya, bukan salah emak mengandung. dsb.

Kultum 10 Juni 2016



Kebetulan kultum ramadhan kelima disampaikan oleh seorang ustad yang gokul dan jenaka. Hobinya 'ndhagel' kalau bahasa Jawanya. Kalau dilihat dari cara menyampaikan materi dan penampilannya, Beliau ada orang seni. Gelarnya S.Sn soalnya, ^^v

kultum yang bukan kultum, tapi tiga puluh menit menjadi tidak terasa karena Beliau ndhagel dan ndhalang.

Dari ayat Al Baqarah 183, beliau uraikan dengan jenaka selama kurang lebih tiga puluh menit.


Bahwa diwajibkan atas kita untuk berpuasa agar kita bertaqwa.

Allah saking sayange mbek dhewe, 1) turune wong pasa wae dinilai ibadah, 2) abab-e wong pasa wae mambu suwarga. Nanging, 1) turune sing ngerti wayah. Ora njuk turu saka esuk nganti tekan buka. 2) Gusti Allah saking tresnane, samambu-mambune ababe wong pasa, Gusti Allah bakal maringi ganjaran. Yen wong wis tresnan ya kaya ngana kuwi, arep mambune a=kaya apa ya tetep tresna. Tapi njuk aja kancamu sing nang cedhakmu mbok ababi hah hoh hah hoh.


Kita ibadah puasa di bulan ramadhan itu ibarat kita tidak akan bertemu ramadhan di tahun berikutnya. Yen wong nduwe gawe wae, di tanggapke campur sarian live, wayangan live, lha kok ngaji malah distelke pelesdissss ['flasdisk']. Ya kudune ngaji ki ya suarane dhewe..


penutup ceramah 30 menit: "Sesungguhnya ada seorang hamba yang berbicara dengan suatu perkataan yang tidak dipikirkan bahayanya terlebih dahulu, sehingga membuatnya dilempar ke neraka dengan jarak yang lebih jauh dari pada jarak antara timur dan barat"


Maka, berkatalah yang baik dan bermanfaat, jika tidak maka diam........[tiba-tiba diam... lama... lama sekali....hening] ustadnya mematung, jamaahnya ngguyu. Ustadnya jenaka sekali.

Berbagi Pengalaman Mencari Surat Keterangan Sehat Jasmani, Rohani, dan Bebas Narkoba

Ceritanya sedang berupaya untuk daftar salah satu perekrutan tenaga pengajar di salah satu universitas negeri di Yogyakarta. Salah satu persyaratannya adalah melampirkan surat keterangan sehat jasmani, rohani dan bebas narkoba.

Surat Keterangan sehat (jasmani) atau KIR dilayani di bagian IGD. Kita akan diminta untuk mengisi formulir data diri dan keterangan surat keterangan jasmani ini digunakan untuk keperluan apa. Sebelum dilakukan pemeriksaan, formulir yang telah diisi tadi kita bawa ke bagian kasir untuk melunasi pembayaran. Di sini kita dikenai biaya Rp 35.000,00

Setelah itu kita diminta untuk menunggu hingga dipanggil untuk dicek kesehatannya. Kita akan dicek tekanan darah, tinggi dan berat badan. Setelah itu selesai, kita akan mendapatkan selembar kertas keterangan sehat jasmani. Jika kita menginginkan legalisir surat tersebut kita hanya perlu dikenai biaya tambahan 200 rupiah perlembarnya.

Selanjutnya kita akan mencari surat keterangan sehat rohani dan bebas narkoba.

