Hatiku mulai bergetar... Subhanallah... Aku diam...
Setelah shalat isya usai, sembari mendengarkan kultum dari (sebut saja ia) ustadz Azzam ^-^, nenek itu menyentuh pahaku yang kebetulan aku duduk bersila... Aku menoleh padanya, kemudian ia mengajakku bercerita. Dari obrolan itu, aku tahu namanya adalah Mbah Tris. Dari perkenalan yang sangat singkat, dari nama dan asal tempat tinggalku, serta kosku, Mbah Tris bercerita banyak hal. Walau suaranya sangat lirih, tapi beberapa hal masih jelas ditelingaku. Dengan bahasa jawanya yang sangat halus, aku mencoba memahami setiap perkataan yang diucapkannya. Kulitnya yang keriput dan giginya yang sudah tidak ada, menggambarkan bahwa ia nenek dengan usia yang tidak main-main. Mbah Tris berusia 86 tahun. Kemudian ia pernah bercerita ketika ia diberi kesempatan berkunjung ke rumah Allah, di Mekkah saat itu ia berusia 78 tahun. Ya....8 tahun yang lalu, kata Mbah Tris, ia disana kesulitan untuk berjalan, akan tetapi hal itu tidak dirasakannya. Selama ia berada di Mekkah, ia merasakan kenyamanan yang luar biasa. Dari naik haji, kemudian mbah Tris bercerita mengenai anak-anaknya dan cucu-cucunya serta beberapa cicitnya,.ternyata mbah Tris sudah menjadi buyut. Dari keluarganya, ia menceritakan bahwa samping kosku, ternyata adalah rumah kos milik anak perempuannya. Dari kos mbah Tris bercerita tentang tetangganya. Dari tetangganya, kemudian ia kembali bertanya padaku. Untuk apa aku datang ke Jogja. Lalu kujawab apa adanya, aku kuliah di UNY... Kemudian satu yang kuingat dari mbah Tris adalah pesan beliau..."Kuliah sing pinter, njuk gek ndang wisuda." 'Insyaallah mbah..' Kemudian beliau mendoakan ku agar rejekiku lancar, aku mengamininya.
Yaa Allah, hamba sungguh kagum atas keimanannya... Di usia yang renta, mbah Tris senantiasa bersyukur dan selalu mengingatMu dengan caraMu... Bahkan mbah Tris berharap, jika ia diberi kesempatan lagi, ia ingin kembali ke rumahMu.
Aku merasa malu, aku yang (masih) muda datang ke mushola lalu mencari tempat yang nyaman agar bisa bersandar, justru ia walaupun dengan langkah yang lambat, tertatih-tatih dan punggung membungkuk, datang dengan tujuan yang pasti yaitu hanya berusaha menjadi sebenar-benar hambaMu yang patuh dan duduk dengan hanya bersandar padaMu... Kelak, akankah aku seperti mbah Tris???
Dari perkenalan yang sangat singkat, namun mbah Tris mengajarkanku akan banyak hal tentang dunia, dan kehidupan setelah di dunia.
Shalat trawih pun usai, kami pun pulang ke kos... Sebelum meninggalkan mushola, mba Ismi, menyampaikan pesan kepada Dinka, kemudian ia sampaikan padaku, "Awas lho, nanti dijodhohke ama anaknya...hahaa"....
Mba Ismiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii............ Dasar!!!!!!
0 komentar:
Posting Komentar