Aku tahu ia marah. Tapi ada yang lebih dalam dari sekadar wajah merah padam atau tetes air mata yang mengalir pelan, atau cantik yang tak pudar, katamu itu. Karena itulah kamu mencintainya?
Aku menyadari sesuatu yang tampak tulus, meski gelisah, di semua kalimatnya. Ketika aku melanjutkan curahan perasaanku, lalu akhirnya dengan terisak meminta satu bagian dari dirimu untuk dijadikan mahar, kamu menyetujuinya.
Ada yang tampak berbeda, di hujan bulan ini. Hujan ini membuatku kembali memutar kenangan itu. Hujan yang sekarang terlalu jarang menciptakan pelangi, ya kan?
namun, aroma bau hujan ini tetap sama.
aku masih bisa menikmati butiran air hujan ini menyentuh kulitku.
bisa saja kusebut itu hadiah atau bingkisan berupa air hujan, namun tercampur dengan campuran air deterjen, sabun, superpel, lalu masuk ke hidung dan mataku.
lalu aku menikmatinya, aku bersyukur...
karena pelangi akan muncul setelah hujan kali ini, kan?
0 komentar:
Posting Komentar