Untuk mendapatkan kedua surat keterangan ini kita harus mampir dulu ke Poli Jiwa atau Poliklinik Jiwa. Karena aku nyarinya lewat Rumah Sakit Umum Daerah di kotaku, maka aku harus daftar dulu ke bagian pendaftaran umum berdampingan dengan bagian pendaftaran BPJS. Aku harus ambil nomer antrian jam setengah enam pagi dan datang lagi jam tujuh supaya nomer antrian yang sudah kudapatkan tidak terlewat. Sekitar jam 8 aku sudah dipanggil. Di sana aku dikenai biaya Rp 45.000,00 untuk biaya registrasi (pasien umum). Lalu aku dioper ke Poli Jiwa dan diminta menunggu. Di sini nunggunya lama karena pasiennya campur sama dengan pasien lain (Umum dan BPJS). Setelah nunggu lama sekitar jam 11, akhirnya giliranku masuk ke ruangan. Langsung saja, aku sampaikan keperluanku untuk minta surat sehat rohani dan bebas narkoba. Untuk keperluan bebas narkoba, oleh dokter aku ditanyai seputar, “apakah sebulan terakhir ini aku mengkonsumsi obat-obatan?” “Pernah merokok?”. Sudah kemudian aku diberi surat yang harus kubawa ke lab untuk tes urin. Namun sebelum beranjak melakukan tes urin, untuk keperluan surat sehat rohani aku juga ditanyai seputar, “Apakah sering tiba-tiba sedih?” “Apakah sering bingung?” “Apakah sering susah tidur?” “Apakah sering marah-marah?” dsb. Setelah itu aku juga diberi daftar tagihan yang harus dibayar di bagian kassa. Sebelum ke kassa, aku ke lab dulu. Di sana aku dikenai biaya Rp 124.500,00 untuk tes urin. Rinciannya adalah PEMERIKSAAN NAPZA: NAPZA AMP (Rp 41.500), NAPZA MORPHINE (Rp 41.500), NAPZA BZO (Rp 41.500). Ini nggak boleh diecer, jadi harus satu paket, dan uangku kagak cukup. Mampirlah aku ke atm dulu, baru bayar. Setelah bayar, aku dipanggil dan disuruh pipis. Setelah pipis, aku disuruh nunggu sekitar setengah jam. Sambil nunggu aku ditanyaain kayak Pak Dokter Kris, Pak Dokter bagian Poli Jiwa. Setelah selesai dan hasil sudah keluar, aku dipanggil dan diberi surat dalam amplop yang harus aku serahkan kembali ke Poli Jiwa. Sebelum ke Poli Jiwa lagi, aku harus ke kassa seperti perintah saat masih di Poli Jiwa untuk melunasi tagihan surat sehat rohani. Di sini aku dikenai biaya Rp 60.000,00.

Aku kembali ke Poli Jiwa dan jadilah aku mendapatkan surat sehat rohani dan surat keterangan bebeas narkoba. Jadi kalau dirinci,

Surat keterangan sehat jasmani: Rp 35.000

Registrasi: Rp 45.000

Surat keterangan sehat rohani: Rp 60.000

Surat bebas narkoba: Rp 124.500

Total: Rp 264.500





Oh Tuhan, perjuangan ini masih belum berakhir. Ini adalah upaya awal untuk mencoba menggapai mimpi dan menjemput rejeki dari MU.

Ahn & Goo

Ahn Jae Hyun, pemuda kalem kelahiran 1987 yang jatuh cinta pada seorang “nuna” kelahiran 1984. Aku mengenalnya, saat ia jadi adik dari Cheon Song Yi, pacar Bang Alien Do Min Joon ssi. Saat itu, Ahn masih terlalu polos untuk bisa diajakin diskusi perkara pria dan wanita, halal dan haram, mahram dan bukan mahram. Ah, gile lu ndro. Adik Cheon Song Yi ini jenius dan paling suka sama teropong bintang. Kadar kekoplakannya hampir sama seperti embaknya. Setelah jadi adik ipar Alien, Jae Hyun mewujudkan cita-citanya jadi polisi bareng Lee Seung Gi, Cha Seung Won, Park Jung Min, dan Go Ara. Kadar kekoplakannya meningkat setelah kumpul bareng geng kepolisian ini. Sehabis jadi polisi, Ahn Jae Hyun berubah jadi setengah manusia setengah dracula dan bertemu Goo Hye Sun. Nah di sinilah, dia jatuh cinta dan beruntungnya cintanya tidak bertepuk sebelah tangan. Ahn yang kalem dan Goo yang juga tidak banyak tingkah, membuat hubungan keduanya tidak pernah diketahui oleh media dan fansnya.

