Kusebut mereka "oknum"

setelah malam ini, mungkin tak kan pernah lagi kutulis cerita tentangmu....
coro..
yap, hewan hitam mengkilap, dengan bau yang tak terdefinisikan, entah busuk, pesing, amis, juga bukan 'langu'... khas sekali...
aku pun tak tau darimana asal kebencianku yang begitu mendalam pada oknum bernama CORO. Ini spesial buat kamu, kapan lagi aku menulis tentangmu, padahal aku begitu tidak menyukaimu..
aku mulai berpikir, sebegitu tidak sukanya aku pada hewan itu hingga membuatku parno setengah jaim, ketika hewan itu melintas di hadapanku. Kapanpun ia tertangkap mataku, maka berakhirlah riwayatnya ditanganku, bagaimanapun caranya. Harus!
Mungkin semenjak, kamu terbang ke arahku dan menggodaku, meledekku, sejak saat itulah aku membencimu. Padahal saat itu oknum coro lah yang melakukannya padaku. Tidak semua coro jail seperti oknum coro. Tapi, sayangnya sikapku memperlakukan semua coro seperti oknum coro, kemudian muncullah rasa benci yang memuncak pada semua coro, hingga siapapun coro yang kulihat, maka tamatlah riwayatnya. Lihat! padahal dia tidak berbuat apapun padaku, dia hanya lewat, melintas, tapi aku mengakhiri hidupnya dengan racun, atau sebilah sapu..


Yah.. see... sikapku begitu murahan, pengecut, banci!
aku lalu befikir banyak hal... melalang buana kemana-mana.. Aku menganalogikan suatu profesi yang kadang disamaratakan oleh mayoritas manusia. Padahal sesungguhnya yang kita benci hanyalah “Oknum”.

0 komentar:

Posting Komentar