kau terlalu suka menangis dan berdoa
entah tangis dan doa apa
yang pasti, kau terlalu suka merafal keduanya
duh Gusti...
Aku kalah, aku terhempas, aku terluka, aku lelah..
begitu doamu?
Entah pada siapa sesungguhnya rafalan kata-katamu itu kau tuju
karena Tuhan hanya tuli dalam ego dan sukamu, kawan..
hidup ini mengalir seperti air,
hidup ini bernyawa seperti nafas,
hidup ini berputar seperti roda,
hidup ini melangkah seperti kepergian dan kepulanganmu
jangan meratap dan hanya merafal doa
kau belum terlambat menata kembali jiwamu yang kelabu, kawan...
kata kakekku,
kita kadang terlena oleh siluet kepuasan maya
kita kadang terlena oleh kemewahan harta,
kita kadang terlena oleh kegembiraan
yang membuat kita melupakan 'duka'
kau belum terlambat kawan,
belum, belum terlambat
Tuhanmu masih menunggu tangis dan doa (egomu) itu reda,
untuk mengembalikan sesuatu yang hilang darimu,
tentu saja dengan usaha dan tetap doa (yang bukan egomu),
karena tidak ada yang gratis dan ada begitu saja...
[Abenk KW a.k.a
Bambang Kisna W, Yogyakarta 5 Oktober 2007]
0 komentar:
Posting Komentar