Seiring berjalannya waktu, 1 tahun setelah produksi drama Ahn dan Goo berakhir, kabar pernikahan mereka beradar. Media berbondong-bondong mengulas kisah perjalanan cinta pasangan ini. Ya, ini kisah nyata. Kalau kamu menebak bahwa aku sedang halusinasi mikirin drama, kamu salah. Ini bukan lagi cerita Seo In Guk di King of High School, ini kisah nyata milik insan bernama Ahn dan Goo. Cerita indah bak negeri dongeng yang nyata dengan pemeran utama Ahn Jae Hyun dan Goo Hye Sun. Yes, adek bisa apa. Cinta mah cuma bisa merelakan kepergian Rangga. Sebagai penonton yang sok tahu, sudah seharusnya aku berkomentar. Cuma mau bilang, “Luar biasa”. Di saat pemuda-pemuda seusia Ahn lagi sibuk-sibuknya bikin cerita bareng pacar-pacarnya, dan sibuk bikin caption di instagram bareng pacar-pacarnya, Ahn justru mantap bertanggungjawab sepenuhnya atas kehidupan Goo yang usianya terpaut 3-4 tahun lebih tua dari dirinya. Di saat pemuda-pemuda tampan seperti Lee Min Hoo, Kim Woo Bin, Song Jong Ki, Kim Soo Hyun, Park Seo Joon, Lee Seung Gi, Choi Siwon, Joo Won, sibuk keliling dunia mengadakan fanmeeting, sibuk mengatur jadwal untuk memenuhi panggilan wajib militernya, atau seperti Kim Hyun Joong yang sibuk berdalih di pengadilan bersama mantan pacarnya, Ahn justru mantap dan yakin untuk menikah di saat karirnya berada di puncak bersama Goo pada 21 Mei 2016 mendatang.

Karir yang tengah berada di puncak tidak membuat Ahn terbuai dengan padatnya jadwal syuting dan mengabaikan perkara jodoh. Momen terpenting bagi Ahn bukanlah menjaga karirnya tetap berada di puncak, namun membawa Goo bersama dirinya di puncak itulah yang terpenting. Yang lebih mengagumkan adalah konsep pernikahan mereka tidak dibuat secara mewah, meriah, dan megah. Menurut kesoktauan seorang intel, Ahn dan Goo akan menyumbangkan biaya pesta pernikahannya untuk keperluan donasi. Mereka akan menyalurkan sumbangan ke Rumah Sakit anak di Korea. Sebagai ganti dari pesta pernikahan, Ahn dan Goo hanya akan merayakan pernikahan mereka dengan pertemuan keluarga dari kedua belah pihak.

Akhir kata, cuma mau bilang, “Ternyata adik Cheon Song Yi sudah dewasa ya, syelamat, dan bahagia selalu. Ya, semoga segala niat baik itu dimudahkan jalan dan urusannya. Syelamat kakak :D”

Jeda


Apa obat yang paling mujarab untuk jiwamu yang kosong?
Jeda.
Men-jeda dari hiruk pikuk dunia dan men-dekat pada Yang Kuasa.

Apa obat yang paling mujarab untuk hubunganmu yang kosong?
Jeda.
men-jeda dari pertemuan yang tiada arti, perselisihan pendapat, pertengkaran kecil.
men-jeda agar belajar saling mempercayai.
Tidak perlu merasa paling benar. Cukuplah mengerti. Memahami. Cobalah.
cukup beri 'jeda'.
Sama halnya seperti huruf. Ia akan jadi tiada arti jika tak ada jeda. Ia butuh jeda. Supaya ia jadi rangkaian kata yang indah dan bermakna.

