..dan hujanpun (belum) berhenti..

Sepenggal adegan ini terjadi pada awal bulan Februari tahun ini (2012) yang sebenarnya menyedihkan namun berubah menjadi mengharukan... Bulan penuh tetesan bening dari sebuah atap Mahabesar bernama langit.

dalam perjalanan pulang..
turun hujan,dan kami menepikan motor dan berhenti untuk memakai pelindung atau jas hujan,singkatnya kusebut dia mantel.
Dia pakai mantel itu, kemudian kuikuti dia naik ke atas motor dan siap melanjutkan perjalanan.
Tiba-tiba nyeletuk,
"tenang aja, besok kalo aku punya mobil kita nggak akan kayak gini lagi ya?" sambil senyam senyum meski penumpang di balik belakang punggungnya tidak melihat senyumnya.
"iya.."
"tapi, nanti di dalam mobilnya harus disediain plastik sama permen asem ya" aku melanjutkan.

Bersamaan dengan kilatan petir, bersamaan dengan itu pula mimpimu kamu lambungkan...
Seakan kilatan petir itu sebagai saksi kamu bersumpah,"aku akan mewujudkan mimpi ini"

---------diam---------merenung---------

dalam sebuah pesakitan, harusnya makin sakit ketika dihujani oleh butiran air hujan yang turun begitu tajam mengenai kulit. Harusnya sakit. Sore tampak semakin gelap karena mendung kelabu. Dalam perjalanan mencari sebuah pembelaan untuk seorang sahabat, aku bersyukur (tampaknya) dia baik-baik saja. Semoga se'baik'-keadaan- tampaknya.
"kenapa kamu suka hujan?"
dia melihatku membuka penutup helmku dan melebarkan telapak tangan kiriku supaya dibasahi oleh air hujan, atis.getir.
"karena ketika hujan mengenai kulit, tubuh dan wajahmu, kamu tidak akan dapat membedakan mana itu air hujan atau air mata..kamu akan semakin hangat dengan luapan kesedihanmu di tengah kedinginan tiupan angin dan petir, dan setelah hujan reda, reda pula kesedihanmu."

--------- diam [lagi] ---------

0 komentar:

Posting Komentar