Jikahuruftersusunmenjadisebuahkatanamuntanpajedamakaiaakansulitdimengertisulitdipahamitidakbermaknadantidakindah.

Berilah jeda-secukupnya. Agar tidak berantakan.

Apa jeda cukup bisa memperbaiki segala yang 'kosong'? Jawabannya, tergantung.
Apa yang sebenarnya kau cari? Kebahagiaanmu atau kebahagiaan bersama?
Lalu apa 'bahagia'?

Bahagia adalah aku yang masih bisa menjadi kendali dan alasan mereka untuk mengatakan “karenamu, aku bisa menjadi bahagia”. Lalu, kamu berdua menjadi bahagia-bersama.

Beberapa kisah memang tak tahu harus berakhir dimana.
Beberapa kisah memang tak tahu harus berakhir seperti apa.
Kita seperti pengendara di daerah asing, hingga kita benar benar bisa berkata pada diri kita sendiri "aku sudah sampai". Kita mengendarai kendaraan kita dengan segala kendali dari Yang Maha Pemberi Jalan dan kemampuan mengemudi dan mengendalikan kendaraan kita. Menelusuri jalan, bertemu dengan beberapa orang yang mungkin tepat atau mungkin tidak tepat sebagai tempat kita berlabuh, beristirahat sejenak, atau sekadar bertanya jalan mana yang harus kita lewati.

Tuhan itu tahu persis siapa saja orang-orang yang hanya hadir lalu berlalu dan siapa yang harus berhenti dan menjadi bagian dari kehidupan kita. Perkara jodoh itu urusan Tuhan, lantas, apakita masih bandel mengintervensi skenario-Nya? Nggak hanya panitia ujian SBMPTN aja yang keputusannya mutlak dan tidak dapat diganggu gugat. Tuhan lebih bisa melakukannya. Sekali lagi, kalo minta jangan sok tau. Aja keminter. Untuk urusan ini, ‘aja songong' *jangan songong, plis. Boleh saja kamu minta, tapi kalau ndak dikasih, plis jangan sok tau, apalagi sampai nyalahin orang lain. Boleh saja kamu minta, tapi kalau ndak dikasih, ya berarti harus usaha lagi dan minta lagi. Kalau belum dikasih juga yang diminta, yaudah terima aja yang dikasih. Lo yang minta, lo udah dikasih, plis bersyukur aja :)


Jadi, cobalah men-jeda. Sempatkan merenung. Lalu, jangan sampai bosan untuk selalu berdoa. Minta sama Yang Maha Kaya dan Maha Bisa, tapi jangan sok tau.
Jeda.

Man Jaddwa Wa Jadda. Barangsiapa yang bersungguh-sungguh maka dia akan berhasil. In sya allah.

Sekian.
#note to myself.

Tulang Rusuk, bukan Tulang Rusak


...Maka sesungguhnya aku kehilangan rusukku. Tubuhku tak lengkap, aku tidak normal. Ya, aku cacat. Ada tulang yang hilang. Aduh, aku harus bagaimana?.."

Jono memandangi hasil rontgennya lagi. Tulangnya ada, tulangnya tidak hilang, dihitung jutaan kali jumlahnya tetap sama. dua belas, dua belas pasang tulang rusuknya. tujuh pasang rusuk sejati, tiga pasang rusuk palsu dan dua pasang rusuk melayang.

Lalu darimana omongkosong lelaki kehilangan tulang rusuknya? Lelaki belum menemukan tulang rusuknya?

..."Dan perempuan berasal dari tulang rusuk lelaki. Tuhan menciptakan lelaki dan perempuan berpasangan, maka supaya kamu lengkap, normal, dan sempurna, maka carilah tulang rusukmu..." [Ossy Firstan]

"Romi, kalau aku ketemu sama si Juli lalu dekat-dekat dengan dia, jantungku berdegup lebih kencang. Kalau aku lama tidak bertemu dengan Juli, rasanya aku ingin segera bertemu dengannya atau ingin segera mendengar suaranya, atau setidaknya berbincang dengannya melalui pesan singkat, apakah itu tanda-tanda bahwa tulang rusukku masih belum lengkap? Meskipun jika kami bertemu, pembicaraan kami terasa kosong karena aku bukan orang yang pandai membangun cerita, aku selalu betah bersamanya. Ketika aku berbicara dengannya, rasanya aku tidak mau buru-buru mengakhiri pembicaraanku dengannya. Apakah aku masih belum normal? Aku kesulitan mendapatkan kabar tentang Juli, lalu diam-diam aku mencuri kabar tentang Juli dari teman-temannya dan sosial medianya, tentang apa yang menjadi kesukaannya, tentang apa yang menjadi ketidaksukaannya, tentang sedang ada dimana dia sekarang, sedang sibuk melakukan apa sekarang, sedang dekat dengan siapa sekarang. Apakah tulang rusuk yang belum kutemukan ini ada kaitannya dengan semua pertanyaan tentang Juli ini? Kalau aku selalu ingin memulai pembicaraan dengan Juli, karena seharian aku belum bertemu, belum menyapa dan belum mendengar kabar darinya, apa aku sakit karena tulangku belum lengkap? ah omong kosong, aku sehat-sehat saja."


"Kamu normal Jon, tapi belum sempurna. Masih cacat. Sempurnakanlah. Tulang rusukmu itu bikin kamu sempurna. Cari tulang rusukmu yang menurutmu sempurna, bukan menurut emakmu sempurna, bukan menurut bapakmu sempurna, bukan menurut abangmu sempurna, bukan menurut tantemu sempurna, bukan pula menurut sohibmu sempurna. Karena tulang rusukmu adalah milikmu, pas atau tidak melengkapi tulang-tulangmu yang lain, hanya kamu yang tau. Tulang rusukmu adalah tulangmu yang tidak rusak, tulang yang akan menyempurnakanmu. Meski sempurna dan berharap dapat menyempurnakanmu, jangan ambil tulang rusuk milik orang lain. Jangan sampai punya kebiasaan: bahagia di atas air mata orang lain. Jangan banting tulang mulu, sempatkanlah untuk mencari tulang rusukmu. Jangan terlalu diambil hati pembicaraan orang-orang ‘ahli medis’ tentang kriteria tulang rusuk macam apa yang pantas untukmu. Karena tulang rusukmu itu, cuma kamu yang bisa merasakannya. Tulang rusukmu itu pilihanmu. Yakin aja, tulang rusukmu bukan tulang rusak seperti kata mereka. Tapi, sebelum kamu memutuskan bahwa tulang rusukmu itu adalah benar-benar tulang rusuk yang kamu butuhkan, bijaknya kamu perlu meminta pendapat pada bapak ibumu. Tubuhmu itu bukan hanya milikmu sendiri, tapi juga bapak ibumu. Dengarkan mereka, selanjutnya seratus persen terserah kamu."

Jon, selamat memperjuangkan tulang rusukmu. Perjuangkan, sebelum orang lain yang juga membutuhkan tulang rusuk, mengambil tulang rusuk yang kau incar sejak lama.


Rom, kawanmu si Jon perlu kau dampingi agar tidak terlena dengan rutinitas banting tulangnya sehingga lupa tentang tulang rusuknya.



Juli, kamu pasti telah menyadari bahwa jumlah perempuan lebih banyak dibandingkan jumlah lelaki di dunia ini. Jumlah lelaki lebih sedikit daripada perempuan, jumlah lelaki normal dan lelaki sholeh tentu juga lebih sedikit dari total lelaki tadi. Nah, daripada rasa itu kamu pendam terus, dan lelakimu tak kunjung memberi kode, surati lelaki itu untuk melamarmu. Kalau kau tidak seberani itu, cukup kamu berdoa. Dan semoga Tuhan segera memberikan jawaban. Setelah tahu jawabannya, kamu boleh bahagia atau sedih. Terserah, yang penting bahagiamu jangan lebay, sedihmu juga jangan lebay